-Author Pov-
Keesokan harinya saat sepulang sekolah, Rayna memutuskan untuk pergi menemui sang pujaan hati. Perasaannya masih terluka atas keputusan sepihak yang diberikan oleh Violet. Dalam hati terdalamnya, ia masih sangat mencintai Violet.
Namun bagaimana pun juga, emosi nya masih belum turun sepenuhnya. Terbukti saat pagi tadi, Rayna kembali melampiaskan emosinya kepada benda-benda mati dikamarnya. Apabila semalam ia tidak ketiduran karena kelelahan, mungkin kamarnya sudah tak berbentuk.
Sesaat sebelum ia sampai ke kediaman Violet, Rayna melihat suatu pemandangan yang membuat hatinya tertusuk.
Tepat di depan matanya, terlihat seorang lelaki sedang bercakap-cakap dengan Violet. Tak lama kemudian, mereka berdua saling melambaikan tangan dan si lelaki melajukan motor gede nya.
Satu hal yang menjadi perhatiannya. Raut wajah penuh senyum yang ditunjukkan oleh Violet untuk lelaki itu. Semakin sakit rasanya ketika ia mengingat sikap acuh tak acuh Violet terhadapnya.
Setelah memastikan bahwa Violet telah benar-benar memasuki rumah, Rayna memberanikan diri untuk masuk ke halaman kediaman Violet dan mengetuk pintu masuknya.
'Tok.. Tok.. Tok..'
Tak sampai 1 menit, pintu terbuka dan menampakkan sosok cantik yang tak lain adalah ibunda Violet.
"Permisi tant, emm, Violetnya....ada?" tanya nya dengan gugup. Untuk pertama kalinya, perasaannya benar-benar campur aduk.
"Oh, ada kok di kamar. Sini masuk dulu nak Rayna." ucap mami Violet mempersilakan.
Mereka berdua kemudian duduk di ruang tamu.
"Hmm.. Beberapa hari ini Violet kelihatan murung. Kalian lagi ada masalah?" tanya mami violet.
'Murung apaan orang tadi gue liat dia senyum-senyum gitu.' batin Rayna mencerca.
"Emm.. Makanya ini saya kesini buat bicara sama Violet, tant." ucap Rayna seramah mungkin.
Mami Violet tersenyum dan menunjukkan arah ke kamar putri kesayangannya.
'Anak ABG sekarang emang suka berantem-berantem lucu gini apa ya?' batin wanita yang sudah berkepala empat tersebut.
Mami Violet meninggalkan Rayna sendirian ketika mereka telah sampai di depan pintu kamar putrinya. Ia yakin Rayna bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan orang sepertinya. Yaah.. Meskipun tadi ia sempat memberi Rayna kunci cadangan jika Violet enggan membukakan pintu untuk Rayna.
Tepat di depan pintu kamar Violet, jantung Rayna berdebar tak beraturan. Ia takut jika Violet akan memperlakukannya seperti terakhir kali mereka bertemu. Jujur saja, hatinya tidak siap untuk diperlakukan seperti itu oleh orang yang ia cintai.
Namun ketika ia mengingat kejadian di luar tadi, ia bertekad untuk meluruskan permasalahannya dengan Violet.
'Gue udah terlanjur sampe sini. Masa iya gue nyerah. Sorry aja, gue bukan pengecut.' batinnya.
Rayna menarik satu nafas panjang dan menghembuskannya.
'Tok.. Tok..'
Tidak ada jawaban.
'Tok.. Tok.. Tok..'
Masih tidak ada jawaban.
'Tok.. Tok.. Tok.. Tok..'