-Violet Pov-
Pagi ini aku bangun dengan sedikit berantakan. Dekorasi kamar yang klasik ini membuatku ingat kalau ini bukan kamarku. Ah! Semalem. Astagaa.. Aku harus gimana dihadapan Rayna? Uhh..
'Cklek'
"Gue bawain bubur nih. Mungkin lo laper.....?" terlihat Rayna berdiri di depan pintu sambil membawa nampan dengan semangkuk bubur yang masih berasap. Segera aku memasukkan diriku kembali ke dalam selimut.
"A-anu... Emm mungkin aku mau mandi dulu aja.."
"Oh sure! Kalo gitu gue keluar dulu."Keliatannya dia bersikap kayak biasa. Tapi gimana mungkin dia bisa gitu setelah apa yang dia lakuin semalem? Termasuk pernyataan cintanya semalem yang ngebuat aku makin pusing. Haah.. Mending aku nyegerin badan dulu aja ah.
...
Setelah mandi dan makan, aku segera beresin tempat tidur sama barang-barangku. Udah mulai siang, saatnya aku pulang kali ya.
'Cklek'
"Uwah!" gimana nggak kaget coba, kalo abis buka pintu langsung ngeliat bidadari.
"Eeh sorry.. Lo kaget ya?" aku cuma ngangguk menanggapi pertanyaan retoris dari Rayna.
"Emm.. Kalo udah siap mau pulang, bisa gue anterin."
"A-aku udah siap kok." kulihat dia cuma ngangguk.Selama diperjalanan, nggak ada satupun diantara kami yang membuka suara. Keliatannya dia juga ngalihin pandangan dengan berpura-pura liat toko-toko di pinggir jalan. Uhh.. Awkward banget jadinya.
Tiba-tiba bayangan Rayna yang semalam menjamah tubuhku muncul dikepalaku. Mendadak pipiku terasa memanas. Kugelengkan kepalaku perlahan untuk menghilangkan ingatan kotorku itu. Kurasakan Rayna sedikit melirik kearahku.
Tanpa sadar, akhirnya kami sampai dihalaman rumahku. Rumah masih sepi, soalnya pintu utama masih tertutup. Cuma ada satpam yang berjaga di depan gerbang. Kemarin Mami nyuruh para maid buat ngambil libur.
Aku sengaja pilih masuk dari pintu samping. Rayna masih terlihat mengikutiku. Waktu tadi kutanya mau mampir apa enggak, dia cuma senyum aja. Saat aku mau ngebuka pintu, Rayna nahan tangan yang satunya. Dia narik aku pelan, dan mepetin aku ke tembok. Tangan kirinya berada di dekat kepalaku menahan pergerakanku, sedangkan tangan kanannya masih menggenggam pergelangan tangan kiriku. Matanya menatapku dengan dalam. Uhh.. Kabedon atau apapun namanya, yang jelas posisi ini membuatku gila.
"Maaf.."
"Maaf tentang apa yang gue lakuin kemarin." lanjutnya dengan suara agak serak.
"Eemm..." jujur aku nggak tau harus jawab gimana. Aku bahkan nggak tau gimana perasaanku yang sebenarnya.
"Gue sebenernya ga keberatan kalo lo ga mau maafin gue. Tentu aja karena apa yang gue perbuat kemarin kayanya termasuk bentuk sexual harassment kan ya. Gue juga gapapa kalo setelah ini lo bakal benci gue atau apapun itu. Tapi ingetkah lo tentang ucapan gue semalem? Gue...bener-bener suka sama lo. Gue cinta sama lo. Uh, tenang aja lo gaperlu paksain diri buat bales perasaan gue." Rayna mulai melepaskan genggamannya dan mulai memberikan jarak diantara kami.
"Mungkin sampai sini aja. Bye." ucapnya lengkap dengan senyuman di wajahnya. Senyum yang terlihat dipaksakan. Rayna mulai pergi menjauh....
Kenapa? Kenapa rasanya jadi kaya gini? Kenapa seorang Rayna bisa buat aku segila ini? Hari udah semakin senja dan aku cuma ngelamun di balkon rumahku mikirin kejadian tadi. Perasaanku campur aduk. Seneng, bahagia, takut, sedih, semuanya bercampur jadi satu. Apa yang harus aku lakukan?
-Rayna Pov-
Ini udah berakhir. Semuanya selesai. Dengan gini, gue harusnya ga boleh nyesel. Ini yang gue putusin dari awal. Akhirnya gue bisa ngungkapin perasaan gue yang sebenarnya. Setelah ini gue ga akan ngeganggu atau ikut campur lagi sama kehidupan violet.
...
-Violet Pov-
Nggak terasa udah 3 hari berlalu. Selama itu, aku ngerasa jadi walking dead. Rasanya ada sesuatu yang berharga, yang hilang dari hidup aku. Dan selama itu pula, entah kenapa Rayna selalu terngiang-ngiang dikepalaku. Mungkinkah aku suka sama dia? Aku udah ngga tahan. Cepat atau lambat aku harus ketemu dia, dan putusin perasaanku.
Siang ini, sepulang sekolah aku sengaja pulang agak terlambat. Mungkin ini saatnya. Denger-denger, Rayna sering nongkrong sendirian di balkon sekolah. Aku harus nemuin dia sekarang juga.
'Tap.. Tap. Tap..'
Sayang~ opo koe krungu jerite atiku~
Mengharap engkau kembali~
Sayang~ nganti memutih rambutku~
Rabakal luntur tresnaku~Ah itu dia. Sayup-sayup terdengar suara Rayna sedang menyanyikan lagu dangdut jawa sambil menatap kosong pada kendaraan yang berlalu-lalang di jalanan. Tanpa sadar aku mulai berjalan ke arahnya dan memeluknya. Kayaknya dia agak kaget akan kedatanganku yang tiba-tiba. Tapi aku nggak peduli. Aku sandarkan kepalaku ke bahunya.
"Rayna?"
"....ya?"
"Aku juga..."
"Hm?"
"Aku....suka. Sama kamu."
"Eh?" pelukanku terlepas. Namun kemudian kami saling bertatapan.
"J-jangan gila deh! Bukankah gue udah bilang kalo lo ga perlu maksain diri buat ngebales perasaan gue. Lagian.. Lagian meskipun lo beneran nyatain perasaan lo, kita tetep ga mungkin bareng kan."
"Aku emang gila. Gara-gara kamu aku bisa segila ini. Aku nggak peduli sama kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi nanti. Selama kamu ada disisiku, buatku sih everything is gonna be OK. Kamu tau, tiga hari ini aku bener-bener kaya mayat hidup tanpa kamu setelah sebelumnya kamu nyatain perasaan kamu. Jadi tolong, kamu harus jujur sama perasaan kamu sekali lagi. Bilang sama aku, apa yang sebernernya kamu mau. Aku mohon." ucapku sambil menangkup kedua pipinya. Dari awal jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.Rayna masih terdiam. Namun tiba-tiba ia memajukan wajahnya hingga bibir kami bertemu. Tak berapa lama, Rayna melepas ciuman ini.
"Is that enough? Gue bener-bener mencurahin semua perasaan gue dalam ciuman itu." Rayna sedikit mengalihkan pandangannya untuk menyembunyikan wajah meronanya. Sedangkan aku udah ngga tahan untuk nyembunyiin rasa bahagiaku saat ini.
"I love you.." ucapku sambil memeluknya.Hari sudah semakin sore dan kini kami tengah berjalan pulang. Rayna mengantarku sampai gerbang rumahku.
"See you" ucapnya sambil sedikit berjinjit untuk mengecup keningku.
"Um.. Hati-hati di jalan." kami berpisah.Aku pun memilih untuk masuk ke dalam rumah sekarang juga. Dengan senyum yang masih terpampang di wajahku, aku terus memikirkan dirinya. I....really love her.