Suara kicauan burung dan wangi sedap yang berasal dari luar menyambut pagi Shannon.
Ia tidak tahu kapan terakhir kali ia bangun dengan perasaan sedamai itu. Yang jelas ia merindukanny dan merasakan nostalgia yang mendalam.
Mungkin sebelum keluarganya tahu mengenai kehamilannya dulu? Saat semua terasa normal baginya. Setiap pagi ibunya akan memasak omelet dan menyiapkan susu hangat untuknya, ayah dan kakeknya sibuk membaca koran sambil membahas bisnis mereka, lalu ada Austin dan Gio di sebelahnya sedang duduk sambil tertawa- Tunggu!! Pikirannya mulai terasa ngawur. Bagaimana bisa kenangan masalalu memiliki Gio dan Austin di dalamnya? Ia pasti bermimpi!
Shannon mengerang dalam tidurnya dan mengeratkan pelukannya.
Wangi Gio harum. Tapi sejak kapan Gio berhenti memakai sabun bayi? Shannon bertanya dalam hati antara sadar dan tidak sadarnya.
Ia mengendus harus tubuh orang yang ia peluk berkali-kali masih dengan mata terpejam, dan menyadari satu hal. Crap! Ini bukan Gio!!
Shannon juga menyadari ada tangan besar yang melingkar di belakang tubuhnya, membelai kepalanya. Dan ia yakin itu bukanlah tangan Gio. Mendadak tubuhnya menegang dan ia menjadi takut membuka matanya meski hanya untuk mengintip.
Apa yang terjadi? Apa aku melakukan sesuatu semalam? Tidak, tidak. Aku hanya ingin memindahkan Gio, lalu aku melamun dan tertidur di... DOUBLE CRAP! Apa aku tertidur di kasur Austin?! Lalu yang sedang memelukku? Tidak mungkin kan... hatinya penuh dengan dilema.
Shannon bisa merasakan pelukan di tubuhnya mengerat bersamaan dengan erangan kecil yang terdengar berat dan serak sebelum berganti dengan dengkuran halus. Bukan hal itu saja yang membuat Shannon menegang. Melainkan sesuatu yang terasa keras dan besar yang menyentuh perutnya saat ini. Shannon tidak bodoh akan hal itu, dan kenyataan itu membuat Shannon semakin gugup dan merona.
Apa aku lebih baik tetap pura-pura tidur?
Itu terasa lebih buruk karena ia tidak tahu apa tubuhnya tidak akan keram kalau tetap diam di posisi itu. Oleh karena itu Shannon memutuskan untuk membuka mata dan melepaskan diri perlahan nantinya.
Bersamaan dengan Mata Shannon yang terbuka, orang yang tengah di peluknya juga terbangun di waktu yang bersamaan. Sehingga ketika mata Shannon terbuka dan menatap dada bidang orang tersebut, dan spontan mendongak, mata mereka bertemu.
Hening beberapa saat, mereka hanya saling pandang sebelum Shannon tersadar dan segera menjauhkan diri dari pelukan itu dan berbalik untuk menyembunyikan rona di wajahnya. Orang itu juga secara spontan melepas lingkaran tangan yang mengurung Shannon meski ia tidak bergerak menjauh. Dia malah tersenyum kecil dan meregangkan otot tubuhnya sambil kembali berbaring nyaman seakan ia tidak melakukan kesalahan apapun. Mungkin itu bisa dikatakan sebagai pagi terbaiknya?
Sial! Kemana Gio? Kenapa aku dan Austin bisa berpelukan begitu? Sekarang bagaimana aku bisa menatap wajah Austin?!
Tubuh Shannon menegang ketika Austin menyentuh pundaknya. Ada sedikit tekanan di sentuhan itu yang seakan mengisyaratkan ia untuk berbalik dan dengan bodohnya ia turuti. Ia melupakan rona merah di wajahnya yang nyaris membuat wajahnya meledak akibat malu.
"Good morning," sapa Austin dengan senyuman manisnya seraya berbaring miring menghadap Shannon.
"G-good m-morning," balas Shannon gugup dan tidak terlalu jelas akibat ia menutup sebagain wajahnya, termasuk bibirnya dengan selimut tebal Austin.
Austin terkekeh. Gemas dengan wanita di sebelahnya yang sedang malu-malu.
Suara kekehan lain di ruangan itu membuat Austin dan Shannon terdiam. Mereka saling pandang untuk beberapa saat, seakan memastikan sesuatu sebelum mereka duduk secar bersamaan dan menemukan Gio di bawah ranjang sedang terkekeh jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love from 9000 Miles [#MFFS4]
Любовные романыAku duduk di ruang tunggu hingga suara pengumuman yang mengabarkan kalau pesawat kami telah tersedia. Aku memasukkan laptopku ke dalam tas kerja yang selalu kubawa, dan meraih Jaket yang kusandingkan di kursi kosong sebelahku. Sebentar lagi, sebenta...