Tiga hari berlalu dan Shannon terpaksa harus kembali bekerja setelah memakai jatah cutinya untuk menjaga Gio.
Meski Gio sudah lebih baik dan sudah keluar dari rumah sakit, ia tetap khawatir dengan keadaan putranya itu. Ia tidak ingin meninggalkan anaknya yang masih dalam tahap pemulihan.
"Aku tidak keberatan menjaga Gio selagi kau bekerja, Shan." Austin yang sejak pagi sudah berada di rumah kontrakannya memberikan opsi lain atas kebimbangan Shannon.
Sejak kejadian di rumah sakit itu, Austin memang selalu menemaninya menjaga Gio. Bahkan laki-laki itu juga yang mengantar mereka pulang ke rumah kontrakan Shannon hingga sekarang laki-laki itu tahu tempat tinggalnya. Tetapi ia masih belum bisa mengendurkan tingkat kewaspadaannya pada laki-laki itu.
"Tidak perlu, terima kasih. Aku tidak ingin menambah daftar hutangku padamu. Aku akan menitipkannya pada Risa," jawab Shannon sambil menatap Risa. "Bisa kan, Ris?"
Risa terkejut mendengar namanya disebut. Ia menatap Shannon kemudian Austin yang mengangguk kecil dan meletakkan telunjuknya di depan bibir.
"Bisa, Shan. Kamu titipin sama aku aja," jawab Risa.
Shannon kemudian menatap Austin dengan tatapan puas seakan ia sudah menang. Ia kemudian berjalan menuju ke kamar tidurnya dan menyiapkan kebutuhan Gio yang masih malas-malasan di kasur.
Austin berjalan mendekati Risa dan berbisik kecil, "send him to my office. Ada kasur disana, biarkan Gio istirahat." Austin menyerahkan sebuah kunci ke tangan Risa yang hanya mengangguk patuh. "Terima kasih atas bantuanmu, Risa."
Tidak berapa lama kemudian, Shannon keluar bersama Gio dalam gendongannya dan tas kecil di tangan kanannya.
Dengan sigap Austin langsung mengambil alih Gio yang sempat hendak di protes Shannon.
Shannon menatap punggung Austin yang terlihat lebar dan wajah kecil Gio yang pulas di gendongannya. Hatinya seakan teriris melihat pemandangan itu.
Selama ini Gio hanya memilikinya dan Risa. Ia bahkan tidak pernah membayangkan memberikan Gio sosok ayah setelah apa yang terjadi dulu. Setelah pengkhianatan ayah kandung Gio.
Lalu muncul bule yang entah dari mana datangnya, mengisi kekosongan yang baru Shannon sadari, sangat terasa selama ini.
"Shan, you ready?" Austin berbalik menanyakan Shannon yang melamun di tempatnya.
Dengan gelagapan Shannon menjawab dan langsung menghampiri Austin juga Risa yang sudah menunggu di depan.
Bodoh. Apa yang ku pikirkan? Shannon menggerutu sambil memukuli kepalanya.
***
Begitu selesai menurunkan Gio dan Risa di lobby kantornya, Austin bersikeras mengantar Shannon ke tempat kerja wanita itu.
Meski awalnya menolak, Austin berhasil membujuk Shannon hingga sekarang mereka sedang menuju ke tempat kerja Shannon.
"Jadi kau bekerja pagi dan malam?" Tanya Austin memulai percakapan.
"Kenapa? Kau takut aku tidak bisa membayar hutangku?" Tanya Shannon sarkastik.
Austin mengangkat sebelah alisnya. "Memangnya kemana ayah Gio?"
Shannon terdiam mendengar pertanyaan itu. Itu adalah pertanyaan tersulit yang harus ia jawab selama ini. Setiap kali orang-orang bertanya padanya, ia tidak bisa menjawabnya langsung tanpa merasa sesak terlebih dahulu.
"Pergi," jawab Shannon setelah terdiam cukup lama.
Austin menoleh sejenak. Ia hendak melanjutkan kata-katanya, tetapi Shannon lebih dulu mengalihkan topik pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from 9000 Miles [#MFFS4]
RomanceAku duduk di ruang tunggu hingga suara pengumuman yang mengabarkan kalau pesawat kami telah tersedia. Aku memasukkan laptopku ke dalam tas kerja yang selalu kubawa, dan meraih Jaket yang kusandingkan di kursi kosong sebelahku. Sebentar lagi, sebenta...