"Semuanya?" ulang Sana sambil menoleh ke kanan, memandangi Jeongyeon yang mengangguk mendengar ucapannya.
Sana pun menegakkan posisi duduknya, matanya beralih sebentar ke lantai lalu kembali ke Jeongyeon. Diubahnya arah duduknya menjadi agak miring supaya bisa bertatap muka dengan Jeongyeon.
Sikap serius Sana membuat Jeongyeon mengira gadis ini siap mendiskusikan permasalahannya.
"Jeongyeon, kamu tahu kan aku tahu hampir semua hal tentang semua orang?" Jeongyeon hanya mengangguk.
"Termasuk soal kamu. Aku tahu masalah kamu yang gak pernah kamu ceritain sama siapa-siapa di sini. Tapi bukan itu intinya," lanjut Sana.
Jeongyeon yang masih tidak mengerti arah pembicaraan ini hanya diam dan menyimak.
"Orang gak selalu pengen ngomongin masalahnya. Kamu sendiri gitu. Sometimes they just wanna be alone for a while to cope with their own hurricane inside."
"Jadi biarin aja. Mereka cuma butuh waktu buat nenangin diri. Aku juga. Just leave me alone for now Yoo Jeongyeon."
Sana menutup tuturan panjang lebarnya, beranjak dari sofa yang nyaman itu ke kamarnya. Ia membuka pintunya pelan-pelan dan berjingkat masuk ke dalam, tidak mau membangunkan Dahyun dan Chaeyoung yang sudah tertidur pulas.
💅
"The eonnis are going crazy."
Kalimat itu membuka percakapan Dahyun dengan Chaeyoung dan Tzuyu. Keduanya baru saja selesai menghadiri kelas ketika Dahyun datang menghampiri mereka, lari-lari kecil dari gedung fakultas sebelah seolah ada hal penting yang tidak bisa menunggu.
Beberapa hari ini ia memperhatikan situasi dan kondisi di rumah yang tidak sedikit pun membaik. Nayeon masih tidak terlihat batang hidungnya.
Momo dan Sana masih saling diam atau melempar pandangan sinis ke satu sama lain. Padahal jelas-jelas keduanya menangis semalaman, dinilai dari mata mereka yang bengkak.
Jihyo mengunci diri di kamar, membuat Mina harus tidur di ruang TV dan menyingkirkan Momo ke dapur (Well, gadis itu mungkin oke oke saja tidur di dapur).
Ia sampai membuat surat sakit supaya bisa melewatkan kelas-kelasnya. Rupanya ia memilih sembunyi sambil menenangkan diri daripada datang ke kampus dan menghadapi bisikan-bisikan gosip atau pencabutan beasiswa cheerleader-nya.
Lebih anehnya lagi Jeongyeon tidak berbuat apa-apa, berkutat dengan tugas kuliahnya sepanjang waktu. Langit roboh pun tak akan ia pedulikan.
Dahyun tidak yakin ia bisa bertahan tinggal di rumah bersama gadis-gadis itu untuk beberapa hari lagi jika situasinya masih begini. Rasanya seperti tinggal bersama sejumlah orang asing yang benar-benar asing di pulau terpencil.
Pulang ke rumah orang tua-nya juga tidak akan menyelesaikan masalah, karena itu ia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Hanya saja reaksi Chaeyoung dan Tzuyu perihal niatnya itu sama sekali tidak membantu.
Tak satupun cara yang masuk akal terpikirkan oleh mereka untuk mengembalikan keadaan menjadi seperti biasa.
"Emangnya kita bisa apa? Kan mereka yang punya masalah?" kata Tzuyu, membuka bungkusan roti yang dipegangnya dari tadi dan melahap satu gigitan besar hingga mulutnya penuh.
Dahyun mendecakkan lidahnya, mengulurkan tangannya untuk merampas roti itu dari Tzuyu.
"Stop eating!! Ini masalah seluruh tim."
Tzuyu mengerucutkan bibirnya dan merebut kembali roti isinya dari sitaan Dahyun.
"What's wrong with eating though? I'm so hungry," keluh Tzuyu yang tidak melihat ada alasan kuat baginya untuk berhenti makan disaat perutnya melolong histeris minta diisi.
"Emang sebelumnya mereka gak pernah berantem sampe kayak gini?" Tanya Chaeyoung pada Dahyun.
Sekarang tiga anggota termuda 9MILLION itu melangkah menyusuri koridor menuju ke lift.
"Nggak," Dahyun menggelengkan kepala lalu melanjutkan, "aku emang baru setaun gabung sama mereka tapi aku yakin dulu mereka gak pernah gini."
"Tapi masalah Momo sama Sana eonni gak nyangkut soal tim sama sekali, tau kan- IH CHOU TZUYU!"
Ucapan serius Chaeyoung terpotong ketika kedua manik matanya menangkap Tzuyu sedang tersenyum lebar sambil melambai-lambai ke seseorang yang berdiri di dekat lift.
Gadis Son itu sampai menurunkan tangan Tzuyu dengan paksa untuk menyelamatkannya dari rasa malu, masalahnya orang yang disapa tidak menyadari keberadaan Tzuyu.
"Apa sih," protes Tzuyu pelan.
"Kita lagi ngobrol serius nih, fokus dong!" Balas Chaeyoung.
"Kamu senyum sama siapa?" Dahyun ikut-ikutan, memandangi sosok lelaki berkulit agak gelap dan berkemeja putih di dekat lift.
"Kim Mingyu? Ngapain dia di sini? Bukannya waktu itu- wait are you dating him now?"
"Nggak. Kita kan saling kenal." Jawab Tzuyu, lalu mengerutkan dahinya. Ia sedang berusaha mengingat sesuatu.
"Dia pernah sih ngajak nge-date, katanya mau nonton film."
"Hah nonton? Kapan?" Serbu Chaeyoung dan Dahyun bersamaan.
"I don't know he said some times."
"Well guess what, 'some times' will never happen."
Setelah mengatakan itu Chaeyoung mengarahkan atensi teman-temannya kembali ke Kim Mingyu yang kini bersama seorang perempuan entah siapa, mungkin salah satu temannya.
Mingyu merangkul gadis itu sambil bertukar canda dan tawa. Kemudian ia mengecup pipi gadis itu dan mengacak-acak rambut cokelatnya yang panjang sepinggang.
"Oh no he didn't," kata Dahyun tidak percaya.
"Yes he did," sahut Chaeyoung.
"Dia cuma mainin kamu! Aku mau ngomong sama dia!"
Secepat kilat Tzuyu menahan Dahyun yang marah dengan menarik lengannya. Tzuyu tampak tenang dan datar, sulit menerka-nerka apa yang dirasakannya saat ini.
"Aku gak terlalu suka nonton film kok," ujar Tzuyu sambil melempar bungkus rotinya ke tempat sampah.
Chaeyoung dan Dahyun memandanginya penuh tanda tanya, apa gadis ini baik-baik saja?
Ketiganya lanjut berjalan menuju lift dengan posisi berjajar layaknya 'geng' perempuan pada umumnya. Tzuyu bahkan tidak melirik Mingyu sedikit pun saat ia berdiri tepat di sebelahnya untuk menekan tombol panah atas.
"Hey Tzuyu," sapa Mingyu ramah.
"Oh hai sunbae," balas Tzuyu sambil tersenyum tipis.
"Yang tadi itu pacarnya ya?"
Pertanyaan Tzuyu berhasil membuat Mingyu kehilangan kata-kata. Ia membuka mulut untuk menjawab namun gadis manis di sebelahnya itu lagi-lagi membungkamnya.
"Why did you even ask me out? Why were you being so kind to me?" nadanya begitu tenang.
Pertanyaan itu terdengar sangat naif ketika suara Chou Tzuyu yang menyampaikan. Namun Chaeyoung dan Dahyun yang tetap diam sambil membaca keadaan mengerti betapa menusuknya kata-kata Tzuyu.
Pintu lift akhirnya bergeser terbuka selepas lima menit yang canggung berlalu. Dahyun menarik Tzuyu masuk ke lift, Chaeyoung mengikuti setelahnya, meninggalkan Mingyu yang masih berdiri dalam diam.
Teman mereka itu masih saja memasang ekspresi datar seolah tidak ada apa-apa, ia malah memulai topik tentang makan siang dan nilai tes hariannya.
Sungguh dalam hati sebenarnya Tzuyu kecewa.
💅💅💅
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS' PROBLEM ✓
Fanfiction❝You think you can survive in a girl world?❞ Ketika Myoui Mina yang trauma menjalin pertemanan dengan sesama perempuan bertemu dengan si kapten cheers Park Jihyo serta cheerleading squad-nya, ia pun memasuki dunia baru di mana ia dikelilingi delapan...