19 - Bioskop

41 7 2
                                    

"Woy Keenan, mandi lama amat. Lu ngapain disana?" tanya Tius sambil berteriak di depan kamar mandi.

Maklum lah, Keenan adek sepupunya yang terakhir ini kalau mandi lama banget, bisa hampir 1 jam. Ngalah-ngalahin Natasha, yang cuma 30 menit.

"Sabar ngapa sih mas. Jam berapa juga ini" sahut Keenan dari dalam kamar mandi.

"Sabar sabar, udah jam setengah sebelas nih!" teriak Tius.

"Iya iya, ini Keenan keluar" kata Keenan sembari membuka pintu kamar mandi.

"Nah gitu dong" kata Tius seraya langsung menerobos masuk ke dalam kamar mandi.

Sebelum lanjut ke cerita mereka bertujuh ke bioskop, author akan membuat silsilah keluarga Tius di Semarang.

Dimulai dari kakek - nenek Tius, yang punya anak 3, Pak Hanto, Tante Tuti, dan Tante Anas.

1. Pak Hanto
-Anak pertama dari kakek - nenek Tius, punya anak cuma 1 yaitu Tius, sebagai cucu pertama dari kakek - nenek Tius.

2. Tante Tuti
-Anak kedua dari kakek - nenek Tius, punya anak 2, Natasha yang sekarang udah kuliah di ITB Semester 2, sama Kresna yang masih SMP kelas 2 di Bogor.

3. Tante Anas
-Anak ketiga sekaligus terakhir dari kakek - nenek Tius, punya anak 2, Bunga yang sekarang masih SMP kelas 1 di Semarang sama Keenan yang masih SD kelas 5 di Semarang juga.

Nah, itu kalau dari keluarganya kakek - nenek Tius, beda lagi ceritanya tentang Adriel sama Mas Dion.

Jelasinnya rumit, biar Dilan saja. Author tak akan kuat.

:v

*******

Tius mengambil hape Advannya dan menelpon Adriel lewat WA.

"Woy rel, lu dimana?" tanya Tius.

"Sudah dibawah nih. Lu gesit sini" jawab Adriel dari seberang telepon.

"Otw. Full Squad" balas Tius dan langsung mematikan sambungan telepon.

"Ayok Mas" ajak Natasha yang sudah menggandeng Kresna dan Bunga menuju parkiran mobil di bawah.

"Sabar, Keenan minta digendong nih" kata Tius sembari menggendong Keenan, adek sepupunya yang paling manja sama dia.

Lalu, mereka berlima pun berjalan menuju parkiran mobil yang berada di jalan bawah rumah kakek - nenek Tius.

*******

"Lama amat sih" kata Dion mulai kesal karena diminta menunggu lebih dari 10 menit.

"Sabar ngapa. Bawa bocah cilik juga" balas Natasha kepada Dion.

"Gue yang bawa yak" tawar Adriel ke Tius.

"Enggak. Yang punya SIM baru Natasha. Kena tilang pada mau bayar hah?" ujar Tius sambil menatap lekat adek dan kakak sepupunya itu.

"Yaudah ayok naik" kata Natasha sambil membukakan pintu untuk adek dan kakaknya itu.

Kondisi mobil Tante Anas sangat penuh dan prihatin. Di bagian depan, Natasha menyetir mobil ditemani Tius yang juga sedang memangku Keenan.

Sementara di tengah, Adriel dan Dion duduk kesempitan karena badan mereka yang benar-benar bisa bikin ban mobil kempes seketika.

Dan di bagian belakang, entah apa yang dilakukan Kresna dan Bunga. Kemungkinan besar mereka main Ludo, karena suaranya mereka yang super cempreng gak pada kedengaran.

Natasha yang belum biasa membawa mobil panjang sedikit kaku saat melakukan sedikit akselerasi untuk menghindari kemacetan kota Semarang.

"Nah, ini belok kiri dikit. Liat spion, jangan takut sama motor" kata Tius mengarahkan.

"Tar pulang lu bawa aja deh, Mas. Ngeri sedap gue bawa mobil Te Anas" kata Natasha yang mulai berkeringat dingin padahal AC mobil dipasang lumayan kenceng.

"Besok lu ke Metro, gue ajarin naik Mobilio" kata Tius menawarkan.

"Sok bisa lu, Mas" kata Natasha menyindir.

"Kalau gue gabisa, kenapa gue ngajarin elu disini coba. Kebanyakan micin lu, Nat" balas Tius.

"Mas Tius, udah jam sebelas" kata Keenan sambil menunjuk jam yang baru ia beli kemaren.

"Aish. Lu masuk ke pom bensin, Nat. Gantian gue yang bawa" kata Tius mulai panik karena waktu tersisa sedikit dan juga kondisi kemacetan yang sangat parah sementara Natasha belum lihai mengendarai mobil dengan dimensi panjang.

"Siap, Mas" kata Natasha yang mulai memasukkan mobil ke dalam pom bensin.

"Ngapain ke pom bensin? Telat gila" kata Adriel.

"Gue yang nyetir. Natasha belum bisa bawa mobil panjang" kata Tius menjelaskan sambil keluar dan bertukar posisi dengan Natasha.

"Halah, koyo iso wae, Mas" kata Adriel menyepelekan.

"Pengabdi Brio Satya jangan berisik ya" kata Tius sambil mulai mengatur posisi mengemudinya.

"Orang kok bawa matic" kata Dion giliran menyerang Tius.

"Orang kok naiknya Sirion" kata Tius balas menyerang.

"Halah brisik. Gue bawa Ninja ke sekolah biasa aja" kata Kresna dari kabin belakang secara tiba-tiba dan cempreng.

"Apaan lo, Na. Mio aja gabisa bawa, ngimpi Ninja" kata Natasha mengejek adeknya yang mimpi ketinggian.

"Berangkat, Mas" kata Keenan mengingatkan.

"Cuma gara-gara mobil aja ributnya kaya gini" balas Bunga dari kabin belakang.

"15 menit lagi kita sampai. Pegangan ya" kata Tius sembari menekan pedal rem dan memasukkan transmisi ke gigi D.

Lalu, mobil Sigra punyanya Tante Anas melaju melewati kemacetan kota Semarang.

Walaupun macet, tapi bisa aja Tius nyari jalan. Masuk kampung keluar kampung, lewat jalan berlubang, lewat jembatan, terus tiba-tiba udah sampai ke parkiran belakang dari Mall tempat mereka akan menonton bioskop.

"Hehehe. 15 menit kan?" tanya Tius ke Dion.

"Lebih 35 detik" ujar Dion dan Adriel bersamaan.

"Otaknya miring seribu derajat kayanya" kata Natasha.

"Bukan hanya seribu, tapi seratus ribu!" balas Adriel dan Dion bersamaan.

"Halah. Brisik. Udah ayo nonton" kata Keenan sembari membuka pintu sendiri dan turun dari mobil.

"Nah gitu dong. Untung ada Keenan" kata Kresna.

"Bisa cepet gak sih?" tanya Keenan kepada keenam kakaknya itu.

"Ya sabar dong Nan" balas Tius.

"Keenan kok gak sabar gitu sih?" tanya Natasha.

"Keenan mau ketemu Jungkook" balas Keenan.

"Hah? Jungkook? Dimana?" tanya Natasha heran.

"Itu yang main di Dilan 1990 kan Jungkook" kata Keenan tak berdosa.

"Itu Iqbal, Keenan!" teriak keenam kakaknya yang tak tahan emosi dengan kepolosan Keenan

AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang