"Apa kau yakin?" Tanya Shannon seraya menatap ragu kearah Austin.
Austin dapat menangkap sinar kecemasan itu dengan jelas dari posisinya yang tengah berbaring saat ini.
Austin tersenyum sambil mengangguk. "Tidak pernah seyakin ini."
Helaan nafas Shannon juga pelukan tiba-tiba yang menghantam tubuh Austin seakan menunjukan seberapa besar rasa khawatir yang Shannon rasakan saat ini.
"Jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja," bisik Austin di samping telinga Shannon.
"Tapi-"
"Maaf, sudah saatnya." Suara seorang perempuan mengintrupsi ucapan Shannon.
Shannon segera melepaskan pelukannya dan menoleh kearah seorang wanita berpakaian serba putih yang Shannon ketahui adalah seorang perawat yang barusan membawa Gio ke ruang perawatan intensif selagi menunggu donor dari Austin.
Austin menggenggam tangan Shannon erat, membuat Shannon kembali menoleh kearah Austin yang hanya tersenyum.
"Aku akan kembali. Kau berdoa saja agar operasiku berjalan dengan lancar," pinta Austin.
Tanpa bisa Shannon cegah, air matanya mengalir begitu saja bersamaan dengan genggaman tangan Austin yang menguat.
"Demi senyuman Gio, Shan. Doakan kami, ya?" Pinta Austin lagi sambil mengulas senyumnya.
Shannon mengangguk sekali sebelum brangkar yang ditiduri Austin dibawa pergi dari hadapannya.
Shannon mengekori dari belakang. Hal terakhir yang bisa ia lihat sebelum pintu ruang operasi itu di tutup adalah senyum Austin.
Gio akhirnya akan menerima donor sumsum tulang belakang dari Austin hari ini.
Setelah menjalani kemoterapi dan terapi radiasi yang tidak sebentar dan juga cukup menguras air mata saat melihat wajah kesakitan Gio, Dokter menyatakan jika Gio sudah memenuhi persyaratan untuk menerima donor.
Shannon langsung duduk di bangku yang tersedia di dekat ruangan operasi karena kakinya tidak mampu menopang tubuhnya lebih lama lagi.
Meski pengambilan sumsum tulang belakang bukanlah operasi besar, tetapi Shannon tetap saja takut.
Tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi di dalam sana. Shannon hanya bisa berdoa selama operasi itu masih berjalan.
Setelah entah berapa lama Shannon berdoa, ia bangkit dengan cepat begitu pintu ruang operasi terbuka lebar. 2 brangkar keluar bersamaan dan wajah 2 orang yang Shannon cintai terlihat sedang memejamkan mata dengan wajah pucat.
Shannon segera menghampiri Gio dan membelai lembut wajah pucat putranya. Dia tidak bisa berkata apapun. Ia sangat bangga dengan ketangguhan Gio melawan penyakitnya. Shannon tahu, seluruh proses terapi dan juga serangan sakit yang datang tiba-tiba itu pasti sangat menyakitkan.
Shannon mengecup kening Gio dan berbisik, "you are so brave, Gio. Mama Proud of you."
setelah puas menatapi Gio, ia beralih kearah laki-laki lain yang juga membuatnya bangga dan bersyukur.
"Terima kasih. Terima kasih karena telah hadir di hidup kami, Austin. Terima kasih sudah menolong Gio," bisik Shannon. Shannon tahu ia harus mengatakannya lagi nanti. Pasalnya, Austin juga masih terlelap. Mungkin karena anastesi yang diberikan kepadanya.
Setelah itu kedua brangkar itu langsung dibawa ke ruangan masing-masing.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya Shannon. "Lalu Austin? Apa dia juga baik-baik saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from 9000 Miles [#MFFS4]
RomanceAku duduk di ruang tunggu hingga suara pengumuman yang mengabarkan kalau pesawat kami telah tersedia. Aku memasukkan laptopku ke dalam tas kerja yang selalu kubawa, dan meraih Jaket yang kusandingkan di kursi kosong sebelahku. Sebentar lagi, sebenta...