Chapter 39

1.5K 67 12
                                    

Saya persembahkan masa masa terakhir dibangku SMA melalui cerita ini, Kinan dan Revan.

Hari terakhir ujian ini, Kinan sengaja berangkat lebih pagi kesekolah agar tidak bertemu Revan. Dan pulang juga lebih cepat. Setelah Kinan selesai menjawab soal ujian, pengawas mempersilahkan Kinan untuk segera meninggalkan ruangan.

Kinan juga sudah menyuruh Mang Jojo untuk menjemput dan sekarang beliau sudah tiba disekolah.

Begitu gadis itu keluar dari ruang ujian, ia mendapati Revan sedang bersender pada balkon dihadapan ruangan Kinan. Laki-laki itu juga tampak mengenakan tas. Apa ia juga sudah selesai ujian sama seperti Kinan?.

Padahal, Kinan selesai ujian termasuk yang paling cepat. Ternyata Revan lebih. Tanpa peduli pada Revan, Kinan berlalu dari sana. Ia tahu Revan berusaha lebih cepat agar bisa bertemu kinan karena gadis itu sedang menghindarinya.

"Kinan tunggu dulu".

Revan berusaha menyamakan langkahnya dengan Kinan yang berjalan cepat.

"Biasakan ya kalau ada masalah itu untuk ngomong biar salesai. Jangan di diemin". Revan menarik pergelangan tangan Kinan lalu menggenggamnya.

Suasana sekolah saat itu hening nan sepi karena baru mereka berdua yang selesai ujian. Selebihnya masih didalam ruangan.

"Aku mau pulang. Supir aku udah tunggu".

"Gak ada supir kamu disini". Kata Revan dengan sorot mata yang tegas namun suaranya datar. "Mang Jojo udah aku suruh pulang".

Kinan menautkan alisnya. Apa-apaan Revan ini?. Dia sedang bercanda,kan?.

"Ngomong apa sih? Mang jojo udah disini dan sekarang aku mau pulang".

"Aku bilang Mang Jojo udah aku suruh pulang. Biar aku yang anter kamu pulang". Revan kembali mempertegas dan masih belum melepaskan tangan Kinan.

"Kok lo seenaknya main suruh pulang supir gue,si?!".

Revan tertegun mendengar seruan Kinan. Jika sudah begini, gadis itu tidak akan mampu mengontrol emosi. Dan masalahnya akan bertambah parah.

"Biar aku yang anter pulang. Kita ngomong sama-sama". Revan mulai berkata dengan pelan.

"Bukannya lo mau pulang sama Alena lagi?".

Kinan mengeluarkan sindiran tajam untuk Revan. Kemudian ia melepaskan tangannya dari Revan dan kembali berjalan. Revan pun tetap mengikuti  dari belakang.

"Aku minta maaf"

Seruan Revan didengar oleh Kinan namun ia tidak mengubris. Ia tetap terus berjalan.

"Aku tau aku salah tapi Alena sangat butuh aku saat ini".

Langkah kaki gadis itu berhenti dan Revan yang berjalan dibelakang juga ikut berhenti.

"Kamu tau kan kondisi Alena saat ini melemah.."

Hening sejenak. Kinan masih diam, menunggu revan melanjutkan pembicaraannya.

"Dia butuh aku. Sangat. Kamu kan juga lagi baik-baik aja. Kamu sehat, sementara Alena enggak".

Seketika Kinan lupa bagaimana caranya bernapas. Dadanya ikut sesak seiring dengan matanya yang memanas dan perlahan, pandangannya mulai buyar.

Seandainya Revan tau keadaan Kinan yang sebenarnya.. seandainya ia tahu betapa Kinan sangat membutuhkan Revan..

Kemudian ia merasakan air mata mulai jatuh membasahi pipi nya. Ia tidak sanggup berbalik untuk menatap Revan lagi. Yang ada, air matanya jatuh semakin banyak.

Kinan dan RevanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang