9 - Aku Memilihmu

58 6 7
                                    

Tius masih membeku bagai patung Liberty di Amerika, dan juga bagai Merlion di Singapura :v.

Dalam 10 detik, Ritter sudah tersenyum dan mendekati Tius.

"Rencana gue broh. Memang sih gue pacaran sama Olin, Aldi sama Mbak Dikta, dan si Hiu pacaran sama Cantika.Tapi gue mau lo seneng sebelum pergi" kata Ritter menjelaskan panjang lebar.

"Woy hiu martil, bau parfum rasa stroberi kecium. Dimana lo?" tanya Tius tak menghiraukan Ritter.

Ritter geleng-geleng kepala melihat tingkah Tius yang bukannya asal nurut, tapi malah nyari si Hiu Martil dkk yang sedang bersembounji.

"Iya dah, gue keluar" kata Aldi seraya berjalan malas dari balik tiang pancang ruang tunggu.

"Gue juga lah" kata Wili dan Olin bersamaan.

"Eh, Badak. Lo lakuin semua ini gimana?" tanya Tius.

"Lo nya aja yang gampang ketipu. Jelas-jelas, gue sadap pengeras suaranya biar nomor penerbangannya ganti jadi MANTAN bukan yang di tiket lo" kata Ritter sambil menunjuk tiket yang dipegang Tius.

"Ehe. Gue gak fokus" kata Tius.

"Bilang aja abis dapet chat dari Raina" ujar Ritter santai.

"Lah lo kok tau?" tanya Tius.

"Ini mau sampai kapan dramanya. Diliatin orang pinter" kata Aldi.

"Ngoceh aja lu, Kadal. Bentaran ngapa, itu pesawat juga belum landing" balas Olin.

"Dasar Badak Betina" ujar Aldi.

"Wah sewot juga lo. Gue telpon mbak Dikta aaah" balas Olin lagi.

"Weh jangan. Iyadeh gue diem" kata Aldi tak berkutik.

"Udah selesai? Mau gue jelasin ini ke Trenggiling" ujar Ritter mulai menahan emosi.

"Udah" kata Aldi dan Olin bersamaan.

"Jadi gini, gue tau selama ini lo masih sayang sama Raina. Lo belum bisa move on, dan juga elo mungkin masih mengharap dia" kata Ritter.

"Oleh sebab itu, gue akan memberi lo kesempatan Yus" kata Ritter seraya mundur dari hadapan Tius yang bengong saja.

Entah darimana asalnya, Raina sudah berjalan mendekat ke arah Tius.

Entah kenapa jantung Tius kali ini tidak berdetak cepat, seperti dulu dia tiap bertemu atau berbicara dengan Raina.

Hatinya juga sangat tenang, lebih tenang daripada sepinya hati Wiliam sebelum ada Cantika.

"Yus. Gue minta maaf. Sebagai ucapan maaf gue, gue bakal kasih lo kesempatan lagi" kata Raina bergetar.

Tius seketika terdiam, dia beku, sebeku es antartika.

Dia tidak menyangka sahabat-sahabatnya akan melakukan hal ini.

Dalam pikirannya berkecamuk banyak hal, lebih tepatnya, dia sangat malu sekarang karena ditonton banyak orang.

Kemudian, sebanyak apakah uang yang sudah Ritter keluarkan demi melakukan semua ini.

Bagaimana perjuangan empat sahabatnya, demi membuat dia kembali bersama Raina, masa lalunya.

"Yus, jawab" kata Raina mulai tak sabar.

Tius hampir saja mengatakan iya, sebelum senyum Angela melintas di bayang hati dan pikirannya.

Dalam bayangannya, Angela berkata "Aku batu, dan kamu airnya. Kita bersatu, di kala senja".

Dan teringatlah Tius akan seorang gadis manis yang adalah masa depannya.

" Ratusan purnama berlalu, sendirian aku tanpa cinta, tak pernah ada cinta yang lain, hatiku terbuka untuk Angela" kata Tius mantap sambil menyanyikan satu bait lagu Ratusan Purnama dari Melly Goeslaw.

"And I know your answer and feel, Tius. Gue tau lo bakal bisa Move on, jadikan Angela masa depan lo, bukan pelampiasan lo. Gue purnama lo yang pertama, dan Angela purnama lo yang terakhir" kata Raina sambil berlalu.

Maka, terkoyaklah setengah hati Tius. Ia menangis dalam diam. Ia tidak menyangka akan seberani itu menipu setengah hatinya yang masih mencintai Raina.

Ia sangat ingin, sangat-sangat ingin Raina kembali.

Namun ia sadar, bahwa gelas yang sudah pecah, akan tetap menjadi gelas yang tidak seutuhnya bagus, walau telah dipersatukan macam apapun.

Dan Aldi kemudian datang, dan menenangkan Tius yang sekarang sudah terduduk lemas di bangkunya.

"Lo hebat. Impian lo lebih kuat dari lara yang lo cipta" kata Aldi.

"Benarkah yang udah saya lakukan, Aldi?" tanya Tius dengan bergetar.

"Sangat benar. Pesawat lo udah siap, anggep aja ini kado terakhir kita buat elo. See you in SMANIK sesok Jemuah" kata Aldi berlalu.

Sekarang giliran Olin yang memberi motivasi untuk Tius.

"Gue tau, Ritter, Aldi dan Wili juga punya lara sama kaya elo. Mencipta cinta yang sama sekali gak berbalas. Gue berharap, Angela akan jadi masa depan lo, bukan pelampiasan lagi. Lo gak sejahat itu sebelum ketemu Raina. I know your heart, Yus" kata Olin.

Tius mengangguk saja dan berkata pelan kepada Olin

"Jaga Ritter, jangan kasih makan Ind*mie, entar dia mencr*t" ujar Tius.

"Sumpah, gue pikir apaan yang bermutu dikit, ternyata -,-" sekarang Olin mulai kesal dengan tingkah Tius yang mulai kembali Normal.

Tius pun berjalan menuju Pintu 1, dan sambil berjalan, Pak Hanto berkata kepada Tius

"Maafkan ayah, ayah pikir kamu belum bisa melupakan Raina" kata Pak Hanto.

"Ayah gak salah. Dan gak ada yang salah. Kita harus move on dari yang dulu, sebab di depan kita, masih ada yang harus kita kejar" kata Tius berapi-api.

"Luluskanlah dirimu dalam Tes SMA 3, dan berjumpalah dengan Angela" kata Pak Hanto.

"Akan kulakukan sebaik mungkin, ayah" jawab Tius mantap.

******

Di dalam pesawat, sebelum lepas landas, Tius mengambil buku kecil berisi ratusan puisi galau dan tak berfaedah miliknya.

Ia mengambil pena, dan mulai menulis sajak pendek

Pergi untuk Datang
Karya : Ignatius Pratama

Aku pergi dari kotaku,
Untuk datang ke hatimu.

Aku datang ke hatimu,
Dan pergi dari kotaku.

Tinggalkan saja lara!
Juga nestapa!

Tiada perlu kubawa,
Sampai ke sana!

Kubur saja disini,
Buang di langit,
Lalu hempaskan di awan.

Aku mencipta cinta,
Yang tiada balasan.

Aku mencipta lara,
Yang tiada terdengar.

Dan aku mencintaimu,
Hanya kamu,
Gita Angela

Lalu perlahan pesawat mulai menukik ke atas, dan terbang meninggalkan Lampung.

"Rantau yang adalah asal, aku kembali pada asal yang adalah rantau. Aku berjanji akan pulang, aku janji" kata Tius lirih pada kota yang amat disayanginya.

*******

AngelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang