Bali
13.25 WITA"PANTAIIIIIIII!!!!!!!!" Teriak Gio begitu mereka keluar dari mobil yang membawa mereka menuju ke hotel tempat mereka menginap.
"Gio, jangan lari-lari!" Seru Shannon di belakang Gio.
"Mama, Papa, ayo cepat!!!!"
"Pa-" perkataan Shannon mengambang. Sepertinya ia harus membiasakan diri dengan panggilan itu karena Gio nampaknya tidak akan mengucap panggilan itu lagi. Oh Astaga! Kami bahkan belum menikah! Jangankan menikah, Austin saja tidak pernah mengatakan dia mencintaiku.
Lamunan Shannon di buyarkan oleh rangkulan Austin di sampingnya. "Kau temani saja Gio, biar aku yang check-in."
Shannon menghela nafas dan mengangguk pasrah. "Anak itu..."
"Jangan salahkan Gio." Austin berpesan sebelum Shannon berlalu mengejar Gio.
Begitu selesai mengurus kamar dan Gio juga Shannon kembali siang itu, Austin langsung mengajak mereka untuk makan siang di hotel tempat mereka menginap.
Awalnya obrolan mereka hanya seputar Gio dan rencananya menghabiskan waktu di Bali dengan bermain air, tetapi tiba-tiba saja Gio melayangkan pertanyaan yang membuat Shannon tersedak oleh makanan yang sedang mereka kunyah.
"Mama, sayang tidak dengan Papa?"
"Uhukkkk..." Shannon bergegas meraih air minum di dekatnya.
"Kalau Papa, sayang tidak dengan Mama?" Gio beralih menatap Austin yang terkejut mendengar pertanyaannya.
"E-ehem!" Austin melegakan tenggorokannya dan ikut meraih air minum di dekatnya.
"Kenapa sih?" Gerutu Gio sebal karena tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
"G-gio kok bisa tiba-tiba bertanya seperti itu?" Tanya Shannon berhati-hati.
"Kata ibu guru, papa dan mama harus saling menyayangi agar bisa tinggal bersama. Gio mau tinggal bersama mama dan papa. Jadi apa kalian saling menyayangi?" Tanya Gio dengan wajah polosnya yang sedang merajuk.
Shannon berdeham. Ia terlihat salah tingkah mendengar pertanyaan Gio. Entah apa yang ada di pikiran Austin, tapi Shannon berharap laki-laki itu tidak mengira kalau Shannon yang menyuruh Gio bertanya.
"Gio, sayang. Tinggal bersama bukan semudah itu," ujar Shannon memilih untuk tidak melanjutkan makan siangnya ketimbang kembali tersedak. "Seseorang harus menikah terlebih dahulu agar bisa tinggal bersama, bukan hanya karena saling menyayangi saja."
"Kalau begitu, kenapa papa dan mama tidak menikah saja?" Tanya Gio lebih polos lagi. Shannon kembali terkejut dengan pertanyaan Gio.
Shannon tersenyum salah tingkah sambil mencuri lirik kearah Austin yang nampak terhibur dengan pertanyaan-pertanyaan Gio.
Sial! Apa tulang sumsum bisa membuat seseorang menjadi sehati begini?
"Sayang... dengar. Menikah juga tidak semudah itu."
"Kenapa kalian orang dewasa selalu membuat semuanya terasa sulit?" Protes Gio sebal. "Papa? Apa menikah sesulit itu?" Ia beralih menatap Austin, mengharapkan jawaban berbeda dari Shannon.
"Tidak sama sekali," jawab Austin spontan membuat Gio tersenyum lebar.
"Benar, kan? Kalau begitu kapan papa dan mama akan menikah? Gio tidak sabar bisa tinggal bersama papa dan pulang bersama papa!" Serunya penuh antusias.
Shannon terkejut mendengar Austin bukannya memberi penjelasan, malah memberikan harapan yang tidak jelas pada Gio. "Austin! Jangan membohongi anak kecil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from 9000 Miles [#MFFS4]
RomansaAku duduk di ruang tunggu hingga suara pengumuman yang mengabarkan kalau pesawat kami telah tersedia. Aku memasukkan laptopku ke dalam tas kerja yang selalu kubawa, dan meraih Jaket yang kusandingkan di kursi kosong sebelahku. Sebentar lagi, sebenta...