6

18.6K 1K 41
                                    

-Violet Pov-

"Maaf, kayaknya untuk saat ini aku belum bisa nerima kaka. Maaf ya kak"

Ughh.. Sampai malem ini aku masih nggak bisa percaya sama apa yang aku omongin tadi siang. Aku nolak kakak itu. Yaa gimana dong. Abis konsultasi ke temen-temen, mereka bilang kalo aku harus tegas sama perasaanku sendiri. Tapi aku bahkan nggak tau sama perasaanku. Sekarang aku cuma bisa berdoa kalo ini emang yang terbaik.

Tapi sampai sekarang, kenapa cuma Rayna yang ada di pikiranku. Jujur, aku takut. Aku mulai menghindarinya dan enggan berpapasan dengannya. Aku nggak mau ada sesuatu yang tumbuh diantara kita. Walaupun aku tau, ini mungkin perasaan cinta. Tapi itu jelas nggak boleh. Ini real life! Bukan manga. Cinta kaya gini ngga akan happy ending kaya manga yang sering aku baca. Aku nggak mau ngebuat keluargaku kecewa. Aku nggak mau ngebuat aku tersiksa. Dan yang paling penting, aku nggak mau ngebuat Rayna terluka. Aku bersumpah akan mengorbankan cintaku, untuk orang-orang yang aku sayang.

...

-Rayna Pov-

Shit! Kok gue jadi badmood banget sih?! Setelah 2 hari yang lalu gue denger secara langsung kalo Violet ditembak, terus dia kaya bersikap aneh gitu. Sikap anehnya itu keliatan banget tau ga. Biasanya kalo kita papasan, dia bakal biasa aja. Nggak ada masalah. Tapi akhir-akhir ini setiap gue liat dia, ataupun nggak sengaja papasan di suatu tempat, dia terkesan ngehindarin gue. Entah belok ke koridor lain lah, jalannya dipercepat lah, balik arah lah, gue jadi risih liat kelakuannya itu. Kaya ada yang ngeganjel gitu. Apa jangan-jangan dia tau kalo waktu itu gue nguping, makanya dia benci sama gue? Aaargh.. Gue ga bisa tidur kalo mikirin ini terus. Sial.

...

-Violet Pov-

Mumpung libur harusnya aku ngelakuin kegiatan yang lebih produktif daripada cuma tiduran di sofa sambil nonton dorama kaya gini. Rasanya bosen banget nih. Seperti biasa, di rumah cuma ada aku sama bibi-bibi yang lagi kerja beresin rumah atau lain-lain. Lama-lama aku mulai ngantuk dan tertidur

'Breemmm'

Hah? Kaya ada suara mobil dari depan. Apa ada tamu ya?

"Vio!! Mami sama papi kangen kamu dek" dengan ekspresi cengo, aku cuma bisa bangun untuk duduk dan nggak tau harus ngapain.
"Kamu gimana kabarnya dek?" reflek aku menengok ke arah pintu masuk di ruang santai ini. Pria paruh baya yang selalu terlihat gagah didepan mataku. Papi.
"Eh? Papi? Mami?" setelah menguasai diri, aku langsung membalas pelukan mami yang duduk disampingku. Aku nggak kuat nahan air mata ini. Papi juga duduk di sebelah kiri ku sehingga aku berada ditengah-tengah mereka. Aku memeluk mereka sebagai pelampiasan rasa rindu ku.

"Tiga tahun berlalu, kamu makin dewasa ya dek" papi memulai obrolan
"Aku nggak beda dari aku yang dulu kok, pi. Aku masih anak kecil." ujarku sambil tetap memeluk mereka.

...

Siang ini aku habiskan waktuku untuk bercerita bareng papi sama mami. Mereka juga nyeritain apa yang terjadi selama 3 tahun terakhir. Katanya, banyak permasalahan yang terjadi yang menyangkut cabang perusahaan papi di German. Tapi untungnya, sekarang masalah-masalah itu udah teratasi.

"Dek, nanti malem ikut ya? Kita diajak keluarga mr Prasetya untuk acara makan malam." well, not bad sih. Mungkin rekan kerja papi di sini yang pengen nyambut kepulangan papi dari German.
"Oke.. " jawabku disertai anggukan.

...

Malam pun akhirnya tiba. Kami berangkat dari rumah pukul 18.30 menuju sebuah vila yang dipesan khusus untuk kedatangan kami.

Ughh... Heels ini membunuhku secara perlahan. Aku bener-bener nggak cocok sama heels. Gini-gini aku sedikit tomboy tau. Belum lagi sama dandanan yang 'terlalu cewek banget' ini. Aku beneran ngerasa nggak pede. Bukan gara-gara nggak bagus sih, lebih tepatnya gara-gara nggak terbiasa. Dress biru muda dengan belahan dari bawah sampai paha, dan menunjukkan bagian pundak serta leher jenjangku. Aaaaaargh.. Gimana ini??

"Kamu cantik kok. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan." ucap mami sambil memberikan wink khasnya padaku.

Kulihat sudah ada dua orang lelaki di sana. Yang satu adalah lelaki dewasa yang kira-kira seumuran sama papi. Sedangkan yang satunya kayaknya masih remaja. Bisa kusimpulkan kalo cowok itu anak dari pria yang seumuran sama papi.

Setelah bersalaman, papi dan mami langsung terlibat dalam obrolan ringan bersama om Prasetya. Sedangkan aku cuma diem ngga tau harus ngomong apa. Cowok tadi juga terlihat beberapa kali ikut ngobrol juga sih, tapi dia lebih banyak diam.

"Aduh maaf ya, kita malah telat. Dandannya kelamaan nih." ucap wanita yang baru datang. Kulihat sekilas, dia datang bersama anak cewek. Aku cuma tersenyum pada wanita itu dan kembali mengalihkan perhatian pada chat grup angkatan yang ada di hp ku.

"Duh, putrinya cantik banget ini. Udah kelas berapa?" terdengar suara mami yang kayaknya pengen berbasa-basi sama 2 orang yang baru datang tadi. Mungkin mereka istri sama anaknya om Prasetya.
"Kelas 10 nih. Seangkatan sama nak Violet" jawab tante Prasetya.
"Iyaa.. Sekolah dimana mbak? Namanya siapa? Tante lama nggak ketemu kamu jadi lupa ih" tanya mami
"Di SMA 48 Jogja, tant. Nama saya Rayna." degg.. Aku langsung noleh ke arah suara itu. Astagaa.. Itu Rayna! Dia benar-benar Rayna! Orang yang 3 hari terakhir selalu berusaha kuhindari kini muncul dihadapanku. Aaargh.. Kulihat dia tersenyum padaku. Shit. Aku langsung salting. Gimana nih.

"Wah berarti sama kaya Vio dong." untungnya papi melanjutkan pembicaraan. Kusimpan hp ku dan mulai sedikit mendengarkan obrolan mereka. Ternyata om Prasetya adalah sahabat papi semasa sekolah dulu. Pantesan akrab banget. Obrolan ringan terus berlanjut sampai makanan yang kami pesan datang.

Setelah makanan ku habis, aku mulai merasakan sesuatu. Ughh.. Kebelet pipis... Aduh gimana nih, aku kan nggak tau kamar mandinya. Dengan suara sepelan mungkin aku coba minta mami nganterin aku ke kamar mandi. Tapi tanpa disangka, mami malah tanya letak kamar mandi ke om dan tante Prasetya.

"Nak Violet mau ke kamar mandi ya? Itu disana lurus belok kiri terus nanti kekanan" ucap tante Prasetya sambil mengacungkan jarinya ke arah pintu. Aku cuma bisa menatap mami meminta pertolongan. Mana berani aku kesana sendirian. Tapi kayaknya papi peka sama aku.

"Ehem.. Gimana kalo nak Rayna temenin Vio ya? Kasian tuh dia nggak berani kalau sendiri" wait.. Whaaat?!! Bukan itu pertolongan yang aku harapkan, Pii..

"Iya om. Ayo sini!" mau nggak mau aku harus ikut dia. Ughh. . Aku cuma berani membuntutinya dari belakang. Sampai akhirnya kami sampai di ruang kamar mandi.

"Tunggu bentar ya" ucapku lalu segera masuk ke salah satu bilik di kamar mandi tersebut.

Setelah selesai dengan urusan kamar mandi, aku pun keluar. Kulihat dia masih setia menungguku.

"Emm.. Udah kok. Yuk?" aku mulai jalan keluar terlebih dulu. Tapi tiba-tiba dia menahan tanganku dari belakang.
"Temenan yuk" ucapnya tiba-tiba
"Hah?"
"Ah, Lo pasti gasuka gue ya? Maaf"
"Eh? Enggak kok. Aku su.........ka(?)"
"Hmm? " kulihat dia menaikkan sebelah alisnya. Sebuah seringaian pun terpampang di wajahnya
"Ehh maksud aku bukan suka yang kaya gitu ih. Yaa suka. Suka jadi temen kamu maksudnya" ucapku sambil tersenyum malu-malu. Aaah terimakasih Tuhan telah membuatku se bahagia ini. Pertahanan yang baru aku buat telah runtuh seketika. Untuk pertama kalinya aku bener-bener seneng dapet temen kaya dia. Semua kegelisahanku sebelumnya seakan hilang pada saat ini.

Dengan rona merah yang ada di pipiku, kami kembali ketempat orang tua kami. Dari kejauhan terlihat mereka mulai memasang ekspresi serius.

"Ehem.. Sebenarnya ada hal penting yang ingin kami bicarakan dengan kalian." ucap om Prasetya dengan nada serius.

Apa yang akan mereka bicarakan?

...

I'M STRAIGHT!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang