11

23 11 3
                                    

"Audiii..!!"

Samar kudengar suara teriakan dari luar kamarku. Tak lama kemudian seseorang membuka pintu kamarku.

Ceklek

"Audi, cepat bangun. Ini sudah siang, kau sekolah kan?"

Suara langkah yang perlahan menjauhi kamarku menyadarkanku. Langsung saja aku bangun terkesiap dan bergegas ke kamar mandi.
Jurus mandi ala bebek pun dimulai.

Selesai membersihkan diri, segera kupakai seragam sekolahku dan menyiapkan buku-buku pelajaran untuk hari ini. Dilanjutkan dengan mengemasnya di dalam tasku.

Selesai dengan semua itu, dengan bergegas aku berjalan keluar kamar. Saat melewati cermin rias dikamarku, sejenak aku berhenti. Dengan cepat aku kembali dan berdiri di depan cermin tersebut.

Saat melihat wajahku yang terpampang di cermin, seketika mataku terbelak.

'Apa itu?'

Aku bertanya-tanya sendiri saat mataku menangkap sebuah gambar yang menempel dikeningku.

'Apakah seseorang menjahiliku?'

'Tidak tidak tidak. Tidak mungkin ada yang menjahiliku, dirumah ini tak ada seorangpun yang repot-repot melakukan hal konyol itu'

'Aaaa, itu tak penting. Lebih baik aku menghapusnya saja'

Kuletakkan tanganku dan menggosokkannya pada keningku. Kulakukan dengan cepat.

Tapi, gambar itu tak bisa hilang. Apakah itu permanen. Ya Ampun, ini sangat merepotkan.

Kembali kugosok keningku dengan lebih kuat. Tapi, tetap saja tak ada yang berubah. Gambar itu tetap ada, tak mau hilang. Bagaikan noda membandel di kemejaku.

Saat memperhatikannya dengan lebih saksama, ternyata gambar ini sangat Indah. Gambar dengan sebuah wajik ditengah dan dilengkapi dengan pola -pola yang membentuk seperti tangkai yang menjalar. Sangat cantik.

'Apa yang kupikirkan? Ini tak bagus sama sekali'

'Haah, aku menyerah. Apakah ada cara lain untuk menghilangkan ini?'

'Rambut. Ya, aku bisa memotong sebagian kecil rambut depanku dan menjadikannya poni'

Setelah mendapatkan ide brilian itu, dengn segera aku mengambil gunting untuk melancarkan aksiku. Agak ragu-ragu untuk melakukannya. Sayang kalau harus memotongnya. Tapi tak apa. Rambut kan bisa tumbuh lagi?

Setelah meyakinkan diri, aku mulai memotong rambutku. Hati-hati sekali aku melakukannya. Pastikan tidak ada kesalahan sekecil apapun.

'Selesai'

Kupandangi hasil karyaku. Aku tersenyum puas melihatnya. Kurasa aku tak menyesal. Poni ini menambah kadar kemanisanku. Hehe.

Dan setelah selesai, aku berniat berangkat ke sekolah. Kembali aku dikejutkan dengan kedatangan makhluk yang tak diundang. Dia muncul secara tiba-tiba.

Siapa lagi kalau bukan Marcel? Tak seorangpun bisa muncul tiba-tiba seperti itu kecuali dia.

Sekelebat pikiran terlintas di kepalaku.

"Apakah ini ulahmu? Kau yang menggambari keningku kan?"

"Aku yakin ini ulahmu, ayo mengaku"
Semprotku padanya seraya berjalan mendekatinya.

"Yah, itu aku"

"Sudah kuduga. Ini pasti ulahmu. Kenapa ini tak bisa hilang? Kau harus bertanggungjawab" ucapku dengan menggebu-gebu.

"Kau ingat ciuman tadi malam?" Tanyanya sambil mengangkat sebelah alisnya. Sangat menyebalkan.

Mendadak wajahku memerah mengingat adegan yang sangat memalukan tadi malam itu.

"Itu hasilnya" dia kembali berkata sebelum aku menanggapi pertanyaannya tadi.

"Dan bukannya kau harus bergegas ke sekolah?" Dia kembali berucap.

"Aah kau benar, aku harus  berangkat" ucapku seraya berlari keluar kamar. Beberapa detik kemudian aku kembali dan menongolkan kepala ke dalam kamar.

"Kau berhutang penjelasan padaku, Marcel" ucapku lagi dan kembali berlari meninggalkannya lagi.


Aku harus cepat kalau tak mau terlambat.



~~

ANGEL(IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang