7

22 11 4
                                    

Sudah 3 hari setelah kejadian mimpi aneh itu. Dan, aku tak pernah memimpikannya lagi. Atau aku memimpikannya tapi aku yak mengingatnya?

Sudah 3 hari pula aku terus memikirkan mimpi aneh sialan itu. Dan bagaimana dengan Marcel? Sang malaikat tampan bersayap itu?

Sungguh, aku sangat penasaran dengannya. Dia bilang aku akan bertemu lagi dengannya. Lalu, kapan?

Dan, anehnya lagi, sudah 3 hari pula Sean bertingkah sangat..
Yah, sangat aneh.

Kadang ia tersenyum sendiri. Juga sering melamun. Jika ditanya ada apa dia hanya menjawab tidak ada atau aku baik-baik saja.

Sering juga kupergoki dia melamun dengan pandangan yang sedih? Pandangannya sangat sayu dan redup. Berbeda dengan pandangannya 3 hari yang lalu.

Jika aku rasakan, dia juga berusaha menghindariku. Seperti saat waktu istirahat, dia bilang ingin ke perpustakaan. Padahal dia tak suka membaca.

Waktu pulang juga dia menolak pulang bersamaku. Mau membeli buku katanya. Tapi bukankah biasanya dia mengajakku?

Juga dia tak pernah memberiku lolipop lagi. Apakah persediannya habis? Atau tak ada uang untuk mebelinya? Itu mustahil menurutku.

Dan, disinilah aku. Didepan rumahnya. Aku memutuskan masuk. Sepi, tak ada Seorangpun. Langsung saja aku naik menuju ke kamar Sean.

".... Jatuh cinta dengannya...."

Samar kudengar teriakkannya.

Ha? Dia sedang.. Jatuh cinta? Dengan siapa? Seorang Sean jatuh cinta?


Ceklek


Langsung saja kumasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu. Dan, dia mengarahkan pandangannya padaku dengan cepat. Dia terdiam.

"Hai," kataku canggung sambil berjalan mendekatinya.

"Kau mendengarnya?"  lirihnya

"Iya, kurasa"

"Kau mendengarkan dari awal? Sampai akhir?"

"Aku hanya mendengar saat kau berteriak jatuh cinta padanya, hanya itu"

"Sungguh?"

"Iya. Dan siapakah orang itu?"

"Orang itu? Apa?"

"Jangan pura-pura bodoh. Aku berbicara tentang orang yang membuatmu jatuh hati"

"Oh itu, kenapa kau harus tau?"

"Tentu saja harus, aku harus tau karena ini menyangkut tentangmu"

"Kenapa kalau menyangkut tentangku? Apa kau cemburu?"

"He? Untuk apa aku cemburu? Aku hanya penasaran, Sean"

"Oh, hanya penasaran." dia menunduk.

"Kurasa aku akan merahasiakannya, maaf" lanjutnya.

"Baiklah, jika kau ingin bercerita tentangnya, aku siap mendengarkan"

"Ya, tentu. Terimakasih"

"Dan, apakah ini alasanmu menghindariku?" kukeluarkan semua yang mengganjal pikiranku.

"Ha? Aku tidak menghindarimu. Kenapa kau merasa begitu?"

"Karena akhir-akhir ini sikapmu aneh padaku. Kita jarang bertemu. Dan kau tak pernah memberiku lolipop" ucapku menggebu-gebu.

Dia hanya tertawa. Tertawa sangat lepas. Aku lega melihatnya. Bukan pandangan sayu lagi yang kulihat. Syukurlah.

"Kau ingin lolipop? Ambil saja di laci meja belajarku" katanya seraya meredakan tawa.

"Kau membeli semua ini? Apa kau berniat menjadi penjual lolipop ?"

Ini gila. Isi lacinya hanya ada permen lolipop saja. Penuh. Dengan mata berbinar ku ambil lolipop dan memakannya.

Lagi-lagi Sean hanya tertawa. Dia mengisyaratkan agar aku mendekat dengan melambaikan tangannya. Aku menghampirinya.

Tanpa aba-apa aku langsung menidurkan kepalaku dipahanya. Dia tak pernah keberatan dengan itu. Justru dia terlihat senang dan membelai rambutku. Kebiasaan kami saat sedang bersantai.



~~

ANGEL(IA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang