Deru langkah kaki seorang wanita yang usianya hampir mencapai kepala empat, menggema di sebuah ruangan bernuansa putih yang terlihat mewah dengan beberapa pernak-pernik yang menjadi hiasan di butik ternama itu—Butik Cantik Mode. Ruangan itu berukuran cukup luas, gaun-gaun dan model busana lain yang dijual di butik itu nampak tersusun rapi di dalam lemari tanpa pintu. Beberapa gaun pesta sengaja dikenakan oleh beberapa patung wanita yang terpajang di sana. Terdapat pula lonceng emas yang akan berdering sekali apabila seseorang membuka pintu masuk butik tersebut—karena lonceng itu sengaja diletakkan di atas dekat pintu masuk.
Meja kasir yang berisi berbagai macam peralatan kasir dan tas kotak yang menjadi tempat untuk membawa barang-barang yang dibeli pelanggan, berada tak jauh dari pintu masuk Butik—tepat berhadapan dengan pintu masuk, sehingga kasir dapat langsung melihat siapapun yang telah masuk ke dalam ruangan itu.
Seorang wanita yang menapakkan kaki nya di dalam ruangan itu adalah Tina—sang pemilik Butik. Siang ini ia mengenakan kemeja hitam yang dibalut oleh blezer putih yang bagian bawahnya bermotif bunga-bunga putih, dan berlengan pendek se-sikut tangannya. Kaki nya yang jenjang dibalut oleh celana kain berwarna putih polos yang senada dengan blezer yang ia kenakan. Tak lupa dengan warna hijab yang juga senada dengan warna pakaian nya serta dibuat semenarik mungkin—terlihat simpel dan modis.
"Mbak, saya bisa lihat koleksi gaun terbaru dari kain satin velveta?"
Langkah kaki Tina berhenti tepat di depan pintu ruangannya. Secara spontan ia berbalik badan dan mendapati seorang wanit yang usia nya hampir sama sepertinya, tengah berdiri di depan meja kasir. Wanita itu mengenakan dress merah berlengan pendek, heels merah yang menurut Tina berukuran 7 sentimeter—seukuran dengan heels yang Tina kenakan—dan menata rambut nya dengan rapi. Terlihat beberapa helai rambut berwarna cokelat pada rambut wanita tersebut. Penampilannya dapat dikatakan seperti orang kaya raya yang sangat terlihat modis.
"Mungkin ada koleksi gaun terbaru yang lainnya, yang bukan dari kain satin velvet?" wanita itu bertanya lagi pada sang kasir Butik. "Mbak bisa rekomendasiin koleksi gaun-gaun terbaru lainnya."
"Baru saja Butik kami meluncurkan koleksi gaun terbaru dari kain satin velvet, Mbak," spontan Tina berucap seraya menghampiri wanita itu. "Mari ikut saya, saya akan memperlihatkan koleksi-koleksi gaun terbaru dari Butik kami," katanya, kemudian tersenyum.
Perkataan Tina bikin wanita yang masih berdiri di depan meja kasir itu menoleh ke kanan—ke arah Tina. Segera ia membalas senyuman Tina dengan sebuah senyuman ramah pula. "Boleh, Mbak. Kebetulan saya lagi pengen cari dua gaun untuk anak perempuan saya."
"Untuk kategori apa, Mbak?" Tina bertanya. "Kami menyediakan tiga kategori, yang pertama untuk anak-anak, yang kedua untuk remaja, dan yang ketiga untuk dewasa."
"Remaja," jawab wanita itu. "Seminggu lagi dia akan merayakan ulang tahun nya yang ke tujuh belas, dan saya ingin dia tampil cantik dan anggun di hari pesta ulang tahunnya itu. Karena saya tau, ini adalah suatu moment yang sangat di nantikannya."
Lagi, Tina tersenyum. "Kebetulan sekali, koleksi gaun terbaru dari kain satin velvet Butik kami adalah untuk kategori remaja dan dewasa. Saya yakin, anda pasti menyukainya."
"Kalau begitu, mari ikuti saya," Tina melanjutkan—kemudian melangkah pergi menuju lemari tanpa pintu khusus untuk gaun-gaun mewah dengan model yang cantik dan unik. Di dekat lemari itu juga terdapat dua patung yang sengaja mengenakan salah satu gaun yang awalnya disusun di lemari itu—sebagai contoh agar para pembeli dapat melihatnya.
Wanita itu kemudian mengikuti Tina yang berjalan lebih dulu di depannya. Ia melangkah dengan santai, anggun, dan sangat terlihat feminim—bagaikan seorang Ratu dari sebuah Istana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Max & Mil [Completed]
Short StoryDia adalah Max, kapten basket terbaik di SMA Model. Cuek, tidak banyak omong dan sulit ditebak. Meskipun Max sama seperti cowok di luar sana yang hobi bermain basket dan menonton film action, percayalah, dia juga hobi membuat Mil kesal. Lain lagi d...