Jika menurut Keynal membiarkan semuanya berlalu begitu saja itu adalah pilihan yang tepat tapi pada kenyataannya tidak. Berulang kali Shani meminta Keynal untuk datang ke rumahnya, bertemu dengan kedua orang tua mereka dan mengenal keluarga Tanumirhardja seperti apa, belum lagi teman-temannya selalu meminta Keynal untuk mengajak Veranda ditiap pertemuan mereka membuat Keynal harus terus berkilah tiap kali mereka berkumpul bahkan dia dengan sengaja memilih untuk tidak bertemu dengan mereka dengan berbagai alasan yang kadang tidak masuk akal.Dan Veranda, dia tidak peduli apa yang Keynal pikirkan atau inginkan, dia tetap pada pendiriannya kalau dia tidak ingin ikut terseret dalam masalah yang Keynal buat sendiri, tidak ada yang bisa dia percaya, Steve sudah cukup membuatnya trauma dengan kehidupan yang ternyata kamuflase.
Cinta, tidak ada yang bisa dia percaya dengan kata itu, karena pada kenyataannya cinta membuatnya tidak percaya dengan keagungan yang sering diungkapkan orang-orang, Cinta membuat Veranda trauma dengan segala kejadian yang menimpa dirinya.
Keynal mematikan komputernya saat jam kerjanya sudah selesai, dia keluar dari ruangannya dengan sedikit mengendap-endap berharap tidak ada Vino. Keynal sengaja memilih lembur hingga larut malam untuk menghindari Vino karena lelaki itu terus bertanya padanya, bertanya bagaimana dia bisa bertemu dengan Veranda, bagaimana dia bisa meluluhkan hati Veranda yang masih trauma dengan kisah cintanya, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membuat Keynal pusing untuk menjawabnya.
“Kakak”
Keynal mendadak lemas mendengar suara itu, ternyata Vino masih ada di kantor. Keynal membalikkan badannya dengan tidak semangat
“Kenapa?” tanyanya malas
Vino tersenyum kemudian menghampiri Keynal, Keynal sudah menghindarinya akhir-akhir ini dan dia penasaran dengan sikap Keynal yang seperti itu.
“Kau mau pulang?” tanya Vino dan merangkul pundak Keynal
“Apa perlu aku menjawabnya? Padahal kau tahu sendiri jawabannya apa”
“Hehehe maaf”
“Kak bagaimana dengan kak Veranda?”
Lagi-lagi Vino membahas Veranda, dia tidak tahu bagaimana Veranda setelah pertemuan keluarga itu karena Veranda menghilang seperti ombak yang terbawa arus.
“Kenapa bertanya padaku? Kau bahkan memacari adiknya”
“Karena kau kekasihnya, sudah pasti lebih tahu tentangnya”
Keynal tersenyum kecut
“Baik-baik saja dan kenapa kau bertanya tentang Veranda? Kau sudah bosan dengan adiknya?”
“Tidak, adiknya tak pernah bosan untukku malah membuatku semakin ingin terus bersamanya”
“Lalu kenapa bertanya tentang kakaknya?”
“Kenapa? Apa kau cemburu?” goda Vino dan menarik leher Keynal semakin dekat dengannya
Keynal melepaskan rangkulan Vino, dia menatap malas Vino.
“Aku bosan melihatmu, bye”
Keynal berjalan lebih cepat dari Vino meninggalkan Vino yang tersenyum padanya dan tak lama kemudian dia mengejar Keynal dan pulang bersama.
***
“Kau sibuk sekali baby?”
Tuan Tanu memperhatikan Veranda yang sedang sibuk dengan laptop dan beberapa file di depan mejanya, Veranda melirik ayahnya sebentar, tersenyum tipis kemudian fokus kembali dengan pekerjaannya.