13

10.8K 697 42
                                    

-Violet Pov-

Hari demi hari telah berlalu. Tak terasa sudah seminggu aku bersekolah di sekolah baruku, SMA Pelita Jaya. Papi sengaja memindahkanku kesini agar tidak kembali bertemu Rayna.

Seminggu aku sekolah disini sebenarnya tidak ada perubahan drastis pada kehidupanku. Aku masih nggak punya teman, selalu sendiri, dan pendiam, sama seperti sebelumnya.

Jadwalku di sekolah ini lebih padat daripada ketika aku berada di sekolahku sebelumnya. Papi memaksaku mengikuti berbagai macam les serta ekstrakulikuler agar aku mempunyai kesibukan dan bisa melupakan Rayna.

Tapi papi salah besar. Aku emang melakukan semuanya. Berangkat awal, pulang petang untuk melakukan segala kegiatan itu, tapi nyatanya aku tetap nggak bisa ngelupain Rayna. Hampir tiap malam aku selalu menangis. Bahkan aku sadar kalau kelopak mataku terlihat membengkak.

Seperti saat ini, aku melihat wajahku di cermin kecil yang sering aku bawa di tasku. Haaah.. Benar-benar kusut. Padahal sebelumnya aku sempat memoles wajahku menggunakan make up agar tidak terlihat seperti gembel.

Seminggu ini aku ngerasa kalau pola hidupku sedikit agak kacau. Sering telat makan bahkan kadang nggak nafsu makan sama sekali, mandi kemaleman gara-gara pulang petang, kecapekan gara-gara terlalu banyak kegiatan, tidur cuma beberapa jam dan itupun nggak bisa dibilang efektif, nggak fokus, kondisi fisik jauh dari kata fit, pucat, dan sebagainya. Jujur, aku capek.

Aku cuma bisa ngelakuin apa yang papi minta, dan aku nggak bisa nolak. Sejak saat itu, aku mulai berfikir kalau perintah papi itu emang nggak boleh dibantah. Perintah papi itu mutlak.

Tapi mungkin emang takdirnya kayak gini. Nggak akan pernah ada yang bisa ngertiin aku. Mulai dari masalahku yang paling simpel sampai yang paling kompleks. Seperti saat ini ketika aku sendirian di ruang kelasku.

Ini sebenarnya masih terlalu pagi. Sekolah masih sangat sepi dan baru terlihat satu atau dua orang saja. Bahkan kelasku, baru aku saja yang berangkat. Selalu seperti ini.

Aku diharuskan berangkat pagi-pagi sekali oleh papi karena jarak rumah sampai sekolah agak jauh, jadi perlu waktu yang agak lama juga. Sekolah ini terletak di pinggiran kota, namun masih berada di provinsi Yogyakarta.

Tentu saja papi nggak sembarangan memilih sekolah. Kalau dibandingkan sama sekolahku sebelumnya emang sekolah ini sedikit dibawahnya dari segi kualitas pendidikan maupun fasilitasnya. Tapi, disini etika sangat diperhatikan. Makanya papi memasukkanku kesini.

Hingga akhirnya terlihat beberapa siswa masuk ke kelas. Dan aku pun berusaha mencari kesibukan lain dengan membaca salah satu buku pelajaran.

...

Hari ini kegiatanku telah selesai. Saat aku sampai dirumah, aku masuk ke kamar mandi dan segera membersihkan diri.

Entah kenapa saat ini aku udah nggak punya motivasi untuk menjalani kehidupan menyedihkan ini. Aku merenungkan apa yang telah terjadi, dan menangis dibawah derasnya aliran shower.

Setelah selesai, aku masuk ke kamarku. Ku tatap seisi kamarku tanpa ekspresi apapun. Rasanya benar-benar hampa.

Kenapa bisa kaya gini. Aku capek. Aku nggak kuat. Aku nggak bisa lagi. Aku udah nggak tahan.

Aku diam terduduk di kursi meja belajarku. Perhatianku terfokus pada suatu benda disana. Cutter.

Entah apa yang ada di pikiranku, aku mulai mengeluarkan benda tajam tersebut.

Kenapa takdirku semenyedihkan ini?

Kugoreskan ujung cutter ke tanganku yang satunya. Aku sedikit meringis karenanya. Perih. Tapi nggak seburuk realita kehidupanku.

I'M STRAIGHT!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang