Bagian 15 (Sahabat)

911 75 5
                                    

Sahabat yang baik sulit untuk ditemukan, lebih sulit untuk ditinggalkan, dan tidak mungkin untuk dilupakan.

***

Leo hanya mendengus kesal. Seberapa kuat ia menolak Aldi tetap saja Aldi lah yang akan menang. Bukan Aldi jika ia tidak bisa meluluhkan hati kedua sahabatnya, Leo dan Bryan. Pasalnya ia akan terus menerus merengek di hadapan Leo dan mengekori kemanapun Leo pergi. Dengan kesal akhirnya Leo meng-iya kan permintaan Aldi untuk menemaninya mencari hadiah untuk menembak Salsha nanti. Bukannya merasa direpotkan atau sebagainya, tapi Leo ingin Aldi yang berusaha sendiri untuk mencari hadiah, lagian ini kan acaranya. Karena cuma Leo yang paling dewasa dan paling waras jalan pikirannya jadi Aldi dan Bryan selalu konsultasi kepadanya jika ada masalah.

"Iyya gue anter. Traktir tapi" katanya malas

Terlihat Aldi yang sedikit berfikir. Ia mengeluarkan dompetnya dan melihat keadaan dompetnya. Apakah cukup untuk mentraktir kedua temannya itu, kan uangnya mau dibelikan hadiah. Kalo gak cukup bisa ditaruh mana ini muka, bukannya gak punya duit. Tapi kan Aldi kerumah Leo hanya membawa sejumlah uang saja. Tapi syukur seperti nya cukup.

"Ok. Deal" jawabnya singkat

"Ayo nongkrong ke teras depan, perginya nanti malam aja" usul Bryan yang sedari tadi diam melihat Aldi terus merengek dihadapan Leo.

"Boleh, kalo dikamar bertiga gini ntar mbok yem ngira yang nggak nggak."Kata Leo sembari berdiri dan meninggalkan kamarnya diikuti oleh langkah kedua sahabatnya itu.

Leo tinggal di salah satu kompleks perumahan, sama dengan Aldi dan Bryan. Jadi jalan depan rumahnya terlihat sangat sepi. Pagar pagar rumah menjulang tinggi sampai menutupi tinggi pintu rumah. Bodo amat. Itu tidak penting. Toh itu juga rumah mereka masing masing. Tetapi jika dipikirkan apakah mereka yang tinggal disitu cukup sosialisasi? Ah sudahlah. Nyatanya pagar rumah Leo juga menutupi tinggi pintunya. Tetapi apa yang terjadi diluar masih terlihat jelas dari teras Leo.

Mereka duduk di lantai teras rumah Leo. Ditemani beberapa snack dan juice yang tentunya buatan mbok yem.

"Gue sayang sama kalian" celetuk Aldi yang kontan membuat kedua temannya menoleh.

"Jangan aneh aneh di" Ucap Bryan dengan tatapan horornya.

Pletak

Aldi menjitak kepala Bryan. Pasti saat ini Bryan sedang mengusap kepalanya yang terkena serangan mendadak.

"Bukan gitu. Maksud gue sayang sebagai sahabat gitu. Jangan tinggalin gue demi temen baru. Jujur gue selalu berdoa supaya gaada orang yang mau temenan sama kalian. Gue takut kalau gak ada kalian" jelas Aldi

"Wah parahh dia doanya" sewot Bryan sambil menepuk bahu Leo dan menunjuk ke arah Aldi

"Iya di, satu sahabat kita udah pergi. Gue gak mau itu terjadi lagi. Justru gue yang takut di kalo lo jadian sama Salsha lo lebih punya banyak waktu sama dia dari pada sama kita" kini Leo yang mulai angkat bicara.

Sedikit berfikir seperti nya apa yang diucapkan Leo ada benarnya. Mungkin jika ia memiliki banya waktu untuk pacarnya nantinya. Tapi ia sudah bertekat untuk tetap mementingkan sahabatnya, tetapi juga tidak mengabaikan pacarnya. Intinya keduanya sama sama ia penting kan dan sama sama berarti nya.

"Jangan sampai waktu lo habis sama pacar lo di" sambung Leo

"Dasar possessive!" Celetuk Bryan

Pletak.

Lagi lagi Bryan mendapat jitakan gratis dari Aldi. Karena diantara mereka bertiga hanya Bryan yang kalo bicara sesuka hatinya sendiri, tidak mengerti situasi, paling konyol, paling heboh, dan paling.... Ngangenin. Ah Leo dan Aldi malas untuk mengakui itu.

Hello LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang