Sam berkali-kali mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir jam 17:26, tetapi Mil belum saja tiba di rumah. Ia jadi merasa khawatir, apalagi ini sudah menjelang malam hari--bagaimana mungkin belum saja pulang? Apakah sekolah SMA di Indonesia memberi aturan pada siswa-siswinya untuk pulang diatas jam 17:00 sore? Atau mungkin, memang hanya Mil yang masih bermain di luar? Entahlah, Sam juga tidak tau alasan yang pasti. Bodohnya Sam saat tiba di Indonesia ialah tiba memiliki kontak Mil. Karena terlalu senang bisa bertemu Mil secara langsung, cowok itu sampai lupa meminta kontak Mil kepada Mil sendiri ataupun Tante Tina. Apalagi ketika ia berada di situasi seperti saat ini: hanya dengan asisten rumah tangga saja, Tante Tina dan Ibunya Sarah sedang mengurus perkerjaan mereka masing-masing.
Jarum jam terus berputar hingga hujan yang lain awalnya hanya tersisa gerimis sekarang berubah menjadi lebat lagi. Cowok itu mengintip di balik tirai gorden putih kamarnya--benar saja, hujan turun dengan sangat lebat. Untungnya tidak bercampur suara gemuruh petir yang beradu dengan kilat.
Tepat ketika mata Sam masih memandang ke luar jendela, hal yang ia saksikan kemarin kembali terulang lagi: melihat Mil bersama Max yang baru saja tiba di depan gerbang rumah Mil. Bukannya bergegas masuk, mereka justru terlihat berlama-lama di bawah sana. Mil melepas helm nya dan memberikannya pada Max. Setelah cowok itu menerima, Sam sedikit dapat melihat jika mereka memilih untuk berbincang-bincang di bawah Hujan yang deras namun terasa menyejukan hati Mil.
Karena khawatir, Sam buru-buru keluar dari kamarnya--menuju pintu utama rumah. Setiba di sana, Sam tidak membuka pintu itu. Melainkan ia mengintip lagi dari balik tirai jendela samping pintu utama rumah--betapa termenungnya Sam ketika melihat Max dan Mil bermain hujan di di depan gerbang rumah Mil--di jalanan komplek perumahan yang tidak terlalu besar. Kebetulan tidak ada kendaraan yang lewat saat ini, mungkin karena hujan deras sedang turun, bisa juga karena hari hampir menuju petang.Sam semakin memfokuskan pandanganya ke arah Max dan Mil. Mereka benar-benar bermain hujan. Tak peduli jika seragam sekolah dan tas mereka basah. Mungkin juga tak peduli jika barang-barang dalam tas mereka basah. Sam juga melihat Mil yang teramat sangat menikmati hujan. Cewek itu lebih banyak tertawa saat bersama Max saat ini, sesekali mengusili Max, dan terkadang memejamkan matanya--dengan kepala yang mendongkak ke atas--seolah mempersilakan air hujan untuk membasahi permukaan wajahnya.
Lain lagi dengan Max, sebenarnya ia juga terlihat menikmati bermain hujan bersama sahabat kecilnya--hanya saja, pekerjaannya kali ini yaitu mengejar Mil dan seolah ingin membalas karena Mil yang terus mengusilinya. Max juga beberapa kali tertawa lebar, bahkan ada suatu ketika dada Sam terasa bergemuruh.
Ketika Sam melihat Max yang 'tak sengaja' mendekap erat tubuh Mil dari belakang, sehingga Mil memperlihatkan gelak tawa yang mengartikan kebahagiannya.
Karena melihat hal itu secara langsung, Sam kemudian menghembuskan napasnya pasrah. Beberapa detik yang tersisa untuk dirinya melihat Max dan Mil bermain hujan, sisa waktunya ia habiskan untuk kembali ke kamarnya--kaena ia merasa lebih baik pergi ke kamar saat ini.
Sam merasa terluka.
***
Vania membuka pelan matanya yang sudah tertutup sejak lama. Ia menyapu pandangan ke sekelilingnya--menyadari jika sekarang tidak lagi berada di tempat terakhir ia kunjungi--kafe langgananya. Vania lantas memelotot seketika, kemudian bangun dari tidurnya yang nyenyak dan memilih duduk sebentar di atas ranjang. Ia tidak tau sekarang berada di mana, di kamar siapa, dan siapa yang telah membawanya kesini. Ia juga masih melihat ranselnya yang masih utuh berada di atas nakas--samping tempat tidur. Saat ini ia juga masih mengenakan seragam sekolah yang sama sekali tidak basah--padahal setau Vania, saat terakhir kali ia berada di kafe, hujan sudah mulai turun. Lagi pula ia tidak membawa kendaraan apapun. Vania semakin bingung sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Mil [Completed]
Short StoryDia adalah Max, kapten basket terbaik di SMA Model. Cuek, tidak banyak omong dan sulit ditebak. Meskipun Max sama seperti cowok di luar sana yang hobi bermain basket dan menonton film action, percayalah, dia juga hobi membuat Mil kesal. Lain lagi d...