episode 02: dinner chit-chat

1.7K 321 1
                                    

Meja makan bundar di dapur sudah diisi dengan tiga piring ayam goreng, beberapa kaleng bir dan jus jeruk, serta semangkuk kimchi buatan ibunya Dahyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meja makan bundar di dapur sudah diisi dengan tiga piring ayam goreng, beberapa kaleng bir dan jus jeruk, serta semangkuk kimchi buatan ibunya Dahyun.

Makan malam sehat untuk diet tidak ada dalam kamus Momo. Minggu ini gilirannya tugas memasak, dan itu artinya satu minggu penuh junk food.

“Jihyo eonni ke mana?” Tanya Dahyun sambil membuka kaleng jus jeruk.

“Dia belom pulang. Lagian dia kan paling anti makan makanan dari Momo,” jawab Sana, menempati kursi di sebelah Dahyun.

“Dia anti sama aku bukan cuma makanannya,” ketus Momo. “Aku nggak ngerti dia bisa makan rumput doang. Emangnya kenyang ya?”

“Itu namanya sayuran, bukan rumput. Dasar bego,” timpal Jeongyeon.

“Kalian ngomongin apa sih? Rumput apaan?” Tzuyu menyela sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Dahyun menggelengkan kepalanya sambil menatap Tzuyu tidak percaya. “Bukan apa-apa. Gak usah dibahas lagi Tzuyu.”

Dalam beberapa menit piring pertama sudah kosong. Seperti biasanya, Sana menceritakan pada mereka gosip-gosip terbaru di kampus, lalu pembicaraan mereka berlanjut ke ratusan topik lainnya. Hal baru yang mereka suka lakukan saat makan malam adalah mengganggu Tzuyu, si bayi polos baru dalam tim.

Di tengah canda tawa mereka, tiba-tiba Mina masuk ke dapur dengan muka bantal. Nayeon segera mengambil satu kursi lagi dan menyuruh Mina duduk di sebelahnya. Momo menyodorkan ayam goreng serta sekaleng bir sambil cengar-cengir.

“Mina! Cerita sedikit dong tentang hidup kamu,” pinta Sana, senyum jahil tersungging di bibirnya.

“Cerita apa ya, hidup aku gak menarik,” ujar Mina masih setengah sadar.

“Ah bohong.” Sana meledek, menyesap bir kalengannya perlahan lalu mengernyit begitu bir itu melewati kerongkongannya.

“Mina eonni kayaknya gak suka ngomong ya,” kata Chaeyoung sembari mencomot potongan ayam terakhir dari piring kedua, merebutnya dari Tzuyu yang langsung manyun.

Mina mengangguk pelan. “I don’t know how to get along with you guys.”

“Gak perlu bingung gitu Mina, kita semua pasti memperlakukan kamu dengan baik.” Nayeon merangkul Mina sembari menepuk-nepuk pundaknya, kali ini ia tidak menyingkirkan lengan Nayeon atau menghindar.

Ia membuka kaleng bir dari Momo dan meminumnya perlahan. Ia tidak pernah begitu menyukai rasa bir kalengan, namun ia terus menyesapnya tanpa sadar.

Setelah meja dipenuhi piring kosong dan kaleng-kaleng minuman kosong, satu persatu kursi di ruangan itu juga mulai kosong. Dahyun mengajak Chaeyoung tidur lebih awal, lalu Tzuyu mengikuti mereka berdua karena kebingungan harus berbuat apa.

Nayeon pergi ke teras untuk menerima telepon dari pacarnya. Sementara Jeongyeon seperti biasa mengerjakan tugas kuliahnya yang tak kunjung habis, meninggalkan Mina, Sana, dan Momo di dapur.

Momo kelihatannya mulai error gara-gara kebanyakan makan ayam, ia menyandarkan kepalanya di meja sambil menggumam tidak jelas.

Tidak ada alasan tertentu mengenai perasaan tidak enak Mina setiap kali ia melihat Sana, ia merasa agak canggung. Gadis itu terus memasang ekspresi yang sulit dijelaskan, seakan ada banyak hal yang ia ketahui. Mina hampir saja berdiri dari kursinya sebelum Sana memanggil namanya dan menyuruhnya duduk kembali.

“Mau aku kasih tau rahasia gak?” Kata Sana dengan nada sok misterius.

“Rahasia?” Ulang Mina terdengar bingung.

“Iya, tadi siang aku denger Jeongyeon cerita sama kamu.” Sana memulai. “Tapi Nayeon eonni malah motong, ya kan? Mau aku kasih tahu lanjutannya?”

Rasa penasaran berhasil mengalahkan perasaan tidak enaknya, Mina mengangguk sambil melipat tangannya di atas meja, siap untuk menyimak apa pun yang akan Sana katakan padanya.

“Sebenernya yang bikin tim ini jatuh bukan cuma kesalahan Jihyo di final itu,” ucap Sana, memainkan kaleng birnya yang sudah kosong. Ia tersenyum tipis lalu melanjutkan.

“Ada mantan anggota tim ini yang nyebar rumor bullying, orang jadi takut mau gabung. Dia bilang kalo salah satu dari kami nge-bully dia sampe dia stress.”

Mina tertegun sejenak, mendengar kata bully membuat kenangan-kenangan buruk bermunculan di kepalanya. Ada satu orang yang menjadi dugaan pertamanya, tapi ia tidak begitu yakin.

“Itu cuma rumor kan? Berarti gak bener dong,” kata Mina pelan.

“Entahlah, aku gak pernah liat kejadiannya langsung tapi mungkin aja bener. Siapa yang tahu,” timpal Sana. Lalu tiba-tiba ia mengatakan sesuatu yang sama sekali tidak ada hubungannya.

“Ngomong-ngomong Jihyo gak suka sama kamu gara-gara kamu ngobrol sama mantannya.”

“Mantannya? Siapa?” Mina lagi-lagi dibuat bingung. Selama dua minggu ini di kampus, ia hanya pernah mengobrol dengan teman sekelasnya. Mana ia tahu siapa mantan pacarnya Jihyo.

“Itu loh, Im Jaebum sunbae. Kata Jihyo dia sempet liat kamu ngobrol sama Jaebum sunbae di depan lab bahasa.”

“Oh itu, aku kan cuma—“

Suara langkah kaki menuju ke pintu dapur menghentikan pembelaan diri Mina yang bahkan belum sampai setengah kalimat. Ia menoleh dan mendapati Jihyo sedang berdiri di sana dengan wajah muram.

💅💅💅

GIRLS' PROBLEM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang