Hari Rabu, adalah hari yang membuat Mil jadi bete seharian. Bukan karena pelajarannya, bukan juga karena guru yang mengajar tidak disukai Mil, melainkan karena Max tidak bersamanya hari ini: Max tidak berangkat sekolah bersamanya, Max tidak sedang berada satu kelas dengannya, dan yang terpenting, Max sedang tidak membuatnya kesal lagi.
Mil sungguh berasa bosan hari ini.
Mata pelajaran pada jam pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, ketujuh dan kedelapan sudah Mil lalui dengan rasa bosan yang semakin menjadi-jadi. Dia jadi tidak ingin banyak bicara, justru hanya ingin diam sendiri di bangkunya--merasa malas juga untuk pergi ke kantin, tak peduli selapar apapun perutnya.
Bell pulang sekolah baru saja berdering, semua siswa-siswi mulai berhamburan pergi ke luar kelas. Mereka bersorak ria--hanya dalam hati ataupun diluapkan secara langsung--betapa senangnya jika waktu sekolah sudah selesai.
Berbeda dengan Mil, gadis itu justru keluar kelas dengan pandangan yang sulit diartikan: terlihat lesu--bak orang sakit yang pada kenyataanya tidak sedang sakit.Mil memanggul ransel merah mudanya melewati lorong kelas. Handphone nya sengaja ia pegang sedari tadi--berniat untuk memesan taksi online.
Gadis itu mendengus pelan setelah tiba di depan gerbang SMA Model, ia kemudian mengusap layar handphone nya dan menatap ke arah layar handphone itu. Niat awalnya ialah membuka applikasi taksi online, tapi seketika diurungkannya setelah melihat layar handphone nya yang tiba-tiba berdering.
Max. Max yang telah menelponnya saat ini.
Mil memelotot sedikit usai membaca nama sang penelpon. Gadis itu pun segera mengangkat telepon dari sahabat laki-laki nya, Max Dino Bramasta.
"Hallo?"
"Max?"
"Olimpiade sesi pertama selesai nih, Mil!"
"Oh ya? Hasilnya udah keluar?"
"Yakali cepat gini, ya belom lah!"
"Oh," Mil memasang ekspresi sedikit kecewa--meskipun ia sadar kalau Max tidak akan melihat ekspresi itu.
"Lo lagi dimana?"
"Depan gerbang sekolah."
"Lah ngapain?"
"Nunggu taksi online lah!"
"Astaga! Bunda nggak bisa jemput emang?"
"Nggak."
"Kenapa?"
"Biasa lah, sibuk banget di butik."
"Ah! Gue yang jadi khawatir kalo lo naik taksi online!"
"Makanya cepet pulang."
"Dua hari lagi bos, tenang aja. Eh tapi, kenapa lo nggak nebeng teman sekelas aja sih? 'kan lebih aman?"
"Malas. Nggak mau ngerepotin orang."
"Sekali doang elah."
"Besok sama Jumat ntar gimana? Naik taksi online juga 'kan? Ya sama aja dong dengan hari ini."
"Eh iya juga sih, hahahaha."
"Gaya doang jago fisika, ternyata hal sepele aja lo bego."
"Gue stres coy! Kebanyakan makan pelajaran."
"Alhamdullilah, jadinya 'kan lo cepat tua kalo sering stres. Beda sama gue yang kebanyakan makan yang manis-manis akhirnya awet muda."
"Yakali dah, sok bener lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Mil [Completed]
Short StoryDia adalah Max, kapten basket terbaik di SMA Model. Cuek, tidak banyak omong dan sulit ditebak. Meskipun Max sama seperti cowok di luar sana yang hobi bermain basket dan menonton film action, percayalah, dia juga hobi membuat Mil kesal. Lain lagi d...