BAB 18

1.9K 122 46
                                    

Mereka berkumpul. Para cewek yang hobi menggosip itu berkumpul di salah satu kafe terlaris yang banyak dikunjungi oleh para remaja. Nuansa yang digunakan kafe itu minimalist, semua meja yang ditempati oleh pengunjung memiliki kursi kecil yang didesain seunik mungkin—tak ada tempat lesehan. Alunan musik yang menggema di ruangan kafe itu menggunakan lagu pilihan bergenre pop—tentunya lagu Indonesia dan lagu Barat saja. Seperti saat ini, lagu yang dinyanyikan oleh Camila Cabello dan berjudul Havana sedang diputar di kafe itu—membuat para pengunjung kafe merasa betah berada disana, apalagi cuaca diluar sana sedang turun hujan. Mungkin sebagian pengunjung kafe yang mengunjungi kafe itu sekedar berteduh saja—sembari menunggu hujan reda. Namun berbeda dengan para cewek itu. Mereka berenam sengaja berkumpul disana untuk mendengarkan hot news dari sang ketua geng mereka. Tak peduli cuaca sedang turun hujan ataupun kemarau berkepanjangan, yang penting mereka mengetahui gosip itu. Sebab, inilah perkerjaan sampingan mereka setelah bersekolah. Ya, pada kenyataanya, mereka semua adalah siswi di sekolah menengah atas yang berbeda-beda. Diatas meja yang mereka tempati, terdapat keenam minuman yang berbeda pula. Dan hanya terlihat beberapa saja cemilan. Tentunya minuman tersebut milik mereka semua—sesuai dengan pesanan masing-masing. Dan sekarang, waktunya mereka untuk bergosip ria mengenai sesuatu yang sedang viral dikalangan mereka saja.

"Mereka itu benar-benar kelihatan romantis banget! Kalian bisa lihat sendiri videonya di grup chat yang udah gue kirim!" sang ketua geng melanjutkan perkataanya. "Tapi nih ya, tetep aja ada orang yang nggak suka ngeliat penampilan mereka. Bahkan, orang-orang banyak nggak suka sama Mil!"

Seorang cowok yang memanggul ransel dipunggungnya itu baru saja menghentikan langkahnya—tepat disamping meja yang sudah dipenuhi oleh keenam cewek bergosip itu. Ia memutuskan menghentikan langkahnya karena sempat mendengar perkataan sang ketua geng yang menyebutkan sebuah nama seseorang. Pandangan cowok itu tetap fokus kedepan—tidak melirik sedikit pun kearah para cewek itu. Dibukanya indera pendengarannya lebar-lebar agar semakin mendengar jelas apa saja yang dibicarakan oleh para cewek itu.

"Kalian tau, alasan orang-orang itu nggak suka sama Mil?" sang ketua geng bertanya lagi. Sementara kelima teman-temannya serentak menggeleng samar.

"Ya, itu karena Mil dekat sama Max sejak kecil! Mereka selalu pengin ada diposisi Mil, sahabatan sama cowok ganteng, pintar, dan anak orang terpandang!" ia melanjutkan ucapannya. "Nih ya, gue pengin kalian jawab pertanyaan gue dengan jujur!"

"Apa mungkin kalian juga nggak suka sama Mil? Kalian iri sama Mil? Dan berharap, kalau kalian lah yang ada diposisi Mil?" sang ketua geng bertanya lagi. Gayanya masih sama histeris nya seperti ia mula-mula menjelaskan informasi yang diperolehnya tadi.

Sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh sang ketua geng, kelima cewek itu serentak mengangguk.. Mereka juga terlihat fokus memperhatikan seseorang yang tengah membeberkan gosip baru itu. Tak satu orang pun dari mereka yang sibuk bermain HP, makan ataupun minum dan merasa tidak peduli dengan gosip itu, atau bahkan, memilih untuk pergi setelah mengetahui sedikit informasi—sebab, mereka benar-benar berniat untuk mengetahui informasi itu.

"Untungnya gue nggak ngerasai rasa iri seperti kalian," sang ketua geng tersenyum miring, setelah kelima teman-temannya menjawab pertanyaanya. "Makanya, gue bisa hidup damai tanpa perlu mikirin rasa iri dengan Mil. Tapi, tetap aja sih gue suka banget gosipin mereka! Soalnya, unik gitu menurut gue!" katanya lagi, kemudian terkekeh pelan.

"Permisi?"

Seseorang tiba-tiba muncul dihadapan mereka. Tentunya orang itu yang mengalihkan perhatiaan keenam cewek itu kearahnya. Dia adalah si cowok yang sedari tadi mendengarkan sekilas isi pembicaraan keenam cewek itu. Dia adalah si cowok yang memanggul tas dipunggungnya, berpakaian santai ala anak kuliah, serta tak memperlihatkan raut wajah baiknya sedikit pun. Cowok itu tiba-tiba saja mengakhiri acara 'mengupingnya' dan memilih untuk berkomunikasi dengan sang ketua geng.

Max & Mil [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang