Prakk ...
Aku membanting gelas ditanganku karena terlalu frustasi. Kesedihan yang kurasakan terlalu dalam hingga membuatku tak bisa mengontrol diri. Entah berapa banyak botol yang sudah kosong menemaniku malam ini, tanganku meraih rokok yang tinggal sebatang untuk kunyalakan.
Gadis itu benar-benar membuatku patah hati. Aku memang tidak lebih baik dari Felix si tuan sempurna, tapi aku masih bisa membahagiakannya kalau dia mau dari pada menyiksa diri menunggu pria sekarat yang hampir tak mungkin lagi bangun. Aku tidak tahu gadis itu yang terlalu bodoh atau terlalu mencintai Felix, bagiku kini gadis itu adalah segalanya. Aroma manis tubuhnya setiap kali kami bersama membuatku mabuk bahkan efeknya jauh lebih dasyat dari puluhan botol minuman yang bisa kuminum. Mata beningnya selalu menjadi fokus pandanganku karena tiap kali menatapnya aku takut kalau bukan hanya aku yang ia lihat. Bibirnya yang salalu ingin kucium dan tubuh hangatnya untuk kupeluk menjadi magnet bagiku mesti aku juga harus bersabar untuk tidak melalukannya karena takut membuatnya menjauhiku. Tapi kini dia memang benar-benar menjauhiku
Aku tak bisa berhenti berfikir bagaimana dan sedang apa dia sekarang? Apa dia akan baik-baik saja tanpa aku yang menjaganya?
Seorang wanita mencoba mendekatiku, wajahnya cantik dengan polesan warna-warni tapi tidak secantik gadisku yang selalu merona merah bila kukecup pipi atau kening, mungkin pipinya akan semakin merah jika aku mencium bibir mungilnya yang tampak manis dimataku.
"Sendirian...?!" Suaranya mendesah menggodaku sambil mengedipkan mata genitnya.
Wanita murahan yang sama saja dengan wanita-wanita yang menemani malam-malamku sebelum aku bertemu gadis itu. Gadis yang mengubah seluruh hidupku membuatmu menginginkannya lebih dari apapun yang bisa saja kumiliki.
Kalau saja gadis itu bukan Diandra Nathasa tunangan Felix tentu lebih mudah bagiku merebutnya. Menjadikan ia milikku seutuhnya tanpa harus berbagi dengan siapapun.
Entah sejak kapan wanita itu mulai menciumku, tangan serta anggota butuhnya yang lain mencoba menggodaku untuk bercinta. Aku membalas tiap sentuhan dan ciuman yang ia berikan, membuatnya mendesah serta menarikku untuk bermain lebih jauh.
Tapi wajah yang kulihat bukan wajah wanita itu melainkan wajah gadis yang kurindukan meski aroma dan rasa yang ditawarkannya berbeda. Aku mengutuk diriku yang tidak bisa melupakannya, aku mengutuk diriku yang tak bisa membendung keinginan untuk memilikinya.
"Ada apa?!" Wanita itu terkejut ketika aku dorongnya dengan kasar.
Ada yang salah dengan diriku, aku seperti sedang mengkhianatinya menyadarinya membuat ku bertanya apakah dia akan terluka atas apa yang kulakukan.
Beberapa lembar uang kulempar pada wanita itu seraya mengusirnya menjauhiku. Sumpah serapah kudengar dari mulutnya tapi tangannya tetap memunguti tiap lembar uang yang berjatuhan.
Aku ingin pergi dari neraka ini dan menemui gadisku. Akan ku berikan apapun yang ia minta, segalanya akan kulakukan untuk membuatnya bahagia.
Kakiku belum sempat bergerak saat aku melihat orang itu, orang yang sama yang sudah melukai gadisku. Darahku mendidih melihatnya tertawa tanpa beban setelah apa yang ia lakukan. Tanganku mengepal ingin membalasnya. Namun ku tahan keinginanku akan hal itu, otakku menunggu kesempatan untuk membalas sakit hatiku.
Ku ikuti keduanya dari belakang, pria bertato dan pria yang menyerangku. Mereka tak menyadari keberadaanku saat memasuki sebuah cafe dekat club malam yang tadi kukunjungi.
Aku tak bisa melihat dengan jelas, tapi aku yakin melihat keduanya menerima uang dari seorang wanita. Wanita itu sepertinya aku kenal, aku mencari cara untuk memastikannya.
Butuh waktu lama bagiku untuk memastikan, wanita yang kulihat adalah Tante Retha.
Menyadarinya membuat aku berfikir tentang sesuatu yang membuatku takut. Aku tahu Tante Retha bisa berbuat nekat, tapi aku tidak menyengka Tante Retha bertindak sejauh ini. Aku tidak mungkin menang melawannya lalu bagaimana aku melindungi gadisku.
Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu untuk gadisku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Troubel In Love
RomanceIni karya pertama gue di watty, kenangan banget. Ancur tapi gue ngga bakal hapus. Ini sejarah besar dalam hidup gue ... nulis cuy.