Keynal memasukkan bola basket ke dalam ring tapi sayangnya bola itu tidak masuk, berulang kali Keynal melakukannya, hanya beberapa kali saja bola itu masuk. Keynal mengatur nafasnya yang terengah-engah, diam sejenak dan beberapa saat kemudian dia mengambil bolanya kembali memasukkan bola dalam ring tapi dia kembali gagal. Keynal mengambil bola dan melemparnya asal.
“Arrghh!!!”
Keynal terduduk, pikirannya kacau mengingat kejadian kemarin bertemu dengan Naomi. Tak mudah baginya melupakan kejadian buruk itu begitu saja. Mungkin perasaannya memang sudah hilang tapi mengingat apa yang sudah terjadi diantara mereka membuat Keynal kembali menjadi pecundang bodoh.
Seseorang mengambil bola basket kemudian memasukkannya ke dalam ring dan masuk. Keynal melirik orang yang berjalan kearahnya dan mulutnya menganga melihat siapa orang yang berhasil memasukkan bola.
“Veranda”
Veranda tersenyum kemudian menghampiri Keynal, duduk disamping Keynal. Veranda menyodorkan botol minuman pada Keynal dan Keynal meraihnya, Keynal menenggaknya.
“Kalau tidak bisa bermain jangan memaksa” ujar Veranda setengah mengejek
“Aku tidak benar-benar melakukannya” bantah Keynal
“Tapi tak ada satu bolapun yang masuk”
“Ada hanya kau tak melihatnya”
Veranda bangkit.
“Ayo bermain, kita lihat apa kau bisa bermain”
Keynal menengadah menatap Veranda yang berdiri di hadapanya, melihat tatapan Veranda yang setengah mengejek membuat Keynal tertantang.
“Oke”
Keynal mengambil bola kemudian melemparnya pada Veranda, Veranda menerima bola, dia melakukan ancang-ancang untuk memasukkan bola, sedikit mengecoh Keynal dan bola berhasil masuk. Veranda tersenyum bangga dan Keynal merengut, dia tidak boleh kalah dari Veranda.
Keynal memegang bola, dia mengerutkan keningnya saat melihat Veranda hanya diam saja, dia berusaha mengecoh Veranda tapi Veranda tetap diam dan saat Keynal hendak melempar bolannya Veranda bergerak cepat dan berhasil merebut bola dari Keynal kemudian memasukkan bola itu tepat pada ring. Keynal kembali melongo melihat kemampuan Veranda, dia pikir Veranda hanya perempuan biasa seperti yang lainnya yang tidak tahu bermain basket tapi melihat Veranda begitu ahli membuat Keynal harus bekerja keras mengalahkannya.
Veranda kembali tersenyum mengejek saat dia berhasil memasukkan bolanya dan senyuman Veranda membuat Keynal sangat tertantang, sebagai lelaki dia malu kalau sampai kalah dari Veranda. Entah karena Veranda yang memang hebat bermain basket atau karena Keynal yang sedang kacau, permainan itu mutlak di menangkan Veranda. Berulang kali Keynal berusaha memasukkan tapi selalu gagal.
“Cukup, aku lelah” ujar Veranda dan mengatur nafasnya
“Kita selesaikan sampai aku menang”
Keynal terus berusaha memasukkan bola tapi sayangnya gagal, Keynal kembali mengambil bola dan memasukkannya, untuk kali ini berhasil.
“See aku bisa melakukannya” ujar Keynal
Veranda memperhatikan Keynal, melihat Keynal yang seperti itu membuatnya sedikit khawatir, dibalik sikap Keynal yang terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan sesuatu hal buruk yang dia sendiri yang tahu.
Keynal terus memasukkan bola, terus berusaha mengalahkan Veranda. Veranda menarik nafas panjang kemudian mengambil bola itu dari Keynal. Keynal terlihat kelelahan tapi dia tidak memperdulikan itu, yang dia pikirkan hanya harus memenangkan permainan jangan sampai kalah dari perempuan.