19

12 8 6
                                    

"Reina Putri? Yang mana ya?,"

Aku sedikit melongo menatap seniorku ini. Bagaimana tidak? Dia bahkan sekelas dengan gadis itu. Tetapi, dia tak tahu yang mana orangnya.

Aku ingin menertawakannya, sebenarnya. Melihat caranya menggerakkan bola matanya ke segala arah, berpikir. Lucu.

Tapi, hei!! Yang benar saja.

"Kau sungguh tak mengenalnya? Kemana saja kau ini?,"

"Apakah dia gadis pendiam yang sering berada di UKS?," dia menatapku penuh tanya.

"Kurasa iya, aku juga bertemu dengannya di UKS,"

"Kau serius dia orangnya?," dia meragukanku ternyata.

"Aku bahkan melihat tatonya, ada di tengkuknya," jawabku mantap.

"Baiklah, lalu, setelah ini apa?,"

"Kenapa kau malah bertanya padaku? Harusnya aku yang bertanya, setelah ini apa?,"

"Baiklah baiklah, tentunya kita akan memastikannya langsung. Bila dugaanmu benar, kita harus membuatnya menjadi bagian dari kita."

"Baiklah, aku setuju,"

Setelah meneguk minuman, kembali aku teringat sesuatu,
"Hei senior, bukannya kau belum memperkenalkan dirimu?,"

Setelah mengeluarkan suara tawanya, dia kembali berucap, "Kau benar, maaf maaf, aku lupa,"

"Aku Naoki, panggil saja Nao, Kalau kau ingin memanggilku Sayang juga aku tak keberatan," dia kembali terkekeh.

Kurasa dia senang sekali menggodaku. Oh ayolah, kenapa siapa saja yang berbicara padaku hobi sekali menggodaku?

"Baiklah, Nao. Apa aku perlu menambahkan 'Kak' didepannya? Kau kan seniorku,"

"Aku bukan seorang yang gila akan senioritas, jadi tak usah memanggilku seperti itu"

"Baiklah, jadi apakah sekarang ini kita rekan, Nao?," aku mengulurkan tanganku, berniat mengajak bersalaman.

"Bukan rekan, kita sekarang adalah teman. Jadi, jangan sungkan padaku," sanggahya sambil tetap membalas uluran tanganku, berjabat tangan.

"Dan aku akan memanggilmu Audi, bolehkan?," lanjutnya saat tangan kami yang saling bertautan terlepas.

"Tentu saja," aku menjawabnya dengan cengiran khas dariku.

"Oh iya, bagaimana malaikatmu?," dia menyamankan posisi duduknya saat bertanya padaku.

"Bagaimana apanya?,"

"Ya bagaimana, jelaskan saja apa yang kau ketahui tentangnya,"

Aku memasang pose berpikir,
"Eeeem apa yaa...

"Aku tak tahu apapun tentangnya, dia sangat misterius...

"Yang kutahu, dia adalah seseorang yang mengaku dirinya adalah malaikat dan menunjukku sebagai perantara..

"Kami pertama kali bertemu dimimpiku, disana dia memperlihatkan sesuatu seperti yang sudah kau jelaskan tadi..

"Lalu kami kembali bertemu di dunia nyata, dan dia dengan seenaknya memcium keningku!! Awalnya aku kaget, tapi kemudian aku paham, ternyata dia mrmberikan tato ini di keningku," aku menyibakkan poniku, menunjukkan tato yang kumiliki.

"Yang kutahu, dia hanyalah alien mesum menyebalkan, benar-benar menyebalkan," aku mengatakannya dengan nada yang menggebu-gebu.

Nao hanya terkekeh melihatku.

"Kurasa kau harus bersikap baik padanya, agar dia dengan senang hati menjelaskan sesuatu yang penting padamu," dia berbicara seolah sedang memberi saran.

"Yaaa, akan kucoba. Dan sepertinya aku harus pergi. Sudah sore, orangtua ku pasti khawatir," ucapku seraya beranjak dari meja yang kami duduki.

"Perlu kuantar?," dia menawari.

"Tak perlu. Aku pulang ya, Daaah," aku mrngatakannya sambil berjalan meninggalkannya. Tak lupa melambaikan tangan.

Aku bergegas pulang, takut orangtua ku benar-benar khawatir.

Aku tak sabar menanti esok hari. Hari dimana aku dan Nao menemui Reina Putri.

Kuharap semua berjalan lancar.

~~

ANGEL(IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang