BAB 4

2.8K 192 41
                                    

Milena Alexandria Tsabitha, menutup matanya yang terasa berat. Ia melipat kedua tangannya di atas meja dan menduduk sedikit—mendekatkan kepala dengan kedua tangannya. Akhirnya dia bisa memejamkan mata lagi setelah kurang lebih dua ratus sepuluh menit membuka mata. Mil mendengus, merasa lega. Semesta berpihak lagi padanya—jam pelajaran kimia pagi ini di tiadakan karena dewan guru sedang menjalankan rapat di aula sekolah. Jam pelajaran kedua nanti adalah fisika, yang juga di tiadakan karena isu yang tersebar mengatakan rapat berjalan hingga waktu pulang sekolah.

Lega, itulah yang benar-benar Mil rasakan. Tidak bisa di pungkiri jika ia benar-benar merasa ngantuk bercampur lelah plus mager—akibat ia pegadang untuk kali pertama tadi malam. Berkali-kali Mil mengutuk dirinya yang rela membuang waktu berjam-jam hanya untuk melamun, lalu memikirkan sesuatu yang seharusnya tidak ia pikirkan. Bermain piano selama delapan puluh dua menit pun tidak bisa mengembalikan mood Mil yang awalnya baik.

Intinya, sekarang ia benar-benar mengantuk.

Tling!

Ponsel Mil berdering sekali. Layarnya menyala—menampilkan pop up message dari seseorang. Perlahan ia membuka kembali matanya dan terdiam untuk beberapa detik.

Malas beralih dari posisi nya yang sudah pewe, Mil memilih untuk meraih ponsel dari saku seragamnya dan membaca isi pesan itu dengan posisi badan yang menunduk dan menempel di atas meja. Tangannya sedikit kesusahan mencapai ponsel itu, karena posisinya yang tidak memungkinkan. Namun akhirnya ia berhasil juga mencapai benda yang tidak bisa ia lepaskan dari kehidupannya itu.

Alien Max : Jangan rindu. Berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja.

Mata Mil seketika terbuka lebar dan memelotot ke arah layar ponselnya yang menyala. Ia kemudian bangun dari posisi pewe nya—menjadi bersandar pada permukaan kursi. Sekitar dua kali lagi Mil membaca ulang isi pesan yang dikirimkan oleh Alien Max—sahabat kecilnya yang suka bikin Mil kesal, kadang-kadang.

"Makan apa lo semalem sampai jadi gini?" Mil bergeming dalam hati. Tak sadar jika perlahan sebuah senyuman kecil terukir di wajahnya.

Lalu, ia buru-buru mengetik sebuah pesan balasan untuk sang pengirim pesan.

Mil : Kena virus baper Dilan, lo? Tumben amat😪

Sekarang, giliran Max yang tersenyum kecil seraya menggeleng samar. Cowok itu tengah menikmati susu hangat di kantin. Awalnya ia mengajak Mil untuk pergi ke kantin, tapi Mil menolak dengan alasan sangat mengantuk. Akhirnya, Max pergi ke kantin sendiri.

Tak menunggu waktu lama, Max segera mengetik pesan balasan untuk Mil, lalu mengirim nya.

Alien Max : Bakalan pulang cepat nih. Nonton Dilan yuk! Lo harus mau, secara nyata ini cuman kebeberapa kalinya gue mau nonton film cinta-cintaan sama lo.

Alien Max : Bentar lagi bell pasti bunyi. Aku ramal, kita akan bertemu di parkiran sekolah.

Seketika gelak tawa Mil meledak di kelas aud IPA 1. Beberapa teman-temanya yang berada di dalam kelas spontan menoleh ke arah sumber suara—suara paling nyaring yang terdengar oleh mereka secara bersamaan, saat ini. Tapi, Mil tidak memperdulikan hal itu. Ia terus tertawa, hingga tawanya sedikit mereda dan menyisakan selukis senyuman manis di wajahnya.

Mil : Tenang aje, gue nggak bakalan nolak rezeki kok! Ketemuan di parkiran yee, awas aja kalo lo boong!!😈😈

Mil melanjutkan acara tawanya setelah pesan balasan itu berhasil terkirim dan terbaca oleh sang penerima pesan. Ia berusaha untuk menahan tawanya hingga pesan balasan dari Max segera hadir. Sepertinya, Max sukses bikin rasa kantuk Mil hilang.

Max & Mil [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang