"ABANG!!!" suara lengkingan seorang gadis mendadak menggema di seluruh penjuru ruangan bernuansa biru-merah dengan tema Barcelona. Ekspresi yang ia perlihatkan saat itu benar-benar dapat dikatakan sebagai 'seseorang yang sedang kehilangan batas kesabarannya'. Napasnya terdengar ngos-ngosan. Tatapannya memelotot tepat kearah seseorang yang tengah asik berbaring diatas kasur. Sementara kedua tangannya, masing-masing diletakkan di pinggang bagian kanan dan kirinya—sesuai letak tangannya.
"BANG BANGUN BANG!!!" untuk kesekian kalinya, gadis itu kembali berteriak. Dan untuk kali ini, suara nya sukses membangunkan Dave dari tidur 'sore' nya yang nyenyak.
"Masya Allah, apaan sih De?" Dave menggubris dengan nada yang tegas. Ia kemudian mengubah posisi tubuh yang awalnya terlentang diatas kasur kini menjadi duduk diatas kasur.
"Dipanggil dari tadi, nggak denger-denger?!" protes gadis itu. "Malah asik-asikan tidur!" omelan gadis itu terdengar seperti seorang Ibu yang tengah memarahi anaknya yang sudah berbuat salah dan menimbulkan amarah sang Ibu.
"Suka-suka Abang dong! Telinga nya 'kan punya Abang, terserah Abang mau jadi orang yang beneran denger atau pura-pura nggak denger! Kamu nggak berhak ngatur kemauan Abang sendiri! Lagian, kenapa sih kamu sampai teriak-teriak gitu? Berisik tau nggak?!"
"Terserah Mil dong! Ini mulut Mil! Terserah Mil mau ngomong apa, Abang nggak berhak ngatur kemauan Mil! Karena Mil punya aturan sendiri," gadis itu menjawab tak mau kalah. Manik matanya semakin menajam kearah sorot mata Dave. Hal itulah yang membuat Dave menjadi heran seketika dan tidak tahu harus menggubris dengan bagaimana lagi.
"Bunda bilang, tidur diatas jam tiga sore itu nggak bagus buat kesehatan! Dari pada Abang bikin penyakit baru buat tubuh Abang, mending Abang temanin Mil keluar nyari sesuatu!"
Dave mendengus pasrah. "Nggak bisa pakai G-jek emangnya?"
"Takut diculik! Takut nyasar! Banyak takutnya, pokoknya!" Mil menyelak cepat. "Lagian, kalau Mil nya hilang, Abang mau tanggung jawab?"
"Ya nggak mau lah! Kan bukan Abang yang nyulik kamu!" Dave menolak keras. "Yaudah, kamu pengen beli apa lagi sih? Novel lagi? Kan udah Abang beliin kemarin."
"Bukan, Bang!" jawab Mil. "Mau beli hadiah ulang tahun buat Max."
"Emang, Max kapan ulang tahunnya?"
"Hari ini."
"HARI INI?" seketika Dave jadi kaget. "Kenapa baru mau beli kado nya sekarang sih?"
"Biar keliatan masih fresh aja," Mil jadi nyengir sendiri.
"Oh, jadi mau ngado makanan atau minuman nih?"
"Nggak! Mau nya barang aja."
Dave jadi semakin bingung, hingga salah satu alisnya terangkat sebelah. "Kamu pikir barang bisa basi, gitu? Makanya dijaga supaya tetap fresh?"
Dave menggeleng samar. "Seharusnya beli nya dari kemarin-kemarin. Bukan waktu hari ulang tahunnya. Apalagi kalau kamu itu ngado nya barang, bukan makanan atau minuman."
Setelah mendengar pernyataan dari Dave, Mil jadi berdeham untuk beberapa saat. Dia merasa keputusan yang ia pilih salah total; membeli kado ulang tahun ketika hari ulang tahun itu tiba. Dan seperti yang sering dikatakan oleh kebanyakan orang; penyesalan datang diakhir.
"Yaudah, tunggu sana di luar! Abang mau ganti baju dulu," keputusan yang Dave lakukan hanya karena untuk Mil—adik satu-satunya yang ia miliki. Bagaimana pun juga, dia sudah berjanji saat Bunda nya mengandung Mil; Dave akan selalu melindungi calon adiknya dan menyayanginya sepenuh hati. Dan sekarang, Dave harus menepati janjinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Mil [Completed]
Short StoryDia adalah Max, kapten basket terbaik di SMA Model. Cuek, tidak banyak omong dan sulit ditebak. Meskipun Max sama seperti cowok di luar sana yang hobi bermain basket dan menonton film action, percayalah, dia juga hobi membuat Mil kesal. Lain lagi d...