-Violet Pov-
Siang ini aku masih terkulai lemas di kasurku. Yah, setelah kemarin nekat donor darah dengan kondisi yang kurang prima, inilah yang aku dapetin. Tapi aku sama sekali nggak nyesel kok. Malahan, aku mulai dapet semangat lagi untuk memperjuangin perasaanku ke Rayna.
...
-Author Pov-
"...violet?" terlihat Rayna mulai mengerjapkan matanya. Dengan sigap, Alvin yang tadinya berbaring di sofa langsung mendekat menghampiri adiknya.
"Masih sakit?" Rayna hanya menggelengkan kepalanya dengan lemah.
Rayna memang sudah siuman sejak pagi tadi. Namun efek obat yang ia minum membuatnya kembali tertidur.
"Istirahat lagi aja. Atau kalo perlu mau gue panggilin suster?" tanya Alvin
"Gue gabutuh suster." jawab Rayna dengan suara parau.
"Butuhnya Violet." lanjutnya.
Alvin menghela nafasnya ketika mendengar pernyataan itu. Ia melihat adik semata wayangnya yang akhir-akhir ini sedang dilanda kegalauan.
"Tau ga?" Rayna kembali menatap Alvin sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Semalem dia dateng tau. Dia khawatir banget sama lo." ucap Alvin sambil tersenyum tipis.
"Gimana bisa? Terus dimarahin?" tanya Rayna yang mulai tertarik dalam pembicaraan.
"Nope. Papa sama mama ga mungkin sempet marahin anak orang saat nungguin anaknya sendiri yang lagi kritis di UGD." Rayna hanya manggut-manggut mendengar kakaknya.
"Dia apa kabar?" tanya Rayna setelah hening beberapa waktu.
"Sama buruknya kaya lo." Rayna menampilkan raut sedih saat mendengar ucapan Alvin.
"Kemarin dia kesini bareng orangtuanya. Di saat dokter bilang kalo lo butuh banyak darah, sementara stok golongan darah di rumah sakit ini kosong, dia ngajuin diri untuk ngedonorin darahnya buat lo. Dan stok darah yang dikirim ke rumah sakit baru dateng 2 jam setelah itu. So, she's your saviour." sambung Alvin disertai senyuman tulus.
"Hah?" Rayna masih terlihat bingung atas apa yang diceritakan kakaknya.
"Violet ngedonorin darahnya buat elo, disaat lo udah hampir.....yah, gitulah.." ulang Alvin.
"Eh? Berarti dia ngedonorin darahnya buat gue gitu?" Alvin menghela nafasnya dengan malas. Sepertinya adiknya itu sudah mulai waras, terlihat dari pulihnya kelakuan menyebalkan darinya.
"He'em." setelah mendengar jawaban kakaknya, mata Rayna kembali memancarkan aura kehidupan.
"Ih berarti darahnya ngalir di tubuh gue dong yah? Berarti dia emang utusan Tuhan yang ditakdirin buat nyelametin hidup gue kan? Berarti kan kalo darahnya ngalir di dalem tubuh gue kan ya, berarti, berarti, YAAAAAHAHAHA!!" kata Rayna sambil memperlihatkan senyuman bodohnya.
'Kalo udah gesrek gini mah gue yakin udah 100% sembuh ini mah' batin Alvin sambil kembali menghela nafas untuk kesekian kalinya.
"Ehem. Bukannya gue mau ngerusak suasana bahagia lo ya. Tapi kalo lo senyum-senyum gaje gitu gue jadi ragu yang sakit itu sebenernya fisik lo apa mental lo. Terusss, lo ga cuma dapet donor darah dari Violet doang ya. Darah Violet aja mana cukup untuk ngebuat lo siuman gini. Abis golongan darahnya di re-stok, langsung di tranfusi ke tubuh lo. Paham?"
"Dih bodo amatlah. Yang penting gue bahagia dapet darahnya vio" balas Rayna sambil menjulurkan lidahnya. Alvin memutar malas bola matanya.
"Btw, papa mama kemana? Terus lo ga sekolah?" tanya Rayna