24.

1.9K 129 0
                                    

Keynal menarik nafasnya, terbayang kembali saat melihat Veranda dengan Steve dan begitu sangat jelas diingatannya saat Veranda  tersenyum pada Steve membuatnya begitu cemburu dan iri dengan sikap Veranda. Dia tahu Veranda membenci Steve tapi tak bisa dipungkiri kalau Veranda juga mencintainya, dia tak pernah tahu apakah rasa itu masih ada atau tidak, melihat sikap Veranda kemarin membuatnya yakin kalau wanita itu masih mencintainya.

Ini bukan salah Veranda mengingat pertemuan dan kedekatan mereka hanya karena sebuah insiden kecil, mungkin Keynal yang terlalu berharap pada Veranda membuatnya merasa sesak setiap kali mengingat kejadian itu.

Keynal memaki dirinya sendiri saat dia menyadari betapa pengecutnya dia, tidak ada salahnya menyatakan perasaannya pada Veranda hanya saja dia terlalu takut Veranda menolaknya, menambah perih dihatinya.

“Apa kau tak tahu malu, sudah jelas tidak bisa bermain tapi tetap memaksakan”

Keynal berbalik begitu mendengar suara yang berbicara dengannya, wajahnya begitu terkejut melihat siapa yang ada dihapannya. Dia tidak menyangka Veranda ada dihadapannya,  hingga tidak menyadari kalau wajah keterkejutannya berubah menjadi senyum bahagia.

Veranda menghampiri Keynal, dia mengambil bola dari Keynal dan memasukkannya kedalam ring, Keynal mengambil bola itu dan memasukkannya ke dalam ring. Keynal berbangga hati saat bola itu masuk kedalam ring.

“Ayo bermain, yang menang bisa melakukan apapun” tantang Veranda

“Oke, pastikan dirimu siap menerima kekalahan”

Veranda hanya tersenyum mengejek kemudian mengambil bolanya, dia bersiap memasukkan bola kedalam ring, Keynal sudah bersiap untuk merebut bola dari Veranda, Veranda hendak melempar bolanya tapi Keynal berhasil menahannya, Veranda mendengus kesal dia kembali ancang-ancang untuk merebut bola dari Keynam, jangan sampai Keynal berhasil memasukkan bolanya. Veranda mendekati Keynal kemudian menyikutnya membuat Keynal melepas bolanya dan dengan cepat Veranda mengambil bolanya kemudian memasukkanya dan berhasil.

“Yah! Itu curang” protes Keynal

Veranda mengabaikan Keynal, dia melempar bola pada Keynal, merasa dicurangi akhirnya Keynal bertekad untuk memenangkan permainannya, dia harus mendapatkan apapun yang dia inginkan hari ini.

Keynal  bersiap kembali, setelah berhasil mengecoh Veranda akhirnya dia bisa memasukkan bolanya, Keynal tersenyum senang dan Veranda merengut. Keynal bermain dengan penuh konsentrasi dan keyakinan penuh, jangan sampai dia kalah dari Veranda, dia harus memenangkan permainannya. Mereka bermain dengan imbang, tidak ada yang kalah dan menang karena disaat mereka menghentikan permainannya score mereka imbang.

Veranda dan Keynal duduk di salah satu kursi dengan mengatur nafasnya, Keynal mengambil minuman di tasnya kemudian memberikannya pada Veranda.

“Thanks”

Keynal melirik Veranda yang terlihat kehausan dan kelelahan, keringatnya saja membanjiri wajahnya, Keynal mengambil handuk kecilnya dan melemparkannya tepat diwajah Veramda membuat Veranda melotot dan Keynal tertawa puas melihat reaksi Veranda .

“Aku merindukan itu” ujar Keynal

Veranda mendelik kearah Keynal

“Wajah marahmu terlihat menggemaskan” jelas Keynal dan Veranda memukul lengan Keynal pelan.

Setelah menenangkan diri, mereka hanya diam, sesekali saling mencuri pandang. Merasa jengah dengan suasana diam akhirnya Keynal buka suara.

“Aku baru tahu kau sering bermain basket akhir-akhir ini”

“Hanya mengisi waktu luang”

“Kau tak sibuk? Bukankah seorang CEO begitu sibuk”

“Seorang CEO juga tetap saja manusia, membutuhkan waktu senggang”

Keynal menggaruk kepalanya.

“Dan aku juga baru tahu kalau kemampuanmu bermain basket meningkat”

“Yah!” kesal Keynal karena Veranda menganggapnya tidak bisa bermain

Veranda tersenyum melihat Keynal yang kesal, rasanya dia merindukan hal itu juga dari Keynal. Bagi mereka rasanya aneh sekali bertemu kembali setelah perjanjian selesai, perpisahan mereka masih menyisakan perasaan masing-masing yang belum terselesaikan.

“Apa besok kau ada acara?”

“Banyak, kau lupa kalau aku begitu sibuk”

“Aku lupa, tapi aku tidak peduli, besok malam setelah selesai bekerja aku akan menjemputmu”

“Pemaksaan, aku lupa kalau kau memang pemaksa”

“I don’t care”

Keynal beranjak, berjalan mundur menatap Veranda.

“Besok setelah pulang”

Keynal kembali mengingatkan Veranda  dan berlalu begitu saja meninggalkan Verandaa.

“Kenapa dia selalu seperti itu, setelah mengatakan apa yang dia inginkan dia pergi begitu saja” dumel Veranda

Tapi tak bisa Veranda pungkiri, dia senang mendapat ajakan dari Keynal. Wajahnya begitu merona setelah mendapat ajakan dari Keynal.

***

Veranda memperhatikan jam ditangannya, harusnya jam kerjanya berakhir tapi meeting perusahaannya tak kunjung selesai membuat Veranda sedikit gelisah. Ayah Veranda yang ada disampingnya melirik Veranda yang merasa tidak tenang.

“Kenapa kau?” tanyanya dengan sedikit berbisik

Veranda menatap Ayahnya, dia harus mencari alasan agar bisa keluar dengan cepat.

“Apa masih lama? Aku sudah tidak bisa menahannya”

“Sepertinya, kau tak lihat betapa banyak slide yang akan mereka tunjukkan, apa yang kau tahan?”

“Really, aku ingin buang air kecil” bohong Veranda

“Keluarlah, kau ini seperti anak kecil”

Veranda tersenyum, akhirnya dia bisa keluar dari meetingnya.

“Ah melegakan” gumam Veranda

“Apanya yang melegakan?”

Veranda terperanjat mendengar suara seseorang

“Kau mengejutkanku”

Keynal menahan senyumnya melihat ekspresi Veranda.

“Lama sekali kau keluar” protes Keynal

“Meetingnya begitu alot dan kau tahu aku kabur dari sana, ayo sebelum papah menyadari aku kabur”

Veranda berjalan lebih dulu dan Keynal mengikutinya dari belakang.

“Kau melakukannya demi aku?” goda Keynal

Veranda meliriknya

“You’re wish”

“Jujur saja, aku akan senang kalau kau melakukannya untukku”

“Sepertinya meeting jauh lebih menarik” goda Veranda

Veranda berbalik badan tapi Keynal dengan cepat menahan dan memegang tangannya.

“Aish kau ini”

Keynal memegang tangan Veranda hingga mereka berjalan bersama. Veranda memperhatikan tangan Keynal yang memegangnya. Wajahnya merona dan hatinya begitu berbunga-bunga dengan sikap Keynal padanya.

Keynal membukakan pintu mobilnya dan menyilahkan Veranda masuk, Veranda sedikit tersanjung dengan sikap Keynal.

“Kita akan kemana?”

“Hanya makan saja karena aku sudah sangat lapar”

“Baiklah”

Keynal meninggalkan kantor Veranda dan menuju tempat yang akan dia tuju.








TBC

Follow @vampirele

Cinta & Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang