Deru langkah seorang wanita menapak di lobi hotel bintang lima. Tak hanya dirinya, namun ada juga beberapa orang yang berlalu lalang di lobi hotel itu. Dengan rasa percaya diri, ia melangkah dengan tenang menuju meja resepsionis hotel. Wanita itu mengenakan sendal heels yang berukuran tujuh senti meter, yang mana, warna heels tersebut senada dengan warna pakaiannyaa-blazer putih. Sementara warna kerudung nya senada dengan celana kain yang membalut kakinya-brown. Kerudung yang menutupi helaian rambutnya dibuat olehnya semenarik mungkin-terlihat cantik, berbeda modelnya dengan yang kemarin-kemarin. Polesan make up nya juga tidak terlalu menor, sehingga wajah cantiknya masih bisa dilihat-pada kenyataanya, dia memang terlihat awet muda meskipun umurnya sudah mencapai kepala empat.
Namun, ketika langkahnya hampir mendekati meja resepsionis, ia memutuskan untuk menghentikan langkahnya-sembari menatap dengan tercengang kedepan. Bola matanya hanya fokus tertuju kedepan-melihat dua orang yang terasa asing baginya, ketika lewat di hadapannya. Sang wanita mengenakan dress biru selutut, yang mana, bagian lengan tangannya ditutupi oleh blazer putih yang warnanya senada dengan warna heels yang ia kenakan. Rambut yang sedikit berwarna cokelatnya itu ditata semenarik mungkin namun dibiarkan terurai. Sementara sang pria mengenakan jas hitam yang menutupi kemeja warna biru-menyisakan sedikit celah saja pada bagian dadanya. Ia juga mengenakan dasi yang selaras warnanya dengan jas dan kemejanya. Kakinya dibalut dengan celana kain hitam dan telapak kakinya mengenakan sepatu hitam pantofel.
Awalnya tatapan Tina tertuju pada wajah sang pria, namun, tiba-tiba berubah pandangan kearah sang wanita yang menggandeng lengan tangan suaminya-sang pria berjas hitam itu. Secara spontan, Tina terkejut bukan main. Kedua tangannya mengepal sempurna, rasanya sangat sulit untuk menelan salivanya. Tina merasa mulai berapi-api diatas kepalanya. Namun, bibirnya tak dapat berkutik. Ia memang terlonjak kaget, namun ekspresi nya tetap terlihat datar. Tina semakin terguncang hebat-setelah melihat wajah dua orang yang awalnya terasa asing itu. Rasanya, sebuah peluru tajam baru saja menembak tepat didadanya, mengenai jantungnya, kemudian terasa amat menyakitkan baginya.
Mereka lewat dihadapan Tina, tanpa menyadari kehadiran sosok Tina yang memperhatikan gerak-gerik mereka. Tina melihat, sang wanita itu sesekali tertawa kecil, sementara sang pria yang masih terlihat tampan itu tersenyum kecil menanggapi perkataan istrinya. Mereka terus melangkah, hingga hilang dari pandangan Tina.
Dengan hati nya yang terasa tergores, Tina mendengus pelan napasnya yang terasa berat. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju meja resepsionis untuk menanyakan sesuatu. Setibanya ditempat yang dituju, Tina berbincang-bincang sejenak-lalu melanjutkan langkahnya kembali menuju lift hotel dan menekan tombol anak panah yang memiliki arti 'naik ke lantai atas.'
Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka. Tina masuk seorang diri, lalu menekan tombol 6. Setelahnya, pintu lift tertutup kembali. Lift mulai bergerak pelan naik keatas menuju lantai enam-yang menjadi tujuan Tina.
***
Pukul sembilan lewat empat puluh sembilan menit, Mil menyeduh susu kotak rasa vanila didalam kelas. Ia menyeduh minuman itu melewati sedotan warna putih. Sekarang waktunya istirahat,itu artinya waktunya Mil untuk bersantai ria. Oleh karenanya lah, Mil menyeduh susu kotak vanila sembari bersandar pada permukaan kursinya. Tatapan cewek itu terlihat datar-mengarah kedepan-kearah papan tulis putih. Tangan kanannya memegang kotak susu yang sedang ia seduh. Sementara mulutnya tak berhenti menyedot secara perlahan-lahan.
Beberapa siswa siswi kelas aud IPA 1 tengah berlalu lalang di sisi kanan maupun sisi kiri Mil. Ada juga beberapa siswi yang tengah menyantap cemilan sembari bergosip ria di bangku pojok belakang. Hal ini sudah biasa mereka lakukan saat jam istirahat tiba. Jadi, seluruh penghuni kelas aud IPA 1 tidak akan merasa aneh jika melihat hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Mil [Completed]
Short StoryDia adalah Max, kapten basket terbaik di SMA Model. Cuek, tidak banyak omong dan sulit ditebak. Meskipun Max sama seperti cowok di luar sana yang hobi bermain basket dan menonton film action, percayalah, dia juga hobi membuat Mil kesal. Lain lagi d...