11

650 86 4
                                    

"Hyungseob?"

Lelaki pendek berwajah manis itu mulai menelurusi apartemen Hyungseob. Ruang tamu, dapur, kamar tamu, belakang sofa.

Dan, masuk tanpa permisi sudah menjadi kebiasaan seorang Park Jihoon.

"Hyungseob kau dimana?!" Jihoon kembali berteriak berharap sang pemilik apartemen bisa mendengarkan teriakan nya.

Bagaimanapun Jihoon juga masih seorang lelaki, dan suaranya pun jika segaja dibesarkan akan pasti akan berat. Ya, meskipun wajah nya sangat banding terbalik.

"HYU–"

clek

"astaga, Park Jihoon, kenapa kau berteriak di dalam apartement ku? Berisik tau!" Hyungseob mempoutkan bibirnya dan mengusap kedua telinga nya.

Dengan cepat Jihoon memeluk pemilik suara yang tadi baru saja mengeluh karena suara teriakannya.

"apa kau baik-baik saja?" Jihoon menatap Hyungseob yang kini sedang menatap nya dengan senyuman

"aku baik-baik saja Jihoon, terimakasih sudah mengkhawatirkan ku."

Senyum Hyungseob mengembang saat mengatakan ucapan yang sangat tulus itu.

Jihoon menekuk dahinya tak suka lalu menangkup wajah Hyungseob.

"Kau habis menangis?!"

Hyungseob menggelengkan kepalanya

"Jangan berbohong padaku, Ahn!"

Hyungseob menganggukan kepalanya

"Ya! Kau sedang berbohong padaku, bodoh!" sembur Jihoon tepat di muka Hyungseob.

Hyungseob menghela nafas nya pelan dan merolling bola matanya malas. Jihoon akan sangat peka dan protektif pada Hyungseob, apalagi jika Hyungseob sudah terlihat berbeda.

Hyungseob melepaskan tangan Jihoon dari kedua pipinya dan menatap sahabat nya yang sudah dia kenal sangat lama itu.

"Aku baik-baik saja Jihoon, dan ya, aku memang menangis. Itu karena aku begitu merindukan Woojin, merindukan kita"

Senyum miris tercetak di wajah manis Hyungseob.

Jihoon membawa Hyungseob duduk di sofa yang berada di ruang tamu Apartemen Hyungseob "kau sudah berbicara padanya?"

"sudah, aku baru saja pulang dari kantornya"

"lalu?"

"tidak ada yang harus dipermasalahkan. Kami baik-baik saja"

Bohong

Lagi lagi Hyungseob kembali berbohong, dia merutuki kebodohan nya.

Hyungseob kini percaya, jika kita sekali berbohong maka kita akan keterusan berbohong pada orang lain.

"kau.. Bertengkar lagi dengan nya? Bilang saja padaku, aku tidak akan membunuh Park Woojin mu Hyungseob" Jihoon merotasi matanya malas

Mau tidak mau Hyungseob menganggukan kepalanya, mengaku pada Jihoon.

Jihoon mengusap kepala Hyungseob, dan Hyungseob meringis, karena tadi kepala Hyungseob sempat terkantuk oleh lemari yang berada di ruangan Woojin.

Jihoon yang melihat itu mencoba memastikan, dia mencoba menekan bagian kepala Hyungseob

"Aw! Ya!" seru Hyungseob marah menahan sakit

"Kepala mu memar, katakan padaku kenapa!"

"aku hanya terkantuk oleh meja"

regret +jinseob [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang