3 - Haluan yang Sama (2)

112 10 42
                                        

Setelah berhasil menyihir ratusan orang tua murid beserta anak-anaknya, Tius kembali ke belakang panggung dengan perasaan yang lebih lega.

Bu Endang menepuk bahu Tius lalu berkata

"Tenang bro, Angela pasti dengar" kata Bu Endang senang.

"Hehehe, makasih Bu. Biasanya ibu bilang saya ganjen" balas Tius.

"Itumah dulu, Yus. Sekarang kejar si Angela. Ibu yakin kamu bisa"

"Nah, ibu kenapa sekarang mihak Angela? Dulu kayanya mihak Irene?" tanya Tius.

"Aih. Mantan diinget-inget"

Tius pun tertawa mendengar lelucon Bu Endang yang menurutnya garing banget. Tapi maklum lah, namanya juga berusaha. Harus dihargai.

"Semoga berhasil disana Yus. Jangan lupain SMP PN" ujar Bu Endang. Raut mukanya mulai sedih.

"Iya bu. Tius gak bakal lupa" ujar Tius.

"Makasih buat performnya hari ini, Yus. Gak salah ibu nempatin kamu di posisi terakhir sebagai penutup" ucap Bu Endang haru.

"Iya Bu".

Lalu Tius pun turun dari belakang panggung, dan kembali ke tempat duduknya.

******

Baru saja ia mau duduk di sebelah ayahnya, seekor Kadal Sulawesi, mendekati nya dan langsung menariknya.

" Apa-apaan ini woy!" teriak Tius.

"Menengo sek, iki ana masalah seng penting. Important Things!" ujar Aldi sok Ingglis.

"Sok Ingglis lu Kadal Sulawesi!" teriak Tius.

"Brisik amat lu, Trenggiling Sumatra!" balas Aldi.

"Kaleng Fa*ta!"

"Kaleng Aq*a!" sewot Aldi.

"Hah? Mana ada Aq*a pake kaleng! Otak lu ketinggalan?" tanya Tius.

"Nah, udah sampe kita. Brisik sih lu dari tadi, gak nyadar" balas Aldi.

Tius tidak menyadari bahwa sedari tadi, si Kadal Sulawesi ini menariknya ke belakang kelas 8A. Disana Irene sudah menunggu bersama Sekar, sahabatnya yang sewotnya minta ampun.

"Apa? Lu mau sewot lagi?" tanya Tius tajam kepada Sekar.

"Itumah di Novel Tum Mera Dil punya Ocha!" sengit Sekar.

"Lah? Bukannya kita sekarang di Novel D.I.A., ya?" tanya Tius.

"Haish. Lupa terus lu Trenggiling Sumatra. Kita ini di Novel Angela" ujar Sekar sambil menepuk dahi.

"O iya. Terus mau lu apa?" tanya Tius.

"Aku mau bilang, Semoga sukses disana" sekarang Irene membuka suara.

"Eh. Ya. Kamu juga" balas Tius cuek.

"Lo balas gak niat amat sih. Tau kek gini akhirannya, mending gua yang gebet si Irene!" teriak Aldi.

Setelah teriakan maut Aldi, maka seluruh cicak, cacing, bom nuklir, dan juga pesawat ulang alik batal terbang.

Semua tersihir oleh kata-kata Aldi yang sangat menakjubkan.

Selama ini, Aldi hanya pernah suka sama satu orang. Panggil dia Mbak B.

Ya, entah kenapa. Padahal namanya Mbak Fati, kok bisa jadi Mbak B.

Ya, biar kalian juga gak bingung siapa itu Mbak Fati, makanya baca dari Bab 1.

Nah, kaya biasanya nih. Tius kan ambigu, dia mulai ngitung lagi kaya biasa.

AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang