"Aku tidak bodoh Nath! Aku masih bisa mengenalimu dengan baik!"
"Felix! Aku..."
"Aku berterima kasih padamu karena menolongku tapi bukan berarti aku bisa menerima tindakanmu!"
Duniaku seakan terhenti, Felix masih menatap datar padaku tapi sorot matanya menyiratkan kekecewaan. Tanganku meremas undangan pertunangan Diandra, nafasku seakan tercekat dtenggorokan.
"Apa tujuanmu mengaku-ngaku sebagai Diandra?" Kata-kata Felix menohokku
"..."
"Katakan Nath! Apa yang kamu inginkan?" Kepalaku tertunduk "Kalau hanya demi uang aku bisa memberikannya padamu, aku tahu bagaimana kehidupanmu Nath!"
Felix benar-benar membuatku menangis, Felix yang terbaring diranjang menatapku dalam diam tanpa perasaan sama sekali.
Kepalaku menggeleng "Tidak...hiks! Apa aku seburuk itu Felix!"
"Jangan membuatku merasa bersalah tak ada orang yang melakukan sesuatu tanpa alasan!" Nada suaranya dingin
"Sejak awal kamu sudah tahu alasannya kan!"
"Kamu menginginkan hatiku? Jika itu aku tak bisa memberikannya!" Tangisku pecah, hatiku teramat sakit karenanya
"Sudahlah! Katakan padaku dimana Diandra sekarang?" Aku mendongak menatapnya "Aku ingin menemuinya"
"Aku tahu dimana dia"
Tuhan aku sakit melihat binar mata dimata Felix. Setelah semua yang terjadi Felix masih saja mengharapkan gadis itu. Kututup mataku menahan semua perasaanku agar tak lagi meledak seperti sebelumnya.
"Nath!"
"..."
"Katakan padaku!" Sedikit memaksa
"Ini tak kan merubah segalanya!"
"Aku hanya ingin kamu mengatakan dimana Diandra?!"
" Akan sulit bagimu untuk mendapatkannya kembali!" Aku marah Felix masih saja tak bisa menghargai sedikit saja perasaanku padanya
"Apa maksudmu?" Kulempar benda itu dari tanganku, aku terlalu marah untuk berfikir dengan benar. Aku menggigit bibir bawahku menahan tangis tapi percuma air mataku begitu saja terurai. Aku tak peduli lagi dengan Felix, lalu aku memilih pergi menjauh darinya. Felix terus berteriak seperti orang gila saat aku pergi. Tidak ada alasan untukku kembali karena hanya nama Diandra terus Felix panggil.
.
.
.
Felix masih tak percaya dengan apa yang ia baca, sebuah undangan yang dilempar padanya bertuliskan nama gadis yang paling dicintainya, gadis yang sama yang membuat hidupnya berantakan. Bukan salah Nathasa jika akhirnya gadis itu memberi tahunya tentang kenyataan pahit ini. Felix sendiri yang terlalu kejam padanya hanya karena tak ingin memberikan harapan semu untuk Nathasa.
Tangannya merobek-robek kertas itu hingga tak karuan lagi bentuknya. Selang infus yang menempel ditangannya ditarik dengan kasar hingga meninggalkan bekas luka berdarah disana. Felix tidak peduli yang terpenting sekarang ia harus menemui Diandra untuk mencegah pertunangan gadis itu terjadi.
Felix panik saat menyadari ia tak bisa menggerakkan kedua kakinya. Ia berusaha keras untuk bergerak namun malah terjatuh dari ranjangnya sendiri. Menyadari ketidak berdayaannya membuat Felix histeris dengan terus menerus memanggil nama Diandra seolah berharap gadis itu mendengar dan menolongnya.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubel In Love
RomanceIni karya pertama gue di watty, kenangan banget. Ancur tapi gue ngga bakal hapus. Ini sejarah besar dalam hidup gue ... nulis cuy.