Shannon duduk di sofa yang tersedia di lobby perusahaan itu ditemani Austin yang terus berada disisinya dan menenangkannya di saat ia memang membutuhkan semua itu.
Shannon tidak menyangka, telepon yang ia dapat dari Rumah sakit pagi hari itu akan membawa kabar seburuk ini.
Jika ia harus kehilangan Gio, ia mungkin tidak akan bisa lagi menjalankan hidupnya.
Kenapa harus Gio? Kenapa bukan dirinya yang mengidap penyakit itu?
Meski dokter berkata mereka masih bisa melakukan terapi untuk penyakit Gio, tetapi Dokter tetap tidak memberikan kepastian akan kesembuhan total putranya.
Terlebih, ia harus mendapat dari mana uang sebesar itu untuk Terapi Gio?
"Mama!!!" Suara teriakan Gio yang berlari kearahnya menyadarkan Shannon dari lamunan.
Shannon dan Austin berdiri dari tempat mereka duduk. Austin terus menatap Shannon, khawatir jika tiba-tiba Shannon kembali menangis nanti.
Tetapi kekhawatirannya tidak terbukti karena seakan terlatih, Shannon memperlihatkan senyum lebarnya dan berjongkok menyambut pelukan Gio.
"How's your day, sayang?" Tanya Shannon sambil mengecup pipi Gio bergantian.
"Mama menangis?" Tanya Gio meneliti mata sembab Shannon. "Mama kenapa menangis? Siapa yang menjahati Mama?"
"Tidak, Mama tidak menangis," kilah Shannon sambil tertawa. "Kata siapa Mama menangis?"
Gio menggeleng dan menggidikkan bahu. Lalu pandangannya beralih kearah Austin yang masih memandang Shannon dengan lekat.
Melihat sendiri seberapa banyak kekuatan yang tersimpan dibalik tubuh kecil itu.
"UNCLE TAMPAN!!! Uncle sudah pulang?" Mata Gio melebar dan beralih memeluk Austin yang dengan tanggap membawa Gio kedalam gendongannya.
"Halo, Gio. How's your day?"
Gio mencibir. "Aku menunggu kabar uncle dari tadi!" Protesnya.
Austin terkekeh dan berkata, "maaf. Kau menunggu lama ya?"
"Sangat! Lalu mana oleh-oleh untukku?" Tanya Gio antusias.
"Ada, paman akan antarkan kerumahmu nanti," jawab Austin. Ia kemudian beralih menatap Shannon. Tatapan perempuan itu sangat sedih melihat Gio yang masih berada di gendongannya.
"Gio, pulang sekarang yuk, sayang? Gio lelah? Ada yang sakit, atau tidak enak badan?"
"No, i want to go home with uncle, Mama!!!" Tolak Gio tegas sambil mengeratkan pelukannya pada Austin. "No mama, no!"
"Gio..." lirih Shannon. Sejak kapan Gio menjadi sangat terikat dengan Austin?
"Iya, Paman akan pulang bersama Gio, ya?"
"Benar, uncle?" Tanya Gio dengan mata membesar. Austin mengangguk dan Gio langsung bersorak senang. Bahkan ketika Austin menurunkan tubuh kecil itu ke bawah, Gio berlari-lari seakan baru saja dibelikan mainan yang yang paling ia inginkan.
Austin bergerak mendekati Shannon yang menatap lekat Gio sambil berbisik, "are you ok?"
Shannon menoleh dan menatap mata khawatir Austin. Ia menarik kedua sudut bibirnya dan menggeleng.
Austin tahu, Shannon sudah berusaha sebisanya untuk terlihat setegar itu. Ingin rasanya Austin menarik Shannon dan membiarkan perempuan itu menangis lagi di pelukannya.
***
"Maaf, kau jadi harus repot mengantar kami," ujar Shannon. Ia menghampiri Austin dengan segelas air putih untuk di berikan pada laki-laki yang setia menunggu di ruang tamunya sampai ia selesai menidurkan Gio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from 9000 Miles [#MFFS4]
RomansaAku duduk di ruang tunggu hingga suara pengumuman yang mengabarkan kalau pesawat kami telah tersedia. Aku memasukkan laptopku ke dalam tas kerja yang selalu kubawa, dan meraih Jaket yang kusandingkan di kursi kosong sebelahku. Sebentar lagi, sebenta...