Vano masih sibuk dengan minuman ditangannya saat seorang pria berpakaian serba hitam menghampirinya dan membisikan sesuatu ditelinganya. Seringai menghiasi senyuman Vano saat mendengarkan penjelasan yang ia dapat.
"Lo sampaiin ke Nyonya Retha besok dia bakal dapet apa yang dia mau!" Suara Vano bernada sinis.
Perlahan Vano mengirim sebuah pesan melalui ponsel kepada Theo untuk menjemput adiknya Nathasa besok pagi.
.
.
.
Sergio juga Retha duduk berdua saling berhadap-hadapan didalam ruang kerja Retha, hari ini Sergio akan mengembalikan semua saham yang ia beli kepada Retha dengan Nath sebagai syarat. Retha sendiri yakin kalau semua akan berjalan sesuai dengan harapannya karena orang kepercayaannya Vano sudah berjanji akan membawa gadis itu sendiri kepadanya. Bertahun-tahun bekerja dengannya pemuda itu tidak pernah sekalipun gagal menjalankan rancana kotor yang ia buat.
"Bagaimana?" Kening Sergio bertautan, "Aku rasa sudah waktunya kamu tanda tangan" lanjut Retha.
"Tidak" jawab Sergio dengan wajah dingin.
"Kamu ingin mengingkari janjimu?!" Retha menahan marah dengan mengepalkan tangannya.
"Tidak" masih dengan ekspresi yang sama, "Aku harus memastikannya dia baik-baik saja terlebih dahulu!"
Sergio tidak bodoh dan tidak mau Retha mencuranginya untuk kesekian kalinya jika gadis itu ternyata tidak ada.
"Baiklah!" Dengan nada kesal Retha meraih ponsel, "Dimana?"
Seulas senyum tersungging diwajah Retha lalu menunjukkan sebuah rekaman CCTV pada Sergio yang Vano kirim lewat email.
Direkaman itu tampak Nathasa sedang berada didalam lift bersama Vano juga Theo, sontak saja Sergio langsung panik dan berusaha mengendalikan dirinya.
"Apa kamu percaya sekarang?"
Sergio tidak menyangka lagi-lagi dua orang itu ikut campur urusannya bahkan berani mendekati gadisnya.
"Aku tetap harus bertemu dengannya dulu... secara langsung"
"Sekarang atau tidak sama sekali!" Retha tidak ingin dibantah.
Sergio tidak suka dengan apa yang dihadapinya sekarang tapi otak cerdasnya mendadak buntu karena kecemasan, ketakutan akan sesuatu yang buruk terjadi pada gadisnya sama seperti yang dulu terjadi. Ingatan Sergio mengarah pada saat ia menemukan Retha memukuli gadisnya membabi buta dan gadisnya hanya diam tanpa perlawanan.
Tidak
Ia tidak bisa mengulangi kesalahan lagi, mau tidak mau ia harus mengikuti permainan Retha. Sergio juga sudah siap jika Retha berbohong padanya tapi setelah melihat rekaman itu membuat kecemasannya berlipat gandha meski tampak gadisnya baik-baik saja disana.
Tanpa diminta dua kali Sergio mengambil pena diatas meja dan menandatangi sebuah kertas yang disodorkan Retha padanya.
"Sekarang mana gadis itu!" Tagih Sergio.
Dengan satu isyarat dari Retha orang suruhannya keluar dan membawa Vano masuk kedalam ruangan. Sendirian, Vano masuk kedalam ruangan Retha seorang diri tanpa Nathasa bersamanya.
"Mana gadis itu?" Ekpresi wajah Retha penuh tanya namun tetap mengintimidasi meski semua itu tidak berpengaruh sama sekali untuk Vano yang hanya bisa menyeringai dan mengangkat bahunya acuh.
Muak dengan kenyataan yang Sergio dapat lantas membuatnya merobek kertas yang baru ditandatanganinya.
"Apa yang kamu lakukan?!" Teriak Retha panik melihat robekan kertas yang Sergio hamburkan.
"Anda sudah berbohong jadi anda harus menerima konsekuensinya!" Menahan amarah
Sergio segera berdiri dan melangkahkan kakinya menuju pintu hingga sebuah pukulan melayang tepat dirahangnya.
Vano yang melakukannya hanya tertawa mengejek melihat Sergio tersungkur dilantai, Retha sendiri tampak bingung dengan apa yang terjadi.
"Brengsek!" Sergio bangkit dan mencoba membalas namun hanya dengan satu tangan Vano mampu manahan serangan Sergio.
" Yang brengsek itu lo!" Satu tangan Vano yang bebas kembali menghantam wajah Sergio, "Gue udah pringatin lo buat jauhin Nath tapi lo masih ngeyel!"
Tidak hanya Sergio yang dibuat terkejut dengan kata-kata Vano Retha yang sedari tadi diam hanya bisa membisu ditempatnya dengan banyak pertanyaan dikepalanya.
"Gue rasa nyonya besar juga harusnya mengerti!" Vano beralih menatap Retha dengan pandangan tajam, "Apapun urusan kalian jangan libatkan Nath ini juga berlaku untuk Felix!"
"Berarti lo tahu dia dimana" mata Sergio memerah sambil mengusap darah yang menetes dari bibirnya.
Vano tersenyum mengejek, "Bukan urusan lo!"
"Kenapa kamu melakukan ini? Apa untungnya untukmu?" Retha mengajukan pertanyaan dengan tetap berusaha tenang, "Aku mengenalmu cukup lama dan itu cukup untuk ku tahu!"
"Gue ngga peduli alesan lo.." Sergio kembali bersuara sambil mencengkram kerah baju Vano," Gue TANYA DIMANA DIA LO SEMBUNYIIN!"
"Jauhin dia kalo lo beneran sayang... karena gue ngga mau adik gue sama cowok brengsek seperti lo ataupun Felix yang ga tahu diuntung itu!"
Wajah kaget keduanya tidak terelakkan lagi, bagaimana bisa gadis bernama Nath itu adalah adik dari Vano?
![](https://img.wattpad.com/cover/16178320-288-k849622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Troubel In Love
RomanceIni karya pertama gue di watty, kenangan banget. Ancur tapi gue ngga bakal hapus. Ini sejarah besar dalam hidup gue ... nulis cuy.