episode 04: best kind of people?

1.3K 257 6
                                    

“Kamu ngapain sih malah ngobrol sama dia?! Aku, Sana sama Dahyun nungguin kamu dari tadi!” Celoteh Momo sambil merangkul Mina, memaksanya menyamakan kecepatan langkah Momo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu ngapain sih malah ngobrol sama dia?! Aku, Sana sama Dahyun nungguin kamu dari tadi!” Celoteh Momo sambil merangkul Mina, memaksanya menyamakan kecepatan langkah Momo.

Mendengar nama Sana membuat Mina cukup heran. Tadi pagi keduanya bagaikan dua ekor kucing berkelahi, sekarang mereka sudah ke kantin bersama lagi? Mina tidak bisa mengerti persahabatan Momo dan Sana.

“Emangnya kenapa sih sama Jaebum sunbae? Aku gak boleh ngobrol sama dia?” Momo tidak merespon, mungkin terlalu lelah untuk bicara lagi setelah berjalan bolak-balik antara kantin dan gedung fakultas Mina yang jaraknya cukup jauh.

Siang ini kantin cukup ramai dipenuhi mahasiswa dari berbagai jurusan, hampir setiap meja terisi penuh. Nyaris tidak ada makanan tersisa kecuali beberapa jenis makanan ringan dan masakan yang kurang digemari.

Mina hanya membeli sekotak susu pisang, lalu mengikuti Momo ke meja yang ia tempati bersama Sana dan Dahyun. Meja putih bundar itu berada tepat di sisi jendela besar yang menghadap ke luar, memperlihatkan lingkungan kampus dan orang berlalu-lalang dalam kesibukan masing-masing.
Sana dan Dahyun yang sedang asik membahas warna cat kuku terbaru langsung menunda obrolan mereka ketika Momo dan Mina datang.

“Mina eonni kok lama banget?” kata Dahyun.

“Tadi dia malah ngobrol dulu sama Jaebum sunbae,” celetuk Momo, sebelum Mina bahkan bisa membuka mulutnya untuk menjawab.

“Oh ya? Haha,” tawa Sana sambil menusuk sepotong sosis dengan garpunya. “Jangan deket-deket si playboy itu.” imbuhnya.

Entah apa alasannya, tapi Mina segera berdalih, “dia baik kok kayaknya.”

“NO!” Ketiganya berseru bersamaan, hampir membuat Mina serangan jantung.

“Eonni, pokoknya mantan pacar temen setim itu udah garis batas paling jauh paling gak boleh paling bahaya paling haram,” ungkap Dahyun serius sambil menatap Mina lekat-lekat.

Momo, masih sambil mengunyah makanannya, menunjuk ke arah salah satu meja di tengah-tengah kantin. Di sana ada beberapa anggota tim baseball yang sedang makan sambil main truth or dare.

“Nih aku kasih contoh. Ada jenis orang-orang baik dan buruk di sini, contohnya Jinyoung dan Mark sunbae. Jinyoung sunbae, pacarnya Nayeon eonni. Mereka udah 3 tahun lebih pacaran, dia setia, baik, satu-satunya yang kuliahnya masih lumayan bener dibanding temen setimnya yang lain. Calon suami idaman pokoknya,”

Masih tidak mengerti apa yang sebenarnya ingin Momo sampaikan, Mina diam saja dan menyimak setiap kata yang keluar dari mulut temannya itu.

“Terus Mark sunbae,” Momo terdiam sejenak, raut wajah dan sinar di matanya berubah ketika menyebut nama itu.

“Dia ketua student body, dia—”

“Udah mau diganti kan tahun ini, dia udah nunda kelulusan dua kali,” potong Sana.

“Diem deh San, berisik!” Sentak Momo. “Dia ganteng banget, kalem, penyabar, jeleknya cuma dia udah punya pacar. Ngeselin lagi pacarnya,” lanjutnya sambil menunjukkan ekspresi jengkel ketika ia menyebut kata ‘pacar’.

“Nah Jaebum sunbae ini jenis yang satunya, kuliah bolong-bolong, player, brengsek lagi hih pokoknya nggak banget. Jadi intinya, cari orang baik kalo mau pacaran. Jangan sama dia, apalagi dia mantannya Jihyo.”

“Aku gak ada niatan kayak gitu kok, lagian kita baru ketemu dua kali. Mana mungkin langsung suka,” ujar Mina. Hari ini sudah dua kali ia mendengar tentang orang-orang paling baik dan paling buruk dari dua orang berbeda. Sebenarnya siapa yang bisa ia percaya?

Obrolan tentang cowok-cowok baseball & jenis-jenis orang di kampus itu berlanjut ke topik lain. Mulai dari soal mantan sampai make-up dan gosip terbaru kampus, yang mengingatkan Mina pada majalah gosip kampus tadi.

Ia mengambil artikel yang ia sobek dari mading, tanpa basa-basi lagi langsung menanyakan pada Sana apa ia tahu sesuatu.

Gadis Minatozaki itu menelan ludah karena gugup. Wajahnya diwarnai ekspresi takut dan rasa bersalah. Masalahnya ia belum tahu seperti apa Mina yang pendiam kalau sedang marah, atau apakah gadis itu akan marah kalau tahu memang dia yang ‘tidak sengaja’ memberi info-info itu ke majalah gosip kampus.

“Eh itu, aku gak maksud nyebar-nyebar itu ke majalah kampus. Aku gak sengaja … maafin aku Mina. Aku abis stalk blog kamu terus … tapi bener deh yang nyebut-nyebut dompet itu bukan aku,” jelas Sana dengan hati-hati, diperhatikannya raut wajah Mina; sepertinya Mina tidak akan memakinya atau menjambaknya seperti Momo.

“Wah parah Sana eonnie! Sembarangan banget,” sela Dahyun yang sedang membaca artikel tersebut. Mina sendiri malah tidak ada respon, ia tetap bungkam. Sana jadi semakin panik dan terus mengulang-ulang permintaan maafnya sampai Mina mengiyakan.

“Kita temen kan Mina? Lupain aja ya gak usah bilang-bilang juga ke Chaeng sama Tzuyu. Ya ya ya? Aku janji gak gosipin kamu lagi deh.”

Momo cuma ikut tertawa mengejek mendengar kalimat yang keluar dari mulut Sana dengan nada sok imut itu.

Sementara Mina menghela napas, lalu menatap ke arah Sana. Setengah hatinya masih agak kesal dengan kelakuan si tukang gosip ini.

“Iya deh.”

💅💅💅

GIRLS' PROBLEM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang