"Gue kira lo sahabat gue, tahunya lo cuma anjing yang ngerusak kepercayaan yang udah gue kasih!" Maki Vano setelah puas membantai Theo.
" Udah Bang!" Nathasa menarik tubuh Vano agar menjauhi Theo yang sudah babak belur, "Bang Theo ngga salah Bang, dia lagi mabuk jadi ngga sadar sama apa yang dia lakuin."
Nathasa mencoba menenangkan Vano yang kalap tapi percuma karena saat Theo buka mulut justru kenyataan lain yang harus ia dengar.
"Gue sadar Nath.... gue sadar dengan apa yang gue lakuin? ... setelah ibu gue meninggal cuma lo satu-satunya cewek yang bisa gue percaya, awalnya gue pikir gue sayang sama lo sebagai adik ... tapi sekarang beda. Gue nyadar gue cinta sama lo saat cemburu liat lo sama si brengsek itu. Gue ngga tahu apa gue bisa bahagiain lo makanya gue diem.... tapi disini Nath.." Theo menunjuk kearah dadanya, "rasanya sakit Nath... Sakit!"
Nathasa yang mendengar penuturan Theo hanya bisa terisak sambil menggenggam tangan kakaknya yang terus mengepal menahan amarah. Wajahnya tertunduk penuh rasa bersalah, satu lagi pria yang ia buat sakit karenanya.
"Maaf... maafin Nath Bang!" Tapi Nathasa masih tidak sanggup memandang kearah Theo.
"Lo ngga..."
"Ngga apa ?" Vano memotong kata-kata Theo, "Apapun yang mau lo omongin gue ngga mau liat wajah lo lagi, apalagi sampai gue liat lo deketin adek gue." Pancaran mata Vano tajam menatap kearah Theo seolah mengisyaratkan kalau ia tidak main-main, "Gue pastiin lo bakal mati ditangan gue!"
Vano menyeret paksa Nathasa keluar dari club bahkan dia tidak segan-segan melakukan kekerasan pada orang-orang yang menghalangi jalannya, padahal tidak satupun dari mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu sampai dirumah Vano langsung mengurung Nathasa didalam kamar menghempaskan adiknya begitu saja hingga terduduk di ranjang dan merampas ponsel serta alat komunikasi lainnya yang gadis itu miliki.
"Mulai sekarang lo harus nurut sama gue ..." belum selesai Vano bicara Nathasa langsung membantahnya dan itu membuatnya tidak suka.
"Tapi Bang!"
"Ngga ada tapi-tapian Nath!" Menunggu Nathasa diam dan mendengarkannya,"Masalah ini bukan cuman tentang Theo..."
Nathasa mendongak dan menunjukkan wajah tidak mengertinya pada Vano.
"Masalah yang lo buat sudah terlalu besar. Sergio bakal melakukan klaim besar-besaran di perusahaan Felix dan itu semua gara-gara lo. Dia pikir kalo dilakuin itu lo bakal mau ninggalin Felix Nath!"
Nathasa mulai panik dan hanya bisa diam mendengarkan kata-kata Vano. Dia tidak menyangka Sergio akan senekad ini, ia pun berdiri dengan niat menemui Sergio untuk membatalkan semua rencananya.
"Mau kemana lo?"
"Nath mau ketemu Sergio bang, Nath mau jelasin semuanya!"
"Lo cuma bisa bikin masalah jadi gedhe, lebih baik lo tetep disini dan gue yang bakalan ngurus semuanya!" Tanpa menunggu jawaban dari Nathasa Vano membanting pintu dan membiarkan gadis itu sendirian didalam kamar.
.
.
.
.
.
.
Vano tidak berbohong kepada Nathasa, begitu terbangun dan tidak mendapati Nathasa disampingnya Sergio segera menelpon anak buatnya untuk melakukan apa yang telah ia rencanakan selama ini. Felix dan Retha kelimpungan karena hampir semua saham mereka jual jatuh kepada satu orang dan itu membuat kedudukan Retha sebagai pimpinan tertinggi diperusahan perlahan mulai tergeser. Saham warisan atas nama Sergio dari mendiang kakeknya yang juga kakek Felix ditambah dengan saham yang ia beli melalui perantara anak buahnya membuat dia menjadi pemegang saham terbesar sekaligus orang nomor satu yang memegang kendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubel In Love
RomanceIni karya pertama gue di watty, kenangan banget. Ancur tapi gue ngga bakal hapus. Ini sejarah besar dalam hidup gue ... nulis cuy.