19.

1.5K 127 0
                                    

Veranda menarik nafas panjang, berulang kali dia berusaha konsentrasi dengan meeting perusahaan tapi pikirannya sedang tidak bersama dia, yang dia pikirkan adalah bagaimana mengakhiri kontrak kerjanya dengan Keynal, mencari alasan logis agar Keynal sepakat dengan keputusannya.

Veranda terkejut saat mendengar tepuk tangan dari para peserta rapat, dia baru menyadari kalau rapatnya sudah selesai, Veranda ikut bertepuk tangan meskipun dia tidak mengerti sama sekali, dia tersenyum bodoh saat beberapa rekannya tersenyum padanya. Dan satu persatu peserta rapat keluar dari ruangan, menyisakan Veranda dengan ayahnya.

“Kau baik-baik saja?” tanya Tuan Tanu

Veranda menatap Ayahnya dengan tersenyum dan menganggukkan kepalanya

“Tentu, kenapa?”

“Tadi aku hanya melihatmu melamun”

“ssedikit berfikir”

“Berfikir?”

“Makan siang yang cocok untuk hari ini” senyum Veranda dan mendapat pukul pelan dari Ayahnya

“Berani kau memikirkan makan siang saat sedang meeting”

“Aku lapar Pah” rengek Veranda dan merangkul tangan Ayahnya

“Kau ini, ayo kita makan siang bersama”

“Tentu, tapi aku ke ruanganku sebentar, mengambil ponselku”

Mereka keluar dari ruang rapat, Ayah Veranda menunggu dan Veranda menuju ruangannya. Veranda mengerutkan keningnya saat melihat diruangannya ada satu tas yang berisi makan siang.

“Shan siapa yang memberikanku ini?” tanya Veranda dan menunjukkan tas itu pada Shania

“Tadi ada seseorang yang memberikannya untukmu, aku tidak tahu dari siapa”

Veranda mengangguk kemudian masuk kembali ke ruangannya, dia membuka tas itu mencari tanda terimanya. Veranda mengambil kertas kecil yang terselip kemudian membacanya.

Morning, Baby

Selamat makan siang,  aku Hanya mengirimu sedikit Karena aku juga lapar 😉

Special aku membuatkannya untukmu

Kalau rasanya tidak enak anggap saja itu yang paling enak didunia

Hope you like it😉

By Handsome Man, Devin Keynal Putra 😉

“Ucapan macam ini” gumam Veranda

Veranda membuka kotak makan siangnya dan sedikit terkejut melihat apa  yang sudah dibuatkan oleh Keynal,  sekotak bento yang sudah dibentuk lucu-lucu. Veranda menutup kembali kotak makan siangnya.

“So childish” gumam Veranda tapi dia tidak bisa membohongi dirinya kalau dia menyukai apa yang Keynal buat untuknya.

Veranda menghampiri Ayahnya dengan tersenyum membuat Ayahnya mengerutkan keningnya.

“Kau kenapa?” tanyanya

“Apanya yang kenapa?”

“Wajahmu, kenapa berseri seperti itu?”

“Tidak ada, ayo”

Veranda menarik tangan Ayahnya meninggalkan tempat itu, wajahnya berubah berseri karena Keynal.

***

Berulang kali Keynal mengecek ponselnya, tidak ada pesan ataupun panggilan dari Veranda.

“Harusnya dia sudah menerimanya dan mengucapkan terima kasih padaku” gumam Keynal  dan melirik jam ditangannya

Tidak mendapat inisiatif dari Veranda akhirnya Keynal meneleponnya.

“Hallo” jawab Veranda

“Hallo, apa kau sudah menerima paket dariku?” Tanya Keynal to the point

“Uya, kenapa?”

“Apa kau tidak ingin mengucapkan sesuatu?”

Veranda diam sejenak.

“Thank you”

“Hanya itu?”

“Tentu, memangnya apa lagi yang harus katakan padamu?”

“Apapun, mungkin ada yang ingin kau katakan selain terima kasih”

Keynal berharap Veranda mengatakan sesuatu yang membuatnya bersemangat, sedikit pujian karena dia sudah susah payah membuat bento, setidaknya Keynal merasa di hargai.

“Seharusnya kau bukan menuliskan morning but evening”

“Benarkah baby? ”

“Kau tidak tahu paketmu datang bukan jam 12”

“Really? Jam berapa paketnya datang?”

“ Hmm kalau tidak salah 12 lebih satu menit” senyum Veranda menggoda Keynal

Keynal merengut mendengarnya, menyesal dia bertanya seperti itu dan lagipula bukan itu yang ingin dia dengar dari Veranda.

“Apa kau sudah memakannya? Bagaimana rasanya?”

“Belum, masih tersimpan rapih di atas meja, aku sedang makan bersama Papah”

Dan Keynal kembali kecewa mendengar apa yang Keynal katakan.

“Oke, hope you like it”

Keynal menutup telepon, menghela nafasnya. Sikap Veranda begitu random padanya, disatu sisi dia menunjukkan kalau dia begitu peduli padanya tapi di satu sisi dia bersikap seolah tidak peduli dan tidak menganggapnya. Mungkinkah apa yang dia rasakan padanya hanya sepihak, hanya pikirannya saja kalau Veranda memiliki perasaan yang sama, mengingat perjanjian mereka adalah bersikap layaknya sepasang kekasih.

Veranda melirik Ayahnya yang menatap penuh tanya, siapa yang sudah menelponnya.

“Keynal” jelas Veranda

Ayah Veranda mengangguk, dia jadi teringat kejadian malam itu. Ayah Veranda tersenyum usil.

“Kenapa dia menelponmu? Merindukanmu?”

“Tidak, dia hanya menanyakan paket yang dia kirim untukku sudah datang atau belum”

“Memangnya apa yang dia kirim?”

“Makan siang”

Ayah Veranda memukul pelan lengan Veranda.

“Kenapa?” tanya Veranda bingung

“Dia memberikanmu makan siang dan kau makan siang bersamaku? Apa itu tidak menyinggungnya?”

Veranda terdiam, pantas saja Keynal tiba-tiba mematikan teleponnya, mungkin Keynal merasa kesal karena dirinya tidak memakan makan siang yang sudah Keynal siapkan untuknya.

“Kau ini, kau harusnya bersikap lebih peka lagi, dia begitu memperhatikanmu dan kau mengabaikannya, jangan sampai kau menyesal karena dia lelah, sama seperti Steve yang meninggalkanmu”

Veranda merengut, memikirkan apa yang dikatakan Ayahnya, tapi dia kembali menyadarkan dirinya, itu justru bagus karena kenyataannya hubungan mereka palsu, dia tidak perlu susah payah untuk memutuskannya nanti.

“Treat him very well”

“Oke dad”

Dan Veranda hanya mengangguk.

TBC

Follow @vampirele

Cinta & Benci (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang