episode 27: momo's ending page

988 196 4
                                    

D-7 Nationals

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D-7 Nationals

Suara musik dan seruan semangat gadis-gadis memenuhi gimnasium Youngkwang University hingga larut malam datang menggantikan siang.

Udara semakin dingin, bahkan untuk mereka yang sudah mengulang gerakan yang sama berkali-kali hingga keringat membanjiri seluruh tubuh mereka.

Sang kapten Park Jihyo seperti tak bisa kehabisan tenaga dan suara, ia menepuk tangannya dua kali dan meminta mereka mengulang routine itu sekali lagi.

Momo tak kuat menahan diri untuk protes, ia belum makan dari sore dan sudah mulai kelaparan.

"Jihyo, aku udah capek! Udahan aja yuk?" Keluh Momo, lalu menunjuk perutnya.

"Aku laper," lanjutnya.

Jihyo tak terpengaruh sedikit pun, sisi kapten tegasnya selalu mengambil alih setiap latihan, ia tidak akan luluh pada wajah memelas Hirai Momo sekalipun.

"I want you to shut up, and do it again." Balas Jihyo dingin, menunjuk posisi awal Momo dan memaksa gadis itu kembali dalam formasi.

Mendengus kesal, Momo tetap menurut sembari menggumam "yes sir".

Musik kembali terdengar, menggema ke seluruh ruangan. Jihyo berdiri di depan sebagai titik tengah dari formasi V, lalu ia menepuk tangan sekali, memberi tanda pada delapan anggota lainnya untuk menyebar ke posisi berikutnya sambil melakukan handspring.

Ia sendiri mundur ke belakang, memberi spotlight seutuhnya pada Dahyun, Chaeyoung dan Tzuyu yang menjadi center rangkaian gerakan berikutnya.

Seperti biasa, mereka tidak melakukan banyak stunt, Jihyo memilih untuk memperbanyak unsur tarian dan gimnastik. Jihyo, Mina dan Chaeyoung tetap menjadi flyer seperti biasa, kali ini sang kapten juga memperbolehkan Momo memasukan dance break solo di tengah-tengah.

Jeongyeon dan Nayeon yang biasanya menjadi base dan selalu berada di belakang juga tidak ketinggalan mendapat spotlight, bersama dengan Sana mereka memimpin bagian penutup.

Penampilan singkat berdurasi dua setengah menit itu berhasil Jihyo kemas untuk memberi setiap anggota perhatian dari penonton, bukan hanya dia sendiri sebagai kapten.

Park Jihyo cukup puas dengan dirinya dan timnya, kali ini perasaannya tentang kompetisi nasional sangat positif. Ia mematikan musik yang masih mengalun, lalu mengajak teman-temannya duduk melingkar di lantai.

Waktu sudah menunjukkan pukul 11:55, sebaiknya ia mempercepat sesi briefing ini atau sekumpulan cheerleaders kelelahan akan menyerangnya.

"Latihannya udah cukup. Seminggu ke depan aku kasih kalian libur latihan supaya gak terlalu capek juga. Aku yakin nationals tahun ini kita pasti menang. I know you guys are the best. Ada pertanyaan atau apa gitu?"

Jeongyeon mengacungkan tangannya. "Yang mau nyetir pulang sekarang siapa? Tangan aku sakit."

"Hmm aku aja. Ada lagi?"

Jihyo menyapukan pandangannya dari mulai Tzuyu yang duduk paling pinggir sampai Sana di ujung yang lain. Wajah-wajah lelah menatap kembali ke padanya, Jihyo pun berdeham dan menutup sesi briefing saat itu juga. Ia tak bisa menahan mereka di sini lebih lama lagi.

Gadis-gadis itu pun membereskan tas masing-masing, menghabiskan air di dalam botol minum mereka, lalu satu per satu berjalan menuju pintu ke luar gimnasium. Jihyo dan Momo adalah dua terakhir yang tersisa.

Keduanya berjalan bersama menuju pintu sambil saling merangkul, membicarakan masa-masa sulit bersama para senior dulu. Saat ini mereka bisa tertawa dan tersenyum di dalam nostalgia, walau saat itu hari-hari mereka sebagai cheerleader dipenuhi tangis dan luka lahir batin.

"Nih kunciin pintunya, aku mau manasin mobil dulu," ucap Jihyo, melempar kunci gimnasium ke Momo sambil tersenyum lebar, lalu melangkah pergi.

Momo hanya tertawa kecil, melakukan yang Jihyo minta, dan memasukkan kunci perak itu ke dalam saku celana pendeknya.

Ketika ia membalikkan badan, Mark sudah berdiri di belakangnya.

Dulu Momo pasti langsung bersikap manis, atau panik karena penampilan lusuhnya dan badan bau keringatnya. Sekarang ia memasang wajah datar, bahkan sama sekali tidak mau menatap mata laki-laki itu.

"Mau ngambil kunci?" Tanya Momo singkat.

Mark hanya mengangguk, menerima benda perak kecil yang Momo lempar padanya. Mark tidak sempat berbasa-basi pada gadis Jepang itu, Momo langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat malam atau sapaan lainnya.

Ia teringat Momo yang sering mengajaknya makan bersama, atau mendatangi kelasnya cuma untuk berkata 'hai'.

Ia selalu menganggap Momo sebagai adik kecil, namun kini ada sedikit penyesalan di hatinya. Mengapa dulu ia tidak pernah mengiyakan ajakan Momo?

Sekarang ketika ia punya niatan untuk mengajak Momo makan di tempat sushi kesukaannya, gadis itu malah menghindarinya habis-habisan.

Sekarang ia mengerti makna menghargai sesuatu sebelum hal itu hilang.

💅💅💅

GIRLS' PROBLEM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang