16

30 10 6
                                    

Dasar alien menyebalkan. Pede tingkat tinggi. Ngga punya malu. Sialan. Huh.

Segala macam umpatan selalu memenuhi pikiranku. Tentu saja umpatan itu kupersembahkan untuk si alien sialan itu. Siapa lagi kalau bukan Marcel?

Awas saja, kalau dipertemuan berikutnya dia masih menggodaku, kupastikan aku akan memberi motif tambahan diwajah mulusnya itu. Tunggu saja!

Setelah puas dengan segala umpatan dan caci maki tadi, aku memutuskan untuk kekantin, makan siangku yang sempat tertunda harus kutunaikan terlebih dahulu.

Dengan perasaan yang masih dongkol, kulangkahkan kakiku menuju kantin. Saat perjalanan, sekelebat aku kembali melihatnya. Melihat tato dengan motif yang agak berbeda tapi tetap mempunyai kesamaan.

Tapi, kali ini kurasa aku hanya berhalusinasi. Bagaimana tidak? Kemarin aku melihat tato itu ditengkuk seorang gadis, Reina Putri - seniorku.

Tapi sekarang? Aku melihatnya dilidah seorang lelaki. Bagaimana mungkin ada tato dilidah? Aku tak sengaja melihatnya saat dia sedang menguap lebar.

Aneh.

Apa tak ada seorangpun yang melihatnya? Atau mungkin aku memang berhalusinasi? Mungkin memang halusinasi. Sudahlah, urus saja perutku yang sudah berisik minta diisi.

Lelaki itu bukan urusanku.

Setelah memesan makanan favoritku - makanan cepat saji tentunya - aku mengerdarkan pandanganku mencari tempat kosong.

Dan disinilah aku, diujung kantin. Sendiri menikmati makananku dengan hikmat. Dimana Sean? Aku juga tak tahu. Akhir-akhir ini dia sibuk. Kami jarang bertemu. Agak rindu juga sebenarnya.

Aku menikmati makananku dengan tenang, setidaknya untuk beberapa waktu yang lalu. Sebelum seorang lelaki seenaknya mendudukkan diri dihadapanku tanpa berkata sepatah katapun. Siapa dia? Dia menunduk dari tadi. Jadi sulit untuk mengenanalinya.

"Hei, bisakah setidaknya kau meminta izin dulu padaku?,"

Dia mendongakkan wajahnya, "Meja ini bukan milikmu," Aah!! aku ingat!! Dia lelaki bertato di lidah tadi.

"Terserah saja," aku sengaja mengakhiri perdebatan ini dengan tujuan tertentu, yaitu untuk melihatnya makan!!

Anehkah? Ya, menurutku. Tapi kalian harus tau apa sebabnya.

Aku menunggunya membuka mulut. Untuk melihat apakah yang tadi kulihat nyata atau halusinasi. Apakah tato itu benar atau tidak.

Dengan cermat aku menatapnya, mulutnya tepatnya. Aku terus memandangnya lamat-lamat sampai sebuah suara menginterupsiku.

"Kenapa kau melihat bibirku begitu? Ingin kucium?," dia mengatakannya dengan tampang bodoh. Apa-apaan dia?

"Buka mulutmu," entah sadar atau tidak aku saat mengatakan itu.

"Kau sungguhan ingin menciumku?," dia kembali bersuara. Tak lupa dengan alisnya yang ia gerakkan naik turun.

"Baiklah, dengan senang hati aku akan melakukannya," dia mendekatkan wajahnya pada wajahku.

"Apaan kau ini!! Mesum!!! Jauh-jauh dariku, dasar mesum!!," aku mendorong wajahnya sambil berteriak. Tak peduli hal itu akan menarik perhatian sekitar.

"Hei tenanglah, aku hanya bercanda," dengan kekehannya, dia menarik diri menjauhiku.

Tanpa diduga dia menjulurkan lidahnya, "kau bisa melihatnya?,"

Aku hanya mengerjapkan mataku. Itu... Dilidahnya..

Dilidahnya ada tato yang mirip dengan milikku, agak berbeda sih. Tapi menurutku itu hampir sama.

"Ternyata kau bisa melihatnya, aku sudah menduganya sih," lanjutnya.

"Bagaimana bisa kau menduganya?," aku sangat penasaran. Bagaimana dia tahu?

"Kau juga mempunyai tato, dikeningmu," dia menyibakkan poniku kesamping, kemudian dia tersenyum.

"Kau juga seorang perantara?," dia melanjutkan kalimatnya, membuatku kembali diselimuti tanda tanya.

Saat aku hendak bertanya lebih lanjut, suara bel lebih dulu menggema dipenjuru sekolah. Kulihat dia beranjak dari kursinya. "Kau bisa bertanya padaku sepulang sekolah, temui aku dikelasku"

Dia terus melangkah. Dan mendadak membalikkan badannya, "Aku ada dikelas yang sama dengan Sean, kau kenal kan?,"

Setelah mengatakan itu, dia kembali melangkah menjauhiku yang hanya diam menatap punggungnya.



Siapa dia?


~~

ANGEL(IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang