5

31 11 2
                                    

Aku duduk disini. Menemaninya yang kurasa sudah larut dengan mimpinya. Rasanya tak bosan aku memandanginya.

Kalian pernah mendengar? Kalimat 'tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan tanpa ada rasa lebih dari seorang sahabat?'

Ya, aku percaya itu. Karena sekarang aku yang mengalaminya.

Benar, aku menyukainya, bahkan mencintainya. Sangat menyayanginya. Sudah sejak lama sekali.

Tapi, seperti yang kalian kira. Cintaku bertepuk sebelah tangan. Kukira begitu. Aku tidak tau pasti dia memiliki perasaan yang sama denganku. Mungkin sebatas saudara.

Apa boleh buat? Dengan melihatnya setiap hari saja aku sudah senang. Sangat cukup bagiku.

Setelah kupastikan dia sudah lelap dengan tidurnya, aku beranjak berniat pulang.

Saat aku hendak berdiri, dia menahan lenganku. Apa dia sadar?? Tunggu, tangannya sangat dingin. Dia juga banyak berkeringat.

Mimpi burukkah? Kurasa begitu. Tadi siang dia bercerita tentang mimpi buruknya.

Kuurungkan niatku untuk pulang. Kembali ku dudukkan diriku ditepi ranjangnya tanpa melepas genggamannya.

Kubelai lembut rambutnya penuh sayang. Yah, walaupun dia tidak akan menyadarinya. Kulakukan berulang kali sambil melontarkan kata penenang untuknya.

Dia sudah lebih tenang. Nafasnya kembali teratur. Dan genggamannya melonggar. Apakah seburuk itu mimpinya??

Setelah memastikan dia sudah tenang, kulepaskan genggamannya perlahan. Kupandangi dia sejenak.

Kudekatkan wajahku ketelinganya.

"Tenanglah, aku ada disini. Tenanglah."

Dia hanya bergumam tak jelas. Aku tersenyum. Dia sudah hanyut kembali dalam mimpinya.

Kembali kudekatkan wajahku ke telinganya.

"Aku sangat menyayangimu. Sangat," kataku dengan suara serak, kurasa aku ingin menangis.

"Sean cinta Audi" lanjutku sambil tersenyum.

Kudekatkan wajahku, dan kukecup keningnya lama. Hal yang selalu kulakukan diam-diam tanpa sepengetahuannya.

Entah kerasukan setan dari mana, aku memberanikan diri menyentuh bibirnya. Ya, aku menciumnya. Menciumnya. Agak lama aku melakukannya.

Dadaku serasa bergemuruh. Berdebar dengan ritme yang tak beraturan. Ada rasa aneh saat aku menciumnya, tapi aku suka rasa itu.

Dia bergerak. Aku panik dan menjauhkan diri.

Huh, dia tak bangun. Aku sangat lega. Kulirik bibirnya lagi, entah kenapa wajahku mendadak panas.
Mungkin wajahku memerah.

Apa yang kulakukan tadi? Aku menciumnya. Itu ciuman pertamaku. Aku sangat sangat malu karenanya.

Langsung saja aku berlari keluar kamarnya sambil menahan senyum yang entah kenapa terus terukir di wajahku. Sial, aku tak bisa berhenti tersenyum.

Aku sangat senang. Senang bukan main. Bahagia.

Ya, hanya perlu seperti ini. Kau yang cukup selalu ada di sampingku. Walaupun aku hanya seorang kakak bagimu.

Tapi, jika boleh aku meminta. Bisakah kau tetap berada disisiku apapun yang terjadi? Jika kau mau, aku berjanji akan membahagiakannmu.

Sean janji, hanya untuk Audi.


~~

ANGEL(IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang