"Bundaaaa... aku berangkat" Aku berteriak sambil berlari dan membanting pintu asal.
"Dasar, selalu saja begitu" Ucap bunda yang samar-samar kudengar.
Sekuat-kuatnya aku berlari. Kukerahkan semua tenaga untuk berlari sekencangnya.
Yah, walaupun secepat apapun aku berlari tetap saja aku yakin pasti terlambat. Karena sudah pasti aku ketinggalan bus. Tapi apa salahnya berusaha kan?
--
Dan, benar saja. Begitu aku tiba di sekolah, gerbang sudah ditutup. Sia-sia saja aku berlari.
'Ayo berpikir.. Berpikir.. Pikir..' gumamku sambil berjalan mondar-mandir.
Dan, yak!!
Aku segera berlari menuju samping gedung sekolah. Kalian pasti tau apa yang aku pikirkan.
Ya, aku akan memanjat pagar ini. Nekat? Kurasa lebih baik daripada lewat depan dan dihukum.
Kulemparkan tas ku kebalik pagar. Dan, yeay!! Berhasil.
Setelah itu, aku mundur beberapa langkah. Membuat jarak dengan pagar. Sekali lagi kupandangi pagar didepan yang kira-kira berdiri menjulang 2 meter-an.
Kuyakinkan diriku sekali lagi, menghela nafas panjang. Dan, aku mulai berlari kemudian melompat saat sudah sampai didepan pagar.
Aku bermaksud untuk meraih ujung tembok sambil melompat tadi. Aku berhasil meraihnya dan sekarang posisiku sedang bergelantungan di pagar.
Entahlah, aku tidak begitu yakin dengan apa yang terjadi selanjutnya.
GEDUBRAAAAK
Yang ku ingat hanya bunyi tadi dan diriku yang sudah tersungkur di tanah.
Sial.
"Mau mencoba menjadi maling ya?, kurasa kau belum cukup berbakat. Hmpft"
Kata seseorang yang kurasa sedang menghampiriku sambil menahan tawa.
Dia ada didepanku dan menjulurkan tangannya bermaksud membantuku.
Dengan kesal kusambut uluran tangannya sambil sesekali menggerutu.
"Kau terlambat? Dasar tidak disiplin" katanya lagi.
Ha?
"Ucapan itu juga berlaku untukmu tau. Kau juga terlambat. Dan kau juga tidak disiplin" jawabku kesal.
Dia hanya tertawa. Menyebalkan.
DUUGH
Itu suara tasnya yang bernasib sama dengan tasku.
Dia mengambil ancang-ancang dan berlari. Kemudian melompat dan meraih ujung pagar, sama dengan yang dilakukanku tadi.
Tapi kali ini dia berhasil naik dan duduk di atas pagar dengan mudahnya.
"Giliranmu, lakukan seperti tadi dan aku akan membantu" ucapnya.
Baiklah, akan aku lakukan. Aku mulai mepakukan apa yang dia lakukan tadi.
Setelah bergelantungan di pagar, dia segera menarik tanganku dan aku berusaha untuk memanjat.
Berhasil. Aku berhasil duduk di pagarnya.
Sekarang apa? Aku harus turun kan? Tapi ini sangat tinggi.
DUGH
Dia melompat turun dan memandang ke arahku. Dia menggerakkan tangannya mengisyaratkan agar aku menirunya lagi.
Kupejamkan mata. Menghela nafas. Dan lompat!
GREB
Tidak sakit. Kubuka mata. Ternyata dia menangkapku. Sekarang posisiku berada di gendongannya.
Kami berpandangan lama."Oh ayolah, jangan meniru adegan drama yang biasa kau tonton"
Dan dengan seringainya dia menaik turunkan alisnya menggodaku.
Aku turun dari gendongannya dan menjitak kepalanya sambil cemberut.
Dia hanya tertawa dan mengacak rambutku asal. Menyebalkan.
"Ayo, kita harus ke kelas. Nanti istirahat temui aku di kantin tempat biasa. Oke? Daah!!"
Dis berkata sambil berlari meninggalkanku.
Aku pun bergegas menuju kelasku.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL(IA)
FantasyBagaimana rasanya menjadi seorang pahlawan? Kau tahu? Aku merasakan banyak sekali perasaan. Seperti? Mungkin senang? bangga? Bingung? Sedih? Takut? Terkejut? Dan.. Entahlah Yaaah, yang perlu kalian tau, menjadi pahlawan itu memiliki banyak rasa. W...