10 - Ilusi Kedua

49 5 3
                                    

Di atas pesawat, mata Tius masih merah karena menangis di bandara tadi.

Pak Hanto di sampingnya berkata pelan dan lirih, bahkan jika muson ada di sana, maka suara Pak Hanto tidak akan terdengar.

"Ini rencana ayah. Ayah pikir, Raina tetap menjadi number one di hatimu" kata Pak Hanto.

"Sudah ku katakan yah, hanya ada dua nama di hatiku, satu bagian kiri yang mulai luntur untuk Raina Saputri, dan satu bagian kanan yang aku percaya akan cemerlang untuk Angela" kata Tius menjelaskan.

"Dengan nem sebesar itu, tetapkah kamu yakin di pilihan masuk SMA negeri?" tanya Pak Hanto meyakinkan.

"Sangat yakin yah, aku yakin" kata Tius.

Pak Hanto menganggukkan kepalanya, dan fokus membaca buku yang ia bawa.

Lampu indikator sabuk pengaman dimatikan, Tius melepas sabuk pengamannya, lalu membuka meja di depan kursinya.

Dia ingin menulis lagi, maka Tius mengambil pena biru kesayangannya, merobek satu kertas buram dan juga mengambil satu lipatan kertas HVS di dalam tasnya.

Tius selalu memiliki kebiasaan membawa buku kecil berisi kertas buram dan 10 lipatan kertas HVS. Kadang, ide menulisnya tiba-tiba muncul. Entah itu di pesawat, bandara, stasiun, pelabuhan, kamar mandi, bahkan hati mantan, eh :v

Tius mulai menarikan penanya di atas kerta buram sebagai awalan dan percobaan, dengan maksud agar tulisan di HVS sudah rapi tanpa coretan.

Inkarnasi
Karya : Ignatius Pratama

Ribuan keping memori lama tertelan di palung hati.
Menyisakan setitik kepedihan diatas rasa keikhlasan yang sesungguhnya. Tak ada lagi rasa lama yg mencuat dari tembok-tembok batas yang sudah bersekat baja.
Diam dan terkurung,
menyublim hilang lalu raib.
Malam ini,
malam ke dua ribu.
Ribuan keping memori lama raib dari dasar palung.
Bertemu dengannya lagi pun tak terasakan apapun.
Namun ada sedikit keping yang mengganjal tiap aku bertemu denganmu.
Aku tak pernah mengenalmu,
Namun aku merasa dekat denganmu.

Sekarang aku tahu,
Kamulah dia,
Sang masa laluku.
Raina.

Kini, hati Tius benar-benar lega. Ia merasa menang atas hatinya. Ia berhasil melupakan seseorang yang sangat berkesan di masa lalunya.

Lalu ia menyalin puisinya di atas kertas HVS yang dia sediakan. Ia menyalin sambil mengukir sedikit tulisannya.

Dan seperti biasa, di bawah tulisannya itu, pasti ia beri tanda tangan dan untuk siapa puisi itu ditujukan.

Maka ia menulis

Untukmu,
Raina Saputri.
Dari aku,
Ignatius Pratama.

Langit Selat Sunda,
15 Juni 2019.
Dari Hati Kiriku yang luntur,
Tertanda akibatmu,
Kini terganti,
Angela di hati.

*******
Indikator sabuk pengaman dinyalakan, siluet rumah-rumah dan jalan raya pelan-pelan terlihat.

Tius merasa pesawat mulai bersiap menukik turun, maka ia segera memakai sabuk pengamannya sambil mencengkram erat pegangan kursi.

Jujur saja, Tius sebenarnya sedikit benci naik pesawat. Sebab telinganya pasti akan berdengung saat take off maupun landing.

30 detik kemudian,
Goncangan yang terjadi akibat pesawat landing mulai terasa. Dan dalam 5 menit, pesawat sudah berada di Garbarata Terminal 2F gate 6.

AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang