-Violet Pov-
Pagi ini aku berangkat sekolah dengan mood yang saaaaangaaaat baik. Tentu saja gara-gara Rayna kemarin. Uwaaah kalo diinget-inget malah jadi gesrek sendiri duh.
Kemarin kami emang sama-sama nyatain perasaan cinta masing-masing. Tapi tetep aja kalau dibilang aku pacaran sama Rayna kayaknya masih agak gimana gitu deh. Kemarin dia juga nggak bahas tentang pacar-pacaran juga sih. Bukan masalah sih buatku, lagian 'pacaran' itu kan cuma status.
Sampai di depan gerbang sekolah, aku berusaha menetralkan wajahku. Malu lah. Tadi aja sepanjang perjalanan senyum-senyum sendiri, terus diliatin orang-orang. Duh.
Seperti biasa, dengan sikap sok cool, aku masuk ke dalam gedung sekolah dan menuju kelasku.
'Perhatian! Kepada seluruh siswa, guru, dan staf tatausaha dimohon segera berkumpul di lapangan. Saya ulangi. . .'
Terdengar bu guru Waka Kesiswaan sedang mengumumkan pengumuman. Seisi kelas ku pada ribut sendiri bersiap menuju lapangan.
"Eh ada apa sih?" tanyaku pada temen sekelasku.
"Upacara hari jadi kota Jogja."
"Hah? Sekarang?"
"Iyaa. Makanya senin kemarin ngga ada upacara, soalnya hari ini bakal diadain upacara." terangnya.Setelah mengucapkan terimakasih pada teman sekelasku tadi, aku kembali ke mejaku. Untungnya topi sama dasiku selalu aku bawa di tas. Tapi masalahnya adalah jas sekolah ku. Sial, aku nggak bawa.
"Ayo Violet! Ntar kalo telat dimarahin lho." ucap ketua kelasku.
"Tapi aku nggak bawa jas gimana dong?"
"Anak-anak kelas lain tadi juga ada yang ga pake kok. Bahkan ada kakak kelas juga yang ga bawa."
"Uh oke. Yaudah aku ke lapangan sekarang."Aduh deg-degan banget ketika ngelihat anak-anak pada pakai jas. Ternyata dikelasku ada 1 orang lagi yang nggak pakai jas, tapi dia laki-laki.
Setiap kelas ditata tiga banjar. Aku berada di banjar paling kiri, bersebelahan dengan anak X MIA 3 dan aku berdiri di baris nomor 5 dari depan.
"YANG TIDAK MEMAKAI JAS SEKOLAH MAUPUN ATRIBUT UPACARA LAINNYA, AYO MAJU!"
Deg.. Terdengar suara teriakan Pak Jiran, pak guru paling killer se sekolah. Aduh gawat mati aku. Terlihat beberapa siswa udah pada maju ke tengah lapangan. Saat aku mau melangkahkan kakiku untuk maju ke depan, tiba-tiba ada sebuah jas yang menempel di punggungku. Aku pun reflek menoleh ke belakang dan mendapati Rayna berada di belakangku.
"Dihukum itu berat, kamu ga akan kuat. Biar aku aja." bisiknya sambil tersenyum tipis menatapku.
"Eh? Hah?" aku malah kaget dia juga ikut-ikutan ngomong quotes dari film Dilan yang lagi trend akhir-akhir ini.
"Heheh.. Gue kesana dulu, buruan lo pake jasnya." ucapnya sambil lari ke tengah lapangan."Wih si Damastuti kenapa tuh sampe ngasihin jasnya ke kamu." ucap salah satu temen sekelasku yang juga temennya Rayna.
"Eh? A-aku juga nggak tau." cuma itu yang terucap di mulutku.Selama upacara, aku terus memperhatikannya. Jujur aku nggak tega ngelihat dia panas-panasan kaya gitu. Tapi ketika mata kami bertemu, dia memasang senyum manisnya seakan berkata kalau dia nggak kenapa-napa.
Sampai akhirnya upacara berakhir. Guru dan staf TU udah dibubarkan. Tinggal penghormatan kepada pemimpin upacara, terus bubar deh. Entah kenapa aku jadi pengen beliin Rayna air mineral dingin. Biar kaya di sinetron-sinetron gitu hehe.