Dengan langkah tergesa, aku berlari menuju lantai 2, kelasnya para senior. Kalian tentu tahu apa yang akan kulakukan. tentu saja aku akan menemui seseorang disana. Bukan. Bukan Sean yang aku cari. Aku mencari senior lelaki yang siang tadi menemuiku di kantin.
Setelah memastikan tangga mana yang akan kulewati, aku bergegas menaiki tangga dan melanjutkan berlaro. Tak peduli dengan teriakan beberapa senior yang menyuruhku berhati-hati. Tak jarang pula aku menyenggol bahkan menabrak beberapa orang yang berjalan berlawanan arah denganku. Aku tak peduli.
Yang kupikirkan hanya satu. Aku harus menemuinya. Bertanya berbagai macam pertanyaan yang mengganjal pikiranku.
Aku tak boleh kehilangan dia.
Akhirnya sampai juga. Setelah melakukan perjalanan panjang dengan dilengkapi berbagai macam caci dan maki dari orang yang tak sengaja kutabrak, akhirnya aku sampai didepan kelas Sean.
Di depan kelas, aku hanya melongokkan kepalaku untuk mengetahui keadaan kelas yang kurasa sudah mulai sepi. Mataku fokus mencari senior itu, tak peduli dengan tatapan heran para senior yang melewatiku. Mungkin mereka heran, kenapa ada anak kelas 11 sepertiku yang berada dikoridor kelas 12.
"Audi, ada apa?" aku tak terlalu mendengar pertanyaan itu, aku masih saja fokus dengan apa yang kucari. Sampai suara tadi kembali menginterupsiku, "Ayo pulang,"
kutolehkan kepalaku ke sumber suara tadi. Ah, ternyata Sean. "Kau duluan saja, aku pulang nanti," Ucapku seraya kembali melongokkan kepalaku kedalam kelas.
"Oh ya, nanti kalau orang tuaku bertanya, katakan saja aku pulang agak terlambat, ada urusan," lanjutku tanpa menatap lawan bicaraku.
Sean yang bingung dengan tingkahku hanya berulang kali memandang kedalam kelas dan kembali mengarahkan pandangannya pada Audi. Heran, dia akhirnya bersuara, "Kau cari siapa?,"
Saat Audi berniat menjawab pertanyaan yang terlontar, seseorang sudah mendahuluinya, "Kita akan mengobrol di kafe depan sekolah. Ayo!!," reflek Audi mengarahkan pandangannya pada orang yang mengajaknya. Ternyata dia senior tadi siang. Dengan pandangan berbinar, dia menyetujui ajakan seniornya itu, "Ayo!!"
Setelah beberapa langkah, dia kembali berbalik, "Sean, aku duluan ya. Kau hati-hati," ucapnya sambil melambaikan tangan dan melanjutkan langkahnya mengejar langkah senionya. Setelah berhasil menyejajari senior itu, dia kembali menyunggingkan senyumnya pada orang yang berjalan disampingnya.
Kejadian itu tak luput dari penglihatan seseorang yang sedari tadi melihat dengan tatapan sendu. Tangannya mengepal kuat, dan pandangannya berubah menajam, tak lupa rahangnya yang mengeras. Berbagai pikiran melayang-layang dikepalanya. Sean, orang itu.
'Sebenarnya ada hubungan apa dia dengannya?,' batin Sean saat dia sudah tak melihat punggung gadis yang selama ini berada dipikirannya. Tatapan jengkel sangat terlihat dimatanya.
Dia kemudian berbalik meninggalkan kelas, berniat pulang. Dengan banyak pikiran yang masih juga tak dapat dihilangkannya, dia melangkah menjauh dengan pandangan yang sulit diartikan. Beberapa orang yang menyapanya pun tak ia hiraukan. Bhakan beberapa dari mereka justru mendapat tatapan tajam darinya. Tak jarang juga ada yang dibentaknya. Moodnya sungguh hancur. Dia benar-benar marah.
"AAAAAHHHH!!!," dan tanpa sadar dia mengeluarkan suara mengerikan itu. Dia berteriak. Tak mempedulikan tatapan aneh dari orang sekitarnya.
"Apa lihat-lihat?," orang yang diberi tatapan membunuh olehnya hanya menunduk dan melanjutkan langkahnya dengan kikuk.
Orang cemburu benar-benar mengerikan.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL(IA)
FantasíaBagaimana rasanya menjadi seorang pahlawan? Kau tahu? Aku merasakan banyak sekali perasaan. Seperti? Mungkin senang? bangga? Bingung? Sedih? Takut? Terkejut? Dan.. Entahlah Yaaah, yang perlu kalian tau, menjadi pahlawan itu memiliki banyak rasa. W...