16

7.3K 400 4
                                    

"Kamu sakit sayang?" Tanya Sergio sambil menyentuh keningku.

Kepalaku menggeleng, " Aku baik-baik saja ... mungkin sebaiknya aku pulang, ini sudah terlalu malam."

Mungkin wajahku benar-benar berubah pucat hanya setelah mendengar ucapannya yang menakutkan itu, aku takut membayangkan apa yang terjadi pada orang-orang disekitarku karena amarahnya.

"Tidak!" Keningku berkerut mendapat jawaban itu, "Tinggallah denganku, aku tidak suka kamu bersama Felix satu atap!"

Aku tahu ini salah, tinggal dengan seseorang yang tidak menginginkanmu bahkan tanpa ikatan ini jelas salah. Tapi aku terlalu pengecut untuk mengakuinya.

Kediamanku membuat Sergio mengambil keputusan sepihak untuk memelukku, pelukannya terasa begitu hangat ditambah wangi tubuhnya yang selalu membuatku mabuk kepayang. Satu kesalahan lagi, harusnya aku tidak boleh seperti ini.

"Kenapa?" Tanya Sergio begitu aku mendorong pelan tubuh besarnya agar tidak memelukku lagi.

"Aku benar-benar harus pulang maaf..."Sergio malah mencengkrang kesar kedua bahuku dan menggoncangkannya kasar.

"Apa kamu tidak bisa mengerti kata-kataku?" Kedua matanya nyaris merah karena marah,"Aku mencintaimu apa itu tidak cukup? Aku bahkan bisa memberikan seluruh dunia ini untukmu. Kenapa kamu masih saja memikirkan pria itu apa kelebihan dia dibandingkan aku dan apa kekuranganku untuk mencintaimu?... katakan! Jawab pertanyaanku!"

Emosi Sergio membuatku takut, mataku hampir meleleh dibuatnya. Dia sangat menakutkan jika marah.

"Apa aku membuatmu takut?"

Tubuhku membeku ditempat tanpa ekspresi lalu Sergio menuntunku duduk diranjang dan sekali lagi memelukku. Pelukannya kini teramat menenangkan ditambah belaian lembut kedua tangannya membuatku perlahan tertidur dalam pelukannya meski mataku terasa begitu berair disaat yang bersamaan.

Tengah malam aku terbangun dengan Sergio disampingku, kami tidur bersama tapi tidak melakukan apa-apa. Sergio terlalu baik untuk menjadi brengsek ditambah lagi dia bukan pria yang mau mengambil kesempatan di saat aku lengah.

Kuputuskan untuk pulang selagi Sergio tidur, setelah aku menghabiskan waktu lama untuk menatap langit-langit kosong dalam dekapannya yang membuatku hampir tidak tampak karena tertutupi tubuh besar yang dipenuhi otot dimana-mana. Aku baru sadar kalau Sergio memiliki tatoo panjang ditangannya, tanganku sendiri tanpa perintah bermain disana mengikuti setiap alur gambar yang ada.

Aku benar-benar pergi setelah meninggalkan pesan diatas nakas dan mencium keningnya.

Orang pertama yang ingin kutemui sekarang adalah Theo, aku terlalu takut menemui Vano saat ini. Vano pasti akan meladeni semua emosi Sergio jika ia tahu sedang Theo mungkin dia akan mendengarkanku meski akhirnya akan sama saja nanti.

Bau alkohol menyeruak dari tubuh Theo begitu aku mendapatinya terkapar mabuk diclub bersama beberapa wanita nakal yang suka berkeliaran disana. Ini jelas aneh, setahuku Theo gay lalu kenapa wanita-wanita itu mengerubunginya seperti lalat.

Aku memindahkan tubuh Theo ke kamar khusus yang ada diclub dengan bantuan seorang bartender dan sekuriti, dengan telaten aku membersihkan tubuh Theo yang tidah hanya dipenuhi bekas minuman setan tapi juga lipstik dan parfum murah milik lalat-lalat busuk tadi.

Theo menggumamkan namaku saat aku menyentuhnya dengan washlap. Dia bahkan menarik tubuhku hingga jatuh dalam pelukannya dengan posisi berada tepat diatas. Kenapa semua pria suka sekali memelukku? Apa karena tubuhku yang gendut seperti bantal guling?

Keterlaluan padahal aku sudah mengurangi banyak porsi makanku akhir-akhir ini. Perlahan aku mencoba melepas pelukan erat tangan Theo di tubuhku tapi nihil tenaganya masih sangat besar untuk ukuran bayi gorila.

"Bang Theo!" Sambil menepuk-nepuk pipi Theo yang gempal, "Lepasin Nath, sesek tahu!"

Bukannya melepaskanku Theo malah menciumku dengan mata tertutup, aku merasa seperti wanjta murahan karena dalam semalam dua pria menciumku begitu saja. Kedua tanganku sibuk memukuli dada Theo saat lidah sibuk menginvasi setiap jengkal isi mulutku.

BRAKKK

Aku tidak tahu siapa yang masuk tapi saat tubuhku ditarik dan Theo dihajar habis-habisan diatas ranjang tanpa perlawanan aku melihat Vano yang sudah gila didepan mataku. Aku tahu abangku sangat mengerikan jika marah tapi tidak tahu jika bisa semengerikan ini.

.

.

.

.

.

Dikit ya ??ehmm gpp dech ntar siangan dikit update lagi .... sekarang mau balik bobo lagi sama papi dah jam empat pagi nih!

Takutnya papi bangun nyita entab aku!

Troubel In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang