17.

1.5K 133 7
                                    

Veranda masuk keruangannya, dia tidak memperdulikan orang-orang yang melihatnya, merasa aneh Veranda datang begitu telat.

“Ve kau dipanggil Ayahmu tadi” ujar Shania

“Katakan padanya aku sibuk, banyak hal yang harus aku kerjakan dan jangan biarkan siapapun mengganggu diriku”

Veranda masuk ke ruangannya kemudian menguncinya, Shania hanya diam menatap Veranda, sepertinya terjadi sesuatu pada Veranda.

Veranda menelungkupkan wajahnya di kedua tangan, dia masih merutuki kejadian semalam, apa yang harus dia katakan pada Ayahnya, pada keluarganya yang terus menggodanya, belum lagi Keynal, sudah pasti Keynal akan mengejeknya.

“Stupid”

Veranda memegang dadanya, terasa sesak mengingat kejadian semalam, disaat orang lain merasa bahagia karena merasakan perasaan itu tapi tidak dengan Veranda, karena ada satu hal yang harus dia lakukan saat dia menyadari perasaanya untuk Keynal, mereka harus berpisah sesuai dengan kontrak perjanjian yang mereka sepakati.

“Aku pasti bisa menahannya” gumam Veranda

Pikiran Veranda begitu tak menentu, sekuat apapun dia menahan perasaannya tetap saja akan terlihat.

“Aish” rutuk Veranda

Bagaimana bisa dia menahan perasaannya, saat putus dengan Steve saja sikapnya seperti ini dan sekarang dia harus menahan perasaanya untuk Keynal.

“Aku harus mengakhirinya, segera”

Mungkin menyerah kalah adalah pilihan yang tepat, lagipula untuk apa dia melakukan hal yang tak seharusnya dia lakukan pada Steve, hubungan mereka sudah berakhir, sekalipun dia bisa membuktikan semuanya sudah tidak ada gunanya lagi.

***

Keynal membagikan kopi hangat untuk beberapa rekan kerjanya, hal yang tak biasa tapi berhubung Keynal sedang merasa bahagia jadi dia melakukannya.

“Kak Key kau sedang tidak mabuk bukan?” tanya Vino sedikit heran dengan sikap Keynal

“Tidak, kenapa?”

“Hari ini kau aneh sekali, wajahmu dan sikapmu seperti bukan dirimu”

“Mulai hari ini kau harus terbiasa, karena aku akan seperti ini seterusnya”

Keynal menyentuh lengan Vino kemudian masuk ke ruangannya. Keynal mengambil ponselnya dan memberikan pesan manis untuk Veranda.

Keynal duduk di kursi, dia menyentuh bibirnya, untuk pertama kalinya dia mencium Veranda dan perasaannya begitu tak terbentung belum lagi Veranda ikut membalasnya, dia yakin apa yang dia rasakan tidak hanya dia yang merasakannya tapi Veranda juga merasakan hal yang sama. Meskipun sikap Veranda sulit untuk ditebak olehnya tapi Keynal yakin Veranda juga merasakan hal yang sama.

Keynal kembali melirik ponselnya, tidak ada balasan dari Veranda. Keynal mendial nomor Veranda tapi tidak diangkat, berulang kali dia melakukan itu tapi tetap saja Veranda tidak mengangkatnya.

“Dia pasti malu dengan kejadian semalam” senyum Keynal

TBC

Follow @vampirele

Cinta & Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang