Keynal membaringkan badannya dengan menatap langit-langit kamarnya, terasa menyesakkan mengingat terakhir kali dia bertemu dengan Veranda, merutuki dirinya sendiri kenapa tidak bisa menahan dan mengatakan semua yang dia rasakan pada Veranda. Keynal terlalu takut Veranda akan menolaknya hanya karena dia melihat Veranda bersama Steve.
Keynal berusaha memejamkan matanya, badan dan pikirannya sedang tidak sejalan, apa yang dia inginkan dengan apa yang terjadi sangat berlawanan. Keynal menarik nafasnya, dia bangkit dan keluar dari kamarnya. Keynal melihat Vino yang sedang bermain game, Vino melirik Keynal yang terlihat sedikit kacau.
“Kakak mau kemana?” tanya Vino
“Mencari udara segar”
Keynal berlalu dan meninggalkan rumahnya, akhir-akhir ini Vino sering melihat Keynal terlihat murung dan sedih, dia tahu perjanjiannya dengan Veranda sudah berakhir dan dia juga sudah mengatakan berulang kali pada Keynal untuk menyatakan apa yang sebenarnya dia rasakan pada Veranda tapi Keynal selalu menolaknya, dia selalu berkilah itu hanya perasaan sesaatnya.
Keynal menarik hodienya hingga menutupi kepalanya, berjalan dengan memasukkan kedua tangannya di saku hodie. Keynal berjalan tak tentu arah, dia tak tahu apa yang harus dia lakukan dan kemana dia harus pergi.
Keynal duduk disalah satu ayunan, kakinya melangkah menuju salah satu taman dekat dengan rumahnya, tatapan kosong Keynal membuat siapapun yang melihatnya merasa iba, Keynal merasa begitu hampa dan kosong.
“Kakak Keynal”
Seseorang memanggil Keynal membuat Keynal menolah, Keynal tersenyum simpul menatap Shani yang berjalan menghampirinya. Mata Keynal melihat seseorang yang sedang dia rindukan, seseorang yang menghantui hidupnya akhir-akhir ini, tatapan mereka bertemu sejenak untuk beberapa saat.
“Kenapa?”
“Apa kak Vino ada dirumah?”
“Ada, dia sedang bermain game”
“Pantas saja telpon dan pesanku tidak dibalas”
Shani mendengus kesal kemudian berlalu begitu saja meninggalkan kakaknya yang masih di dalam mobil.
Keynal memperhatikan Veranda dari jauh, ingin rasanya dia menemui dan mengungkapkan apa yang dia rasakan pada Veranda tapi raganya menolak segala keinginannya hingga dia hanya tetap diam ditempat dan sesekali mencuri pandang dari jauh.
“Kakak aku pamit” ujar Shani dan Keynal hanya mengangguk
Dia memang pengecut terlalu pengecut untuk menghadapi kenyataan. Mobil Shani perlahan meninggalkan Keynal , Keynal menatap Veranda yang juga menatap padanya, mereka hanya saling bertatapan hingga akhirnya pandangannya menghilang.
“Rasanya sulit sekali”
Keynal menarik nafas panjang, dia berusaha melupakan segala kejadian yang sudah terjadi antara dirinya dan Veranda.
***
Shani masuk ke ruangan Veranda tanpa permisi membuat Veranda mendengus kesal dengan kelakukan adiknya, Veranda menatap Shani yang menatapnya dengan tatapan marah.
“Kenapa?” tanya Veranda begitu ketus
“Apa yang kau lakukan dengan Steve kemarin?”
Veranda menatap Shani, darimana dia tahu kalau dirinya pergi dengan Steve kemarin.
“Darimana kau tahu?”
“Aku melihatnya, apa yang kau pikirkan kak, lelaki itu sudah menyakitimu dan sekarang kau kembali padanya? Mengulang sakit hati yang lalu?”
“Kau tidak tahu apa-apa Shan”
“Aku tahu segalanya, kenapa kau selalu seperti ini? Kenapa kau selalu mencari seseorang untuk melupakan patah hatimu?”
Veranda menarik nafas, beranjak dari kursinya menghampiri Shani, mendorong tubuh Shani untuk keluar dari ruangannya.
“Aku sedang sibuk”
Shani berontak, dia masih tidak terima kakaknya pergi dengan laki-laki yang sudah menyakitinya. Shani menahan dirinya saat dia berada di pintu.
“Dia menyukaimu kak, dia mengatakan itu padaku berulang kali”
“Aku tidak mengerti maksudmu Shan, keluarlah aku sibuk hari ini”
Veranda berusaha mendorong tubuh Shani tapi Shani menolaknya, menahan tangan Veranda.
“Aku yakin kau tahu siapa orang yang ku maksud”
Veranda mendorong keras Shani hingga akhirnya Shni berada diluar pintu ruangannya, Veranda menutup pintu tapi tertahan oleh Shani.
“Kak Keynal menyukaimu kak Ve, itu yang selalu dia katakan padaku” jelas Shani
Veranda menatap Shani.
“Aku tidak peduli, urusanku dengannya sudah selesai”
“Kau keras kepala sekali”
Shani pergi meninggalkan Veranda yang menatapnya dengan sedikit tidak percaya, adiknya bersikap beringas padanya hanya karena melihat dia bersama dengan Steve.
Veranda menyandarkan punggungnya dipintu, menyentuh dadanya yang terasa sesak mendengar apa yang dikatakan Shani. Jika memang lelaki itu menyukainya kenapa dia tidak mengatakannya, kenapa dia bersikap biasa saja saat mereka bertemu bahkan tak menyapanya sedikitpun.
TBC
Follow @vampirele