Part 9

647 76 1
                                    

Satu bulan telah berlalu...

Kini kondisi kesehatan dari Paman KiHa semakin menurun setiap harinya. Dokter memang sudah memvonis beliau dengan harapan dapat bertahan selama 2 bulan lamanya, berarti hanya tersisa satu bulan untuknya dapat bertahan hidup. Paman KiHa berusaha untuk pasrah dan berserah dengan hasil yang diterimanya satu bulan lalu. Ketika Sowon yang selalu setia mengunjunginya, Paman KiHa selalu merasakan kebaikan dan kebesaran hati yang Sowon miliki, walau Sowon selalu menceritakan kisah hidupnya yang selalu merasa tak ada nyawa, iya diperhatikan oleh orang tuanya saja jarang, yang ada hanya Nayoung sebagai Noonanya yang sangat cerewet kepadanya.

Hari demi hari Sowon menemani Paman Kiha setelahnya pulang kantor menjadi rutinitas kegemarannya, bermula dari suatu kecelakaan yang membuat Sowon selalu merasa bersalah hingga sekarang menjadi rasa nyaman untuk dirinya berada disisi Paman KiHa. Bisa dibilang Paman KiHa sudah seperti Appa kedua untuknya, selalu memberikan semangat bahkan inspirasi yang sangat berguna baik untuk perusahaan ataupun untuk pribadi Sowon sendiri.

Sowon hanya dapat membalas dengan terus berada disampingnya, menuruti kemauannya dan memberikan cerita-cerita lucu yang dapat membuat Paman KiHa kembali tertawa dan tersenyum. Tapi tetap saja kebahagian itu hanya terpancar dari wajah Paman KiHa saja, sedangkan hatinya masih selalu merindukan anaknya, Eunha.

Dalam satu bulan itu, Sowon tetap terus berbohong dengan memberikan pesan maupun telepon kepada Eunha mengenai kondisi Appanya itu di Italy. Tapi jauh di lubuk hati paling dalam Sowon, dia tak tega harus berbohong seperti itu.

Seminggu setelah kecelakaan itu Paman KiHa di pindahkan oleh Sowon dari rumah sakit di Dangjim ke rumah sakit di pusat kota Seoul agar Sowon lebih mudah menjangkaunya. Malam itu Sowon langsung melaju dengan mobilnya ke rumah sakit, karena terlalu banyak kerjaan hari ini sampai-sampai Sowon harus lembur dan menjadi sedikit terlambat untuk menjenguk Paman KiHa. Ketika sampai di rumah sakit, Sowon langsung masuk ke kamar rawat dengan senyuman penyemangat untuk menyapa Paman KiHa yang sedang terbaring dan terlihat sangat pucat dan semakin kurus.

"Annyeong Paman, maaf aku baru kesini, kerjaan di kantor menumpuk. Jadi bagaimana keadaanmu hari ini?"

"Tidak apa-apa anak muda, keadaanku? Seperti yang kau lihat, bagaimana?"

"Paman semakin terlihat sehat. Hmm Paman belum makan kan? Aku bawa makanan nih, walaupun masih bubur ya Paman, tapi ini bubur paling enak. Kalau aku sakit, pasti aku selalu dibelikan bubur ini dan jadi lebih sehat." ujar Sowon memberikan semangatnya

"Terima kasih Sowon, kamu tidak perlu repot-repot selalu bawa makan malam seperti ini. Di rumah sakit kan sudah disediakan juga."

"Aku tak mau Paman memakan makanan yang rasanya sama setiap hari, pasti rasanya hambar dan tak enak bukan? Jangan melarangku lagi, aku akan tetap membawakan makan malam untukmu." ujar Sowon yang hanya dibalas senyuman lemah Paman KiHa

Sowon lalu duduk di sampingnya untuk makan malam bersama Paman KiHa, disela-sela mereka berdua makan..

"Apa kau sudah menghubungi Eunha hari ini?" tanya Paman KiHa

"Maaf Paman, aku belum sempat hari ini, setelah aku pulang dari sini aku akan meneleponnya."

"Kelihatannya kau dan Eunha menjalin hubungan yang baik?"

"Uhuk! Maksud Paman?" ujar Sowon tersedak makanan karena kaget dengan lontaran pertanyaan Paman KiHa

"Maksudku, kalian berdua menjadi dekat karena Eunha mungkin mempercayaimu sebagai penyambung pesan Appanya."

"Hmm aku hanya menuruti permintaan Paman saja, tak lebih. Dan juga Eunha kelihatannya masih sangat berhati-hati sekali denganku.."

"Iya, pasti dia masih ragu untuk bisa percaya sepenuhnya dengan apa yang kau katakan atau tidak, tapi hanya kau satu-satunya yang memberikan informasi terus menerus kan... Tenang saja, dia akan percaya padamu.."

Rainbow After The Rain [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang