"Dira, coba kamu panggilkan Sean diatas, Audi lama sekali, susulah dia,"
Setelah mendengar perintah dari mamanya, Dira beranjak dari duduknya menuju kamar adiknya.
Saat sudah dekat dengan pintu ruangan adiknya, dia merasa ada yang salah, biasanya, jika Audi dan Sean dipertemukan, maka suasana disekitarnya akan ramai ricuh.
Tapi kali ini berbeda. Sudah dekat dengan ruangan itu, Dira tak juga mendengar suara mereka. Tidak mendengar sama sekali.
Sunyi.
Dengan pikiran penuh tanya, dia meraih ganggang pintu kamar Sean yang ternyata tak dikunci. Dia membukanya perlahan.
Saat pintu sudah terbuka sempurna, dia terdiam dan menahan nafas. Apa ini? Apa penglihatannya bermasalah?
Bagaimana tidak? Yang dilihatnya kini adalah sepasang anak adam yang sedang berbaring berpelukan sangat erat dan rapat. Bahkan tubuh keduanya menempel tanpa celah.
Setelah menetralkan kekagetannya, dia berjalan menghampiri kedua manusia itu.
Teryata mereka tidur.
Sangat nyenyak.
Tak tega membangunkannya. Dia memutuskan untuk membiarkannya dan berbalik menjauhi mereka.
Tepat saat membalikkan tubuhnya, dia kembali dikejutkan dengan keberadaan kedua orang tuanya yang ikut memandang dua makhluk yang sedang terlelap tadi.
Dira merasa kali ini pasti akan kena marah, karena tak membangunkan mereka yang tertidur dengan posisi seperti itu.
"Ma, ak-
"Bukankah mereka sangat manis?," kalimat Dira terpotong oleh perkataan mamanya.
Mereka tidak marah?
Harusnya mereka marah dan menegurnya yang tak membangunkan mereka yang tidur dengan posisi seperti itu.
Bisa dibilang posisi yang sangat intim.
"Kalian.. Tidak marah?,"
"Tentu saja tidak, untuk apa kita marah, ya kan ma?,"
"Yaa, untuk apa kita marah?,"
Dira menatap mereka berdua dengan tatapan bingung, "Mereka tidur sambil berpelukan seperti itu, bukankah itu tak baik?,"
"Mereka sudah biasa seperti itu, bukankah kau juga mengetahuinya?,"
"Tapi bukanka mereka terlihat terlalu.... i-intim?," agak tersendat Dira saat mengatakannya pada orangtuanya.
"Tak masalah, jika terjadi hal yang tidak-tidak, tinggal kawinkan saja, apa susahnya?,"
Kenapa papanya mengatakan kalimat tadi dengan santai? Seolah itu hal yang mudah.
"Sudah sudah, kita biarkan saja mereka, ayo tinggalkan mereka,"
"Baiklah,"
Mereka pun meninggalkan mereka yang tertidur. Setelah menutup pintu, Dira mengikuti langkah kedua orang tuanya kembali ke meja makan.
Dia masih saja memikirkan hal tadi. Apa itu tak masalah? Lelaki dan perempuan tidur dengan posisi seperti itu.
Ah!! Bodo amat lah, yang penting makan dulu.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL(IA)
FantasyBagaimana rasanya menjadi seorang pahlawan? Kau tahu? Aku merasakan banyak sekali perasaan. Seperti? Mungkin senang? bangga? Bingung? Sedih? Takut? Terkejut? Dan.. Entahlah Yaaah, yang perlu kalian tau, menjadi pahlawan itu memiliki banyak rasa. W...