Chapter 25

1.8K 63 5
                                    

Saya persembahkan masa masa terakhir dibangku SMA melalui cerita ini Kinan dan Revan

Malam ini, tepatnya malam Minggu yang dijanjikan Revan untuk Kinan dan Revan dinner bersama,telah tiba.

Kinan sudah siap dengan gaun hijau selutut juga lengan sesiku. Rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai juga dengan polesan make up tipis yang membuat wajahnya tetap cantik. Ditambah dengan anting yang bertengger dikedua telinga. Sangat cantik.

Kemudian, suara klakson mobil terdengar. Kinan dapat melihat sebuah mobil yang masuk dipelataran rumahnya dan ia yakin itu adalah revan namun Kinan tidak ingin turun dulu.  masih setia melihatnya dari balkon kamar.

Revan turun dari mobil. Lengkap dengan  kemeja khas anak remaja yang siap untuk ngedate. Seketika senyuman Kinan merekah. Revan benar benar tampan. Kinan berlari lari kecil kearah cermin untuk memastikan dirinya sudah sempurna. Setelah mengecek semuanya, Kinan keluar kamar.

"Aduh!".

Kinan terlonjak kaget begitu membuka pintu kamar sudah ada Radit dengan muka masamnya.

"Kenapa Lo? Bikin gue kaget aja". Kata Kinan.

Bukannya menjawab, Radit malah memeluk Kinan.

"Eh dek?! Kenapa si Lo?".

Radit melepaskan pelukannya lalu tersenyum "gak papa. Gue kan gak pernah meluk Lo".

"Kenapa Lo? Gak biasanya Lo kaya gini". Kinan yakin pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Radit. Karena tidak biasanya anak itu begitu.

"Hmm, gimana bilangnya ya?". Ucap Radit sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

"Ngomong aja".

"Hm, gini kak.. sesuai yang gue liat, malem ini Lo bakal dinner bareng sama Revan. Itu artinya, hubungan kalian mendekati spesial. Gue mohon banget sama Lo untuk... Untuk.. untuk gak terlalu jatuh terlalu dalam ke pelukan Revan. Please.. gue gak mau Lo patah hati lagi".

Kinan terdiam. Apa yang dikatakan Radit seratus persen benar. Apalagi Kinan pernah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak jatuh cinta lagi kepada laki laki sebelum saat yang tepat usianya memasuki pernikahan. Ia sendiri yang membangun benteng pertahanan yang besar dihatinya untuk tidak jatuh dan percaya lagi pada laki laki.

Tapi mengapa saat hadirnya Revan semua itu jadi runtuh?.

"Gue dan kita semua sayang sama Lo. Kita gak mau ada orang lain yang nyakitin Lo lagi". Kata Radit.

Kinan masih diam sambil menatap Radit dengan tatapan yang datar. Padahal dalam hati ia mengiyakan apa yang dikatakan Radit.

"Lo boleh Deket, tapi please jaga hati lo untuk gak jatuh terlalu dalam ke Revan".

Akhirnya, Kinan mengangguk. Cukup dengan respon itu saja sudah membuat Radit tenang.

"Kinan? Ayo turun. Udah ditungguin Revan dibawah".

Radit dan Kinan sama sama menoleh kearah Renita yang berdiri dianak tangga.

"Kalian berdua kenapa? Kok tegang banget?". Sepertinya Renita menyadari suasana yang terjadi pada Radit dan Kinan.

"Gak kenapa kenapa,Ma" kata Radit sambil menampilkan cengiran kecilnya "yaudah, aku ke kamar ya Ma. Kak, Lo hati hati ya. Selamat menikmati dinner nya".

Setelah Radit berlalu, Renita menuntun Kinan berjalan bersama untuk menemui Revan.

"Revan, Kinan udah selesai nih". Kata Renita pada Revan yang duduk disofa.

Kinan dan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang